TIMES MALANG, MALANG – Jelang peringatan HUT ke 79 Kemerdekaan RI bagi warga Perumahan Istana Dieng, Kota Malang, tahun ini menjadi istimewa karena salah satunya diwarnai dengan teatrikal Malang Bumi Hangus.
Untuk kali pertama warga Istana Dieng, yang sebagian besar adalah non pribumi itu mengadakan pertunjukan teatrikal apik tentang bagaimana perjuangan pemuda Arek Malang merebut kembali Bumi Arema dari penjajah Belanda dengan taktik Malang Bumi Hangus.
Digelar di atas area fasilitas umum perumahan Istana Dieng seluas kurang lebih 2500 meter persegi, teatrikal itu berlangsung meriah dibawakan oleh warga bersama club SSK-JJSF (Suka-Suka Kami Jalan Jalan Sore Foto) sebuah club para penyuka nyanyi dan berdansa. Idenya datang dari Iwan Kurniawan, warga setempat.
Para pendukung foto bersama dengan para anggota SSK JJSF setelah digelar puncak acara teatrikal Malang Bumi Hangus. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)
"Saya kepingin ada sesuatu yang baru dan bisa memberikan kesan mendalam buat warga, bahwa sebenarnya perjuangan para pahlawan kita yakni Arek-arek Malang dulu itu penuh darah dan taruhan nyawa.Nah saya kepingin warga di sini memahami, mengerti dan menghargai itu, karena sekarang ini kita kan tinggal menikmati hasil perjuangan para pahlawan itu," kata Iwan Kurniawan.
Selain itu, Iwan juga kepingin menggugah rasa nasionalisme mereka, sekaligus membangun rasa kebersamaan, kegotong royongan dalam rangka mengisi pembangunan ini dengan berbagai peran mereka ini.
"Idenya memang dari Pak Iwan. Sebenarnya kami waktu itu berniat mengadakan beberapa acara dalam rangka menjelang peringatan HUT ke 79 Kemerdekaan RI dengan klub kami. Kebetulan kami adakan di lokasi ini, eh pak Iwan lantas menambah ide, sekalian saja diadakan dengan lebih besar lagi ya antara lain ada teatrikal ini. Dalam waktu dua hari saja kami kemas ide itu dengan berkolaborasi banyak pelaku," kata Ketua Pelaksana, Andreas Suliyan yang juga Ketua SSK-JJSF.
Akhirnya dalam waktu singkat itu ia merekrut banyak orang lagi. Setidaknya ada 50 an orang yang dilibatkan. Skenarionya diambil dari peristiwa Malang Bumi Hangus yakni bagaimana perjuangan pahlawan kita, Arek-arek Malang merebut kembali ibu Pertiwi dari penjajah Belanda.
Mereka dibagi dalam dua kelompok, kelompok pejuang dan kelompok pejuang kemerdekaan. Juga melibatkan kendaraan jip
Teatrikal itu berlangsung seru dan berjalan selama hampir satu jam lebih. Di depan panggung para pelaku menyuguhkan pertunjukan perang. Diiringi suara dentuman meriam, pesawat menjatuhkan bom dan narasi perjuangan itu, suasananya berubah menjadi menegangkan.
Masyarakat Istana Dieng yang jumlahnya tak kurang dari 350 orang ditambah anggota SSK JJSF sebanyak 250 orang langsung terkesiap. Mereka berhenti bicara dan menyaksikan pertunjukan itu dengan seksama. Mantan walikota Malang, Abah Anton juga hadir dalam acara itu.
Suara ledakan di sana sini saat dua kelompok itu berperang membuat suasana makin seru.
Kisahnya dibagi dalam dua skenario. Pertama peperangan yang dimenangkan Belanda dan ketua para pejuang Arek-arek Malang merebut kembali. Meski dua skenario, namun adegan-adegannya lama satu jam karena serunya peperangan.
Iwan Kurniawan, Andreas Suliyan, dan sejumlah pejabat diantaranya Yoyok Wardoyo, anggota DPRD serta pendukung acara. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)
Usai para pejuang merebut kembali, seluruh yang hadir di acara itu bersorak dan serentak sembari mengobarkan bendera merah putih kecil yang telah dibagikan sebelumnya. "Saya senang karena melihat kebersamaan itu dan warga yang melaksanakan juga senang," tambah Iwan Kurniawan.
Ketua RW 07 Kelurahan Bandulan, Anang Herdianto mengaku teatrikal yang diselenggarakan oleh warganya ini adalah sebuah pertunjukan yang sangat luar biasa.
"Ini adalah wujud
peringatan, merayakan, mensyukuri sekaligus menghormati bagaimana perjalanan bangsa kita yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Malang menjadi indah seperti ini ya karena perjuangan para pahlawan," katanya.
Anang juga menyampaikan terimakasihnya kepada Iwan Kurniawan yang memiliki ide ini. "Ini kali pertama kegiatan yang luar biasa bagi kami di sini. Setiap tahun kami juga selalu mengisi jelang peringatan HUT Kemerdekaan dengan berbagai kegiatan, tapi tidak segede ini," tutur dia.
Sebelum digelar teatrikal, sebagai puncak acara jelang peringatan HUT ke 79 Kemerdekaan RI, warga Istana Dieng juga telah mengisinya dengan berbagai lomba.
Tadi malam mereka juga menghadirkan Pesona Gondanglegi, yakni sekelompok orang yang jumlahnya tak kurang dari 50 dengan kostum menarik.
Pihak panitia, usai atraksi Malang Bumi Hangus juga membagikan berbagai doorprize selain elektronik, juga uang tunai mulai dari Rp 2 juta hingga doorprize utama Rp 10 juta.
Malang Bumi Hangus diambil oleh Iwan Kurniawan dari peristiwa pada bulan Januari 1946 saat Belanda datang lagi berniat menyerang Kota Malang dengan hebat.
Malang Bumi Hangus memang memiliki sejarah jejak perjuangan pemuda atau Arek-arek Malang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Namun sebelum Belanda datang ke Malang, hampir 1000 bangunan yang dibuat Belanda di Kota Malang dibumihanguskan oleh warga Malang, termasuk Balai Kota Malang. Peritiwa ini yang disebut Clash I atau Malang Bumi Hangus.
Malang Bumi Hangus itu adalah taktik para pejuang muda menggentarkan pasukan Belanda yang hendak menguasai kembali wilayah Malang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Teatrikal Malang Bumi Hangus Meriahkan Istana Dieng Malang
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |