TIMES MALANG, MALANG – Gerakan tari dibawakan sekelompok orang secara bergantian, di lapangan hanggar SMKN 1 Turen, Kabupaten Malang, Minggu (11/8/2024) sore. Tarian dibawakan dengan antusias dihadapan instruktur dan peserta lainnya.
Gerakan tari yang diperagakan tersebut adalah tarian 'Ranggan dan Rok Serok.' Sedangkan, penarinya adalah para guru tari dari SD dan SMP se Kabupaten Malang.
Para guru ini merupakan peserta workshop seni tari yang digelar Dewan Kesenian Kabupaten Malang (DKKM) dengan dua narasumber akademisi dan pegiat seni tari. Yakni, Dr. Tri Wahyuningtyas, M.SI, sendratasik dari prodi Seni Tari UM, dan Sutak Wardiono, seniman dan kreator tari senior di Kabupaten Malang.
Kepada TIMES Indonesia, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Malang, Ki Suroso mengungkapkan, diberikannya materi seni tari dalam workshop ini bertujuan, untuk membekali kompetensi tambahan bagi guru atau pelatih tari di sekolah.
"Kesenian tari kami berikan, agar guru tidak hanya berkutat pengetahuan seni budaya saja. Sudah banyak ekskul tari diberikan di sekolah, maka dari itu kami beri konsep, untuk lebih berorientasi pula menghasilkan karya (tarian)," terang Suroso, Minggu (11/8/2024) petang.
Terlebih, para guru tari punya anak didik, sehingga bisa ditularkan serta dikembangkan lebih meluas dan terus berkelanjutan. Soal materi tarian yang dipilih, juga dengan alasan tersendiri. Dikatakan Suroso, tarian Rok Serok merupakan karya tarian yang pernah ditampilkan di festival karya tari mewakili Kabupaten Malang, yang juga diapresiasi penyaji terbaik. Sedangkan, tarian Ranggan juga pernah jaya dan menjadi karya tari terbaik di zamannya.
"Dari tarian yang diberikan, kita dorong lahirnya karya tari serupa, yang pernah mendapatkan apresiasi. Selain itu, ini untuk menggugah dan menggairahkan kembali semangat, bahwa ada karya tari sesepuh yang bagus," ungkapnya.
Soal jenis tarian, menurutnya memang bermacam-macam. Yakni, ada tari tradisional, tari kreasi pengembangan, dan tari garapan untuk sebuah pertunjukan.
"Tari kreasi itu sah-sah saja. Dan, lebih baiknya seorang penari juga punya karya tari sendiri yang diciptakan orisinil. Sementara, tarian tradisional kan sudah banyak, bisa ditonton melalui berbagai media sosial," jelas Suroso.
Ia berharap, karya tari kreasi yang nantinya dibuat tidak kehilangan corak atau khas Malangan-nya. Seperti halnya, Malang juga identik dengan tari topeng dalam tarian Ranggan. Sedangkan, tarian Rok Serok terinspirasi kehidupan masyarakat pesisir pendalungan saat mencari ikan.
Dengan workshop ini, lanjutnya, DKKM berharap terbangun ekosistem seniman tari baru yang nantinya termotivasi melahirkan karya tari kreasi, ataupun bisa berkolaborasi memuncukan sendratari massal atau kolosal untuk momen tertentu. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Workshop Seni Tari bagi Guru, Dewan Kesenian Kabupaten Malang Dorong Karya Tari Malangan
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Irfan Anshori |