TIMES MALANG, MALANG – Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) asal Kota Malang, Armitha Seha Safitri (30) mengalami kecelakaan maut di Wynarka, Australia Selatan, Jumat (7/7/2023) lalu.
Perempuan yang akrab disapa Mitha tersebut, merupakan pemegang Working Holiday Visa (WHV). Kini, pihak keluarga pun hanya bisa pasrah mendapati kondisi Mitha yang dilaporkan kritis dan menjalani perawatan intensif di Flinders Medical Center, Australia Selatan.
Adik korban, yakni Robi Yahya Bahtiar (25) saat ditemui dikediamannya di Jalan Piranha Atas, Kecamatan Blimbing, Kota Malang mengatakan, kakaknya terlibat kecelakaan mobil saat melakukan perjalanan dari Adelaide menuju Sydney.
"Minggu malam kemarin ditelfon sama dokternya, dikasih informasi bahwa mbak Mitha ini organ dalamnya 90 persen mati dan sudah beberapa kali jantungnya gak berdetak," ujar Robi Selasa (11/7/2023).
Ia mengungkapkan, pihak keluarga sampai saat ini belum ada yang bisa berangkat ke Australia, karena terkendala biaya. Ia juga telah mendapat informasi bahwa sang kakak tidak bisa lagi bertahan lama di rumah sakit.
Pihak rumah sakit juga mencoba sebisa mungkin untuk mempertahankan nyawa Mitha, setidaknya hingga pihak keluarga datang.
"Dokter mengupayakan untuk bisa tetap bertahan sampai ada keluarga yang datang. Minggu malam kemarin itu, pihak dokter juga menyatakan bahwa mbak Mitha tidak bisa tahan lebih lama lagi. Kurang lebih 48 jam lagi," ungkapnya.
Kemudian, pihak KBRI, kata Robi, juga telah menghubungi keluarga dan akan membantu untuk pembuatan visa ke Australia. Kemungkinan, pihak keluarga akan berangkat sekitar hari Kamis mendatang.
Disisi lain, lanjut Robi, teman-teman imigran yang ada di Adelaide, Australia juga telah melakukan penggalangan dana untuk membantu Mitha dan keluarga. Sebab, informasi dari rumah sakit tempat Mitha dirawat, keluarga harus mengeluarkan biaya 10 ribu dolar Australia atau setara Rp110 juta untuk perawatan Mitha selama di rumah sakit.
"Makannya, kami sempat lemas," imbuhnya.
Dari informasi yang didapat, ada dua komunitas Imigran Indonesia di Australia yang membuka donasi untuk Mitha. Diantaranya, Indo Peduli Adelaide dan Masyarakat Islam Indonesia Australia Selatan (MIIAS).
Sementara itu, Robi mengaku belum mengetahui secara pasti kronologi kecelakaan yang dialami oleh sang kakak. Pihak kepolisian setempat, kini masih berusaha melakukan penyelidikan kasus kecelakaan maut yang menimpa Mitha.
"Menurut saya kalau dilihat dari TKP-nya, mobil mbak Mitha yang pesok belakang, satunya pesok depan. Jadi ya kemungkinan besar ditabrak," katanya.
Diketahui, Mitha yang memiliki visa WHU atau izin tinggal yang memungkinkan turis untuk liburan dan bekerja tersebut baru saja resign dari tempat kerjanya di industri perkebunan Adelaide, Australia. Robi menyebut, kakaknya berencana untuk pindah kerja di wilayah Sidney, Australia.
"Seminggu kemarin dia (Mitha) ngabari ke grup keluarga kalau sudah dapat perpanjangan visa sampai 3 tahun ke depan. Dia sebelumnya kerja di perkebunan dan kemarin itu mau pindah kerja ke Sydney. Nah pas perjalanan itu insiden (kecelakaan) terjadi," jelasnya.
Mitha yang merupakan lulusan Universitas Brawijaya (UB) Malang pada tahun 2017 tersebut, berencana untuk pulang ke Indonesia pada Oktober 2023 mendatang.
"Iya, padahal dia (Mitha) punya rencana Oktober 2023 pulang," imbuhnya.
Robi menceritakan, sang kakak memang mempunyai cita-cita untuk bekerja di luar negeri. Bahkan, sang kakak sempat hendak ikut pertukaran pelajar ke Jepang, namun terkendala biaya.
Kemudian, Mitha juga pernah belajar bahasa asing, salah satunya Korea.
"Memang cita-citanya dari dulu ingin kerja di luar negeri. Baru kesampaian tahun kemarin berangkat ke Australia September 2022," ucapnya.
Kini, Robi dan pihak keluarga berharap kepulangan Mitha bisa dipermudah. Ia juga berharap pemerintah Indonesia bisa membantu kepulangan Mitha.
"Kami harap kepulangan mbak saya dipermudah. Lebih baik lagi kalau ada peran dari pemerintah, karena informasi yang saya dapat bantuannya masih dari teman-teman imigran di Adelaide saja," tandasnya.(*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Imadudin Muhammad |