TIMES MALANG, MALANG – Pagi yang cukup hangat di kawasan Pantai Balekambang Kabupaten Malang, sudah dipenuhi pengunjung, Sabtu (25/5/2024). Pantai diselimuti suasana relijius lewat lantunan salawat oleh ribuan orang.
Dengan khidmat, lantunan syair salawat ini pun cukup terasa menyejukkan hati, dipandu dari panggung utama, diikuti anggota dan kader Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Malang.
Pada kesempatan yang sama, ratusan orang yang tergabung dalam kelompok peserta Festival 1.000 Bantengan, yang berada di depan panggung juga tampak ikut serta.
Pembacaan salawat tawasul bersama-sama ini dilakukan sebagai rangkaian pembukaan, sebelum beberapa sambutan. Sambutan disampaikan Ketua PC Lesbumi NU Kabupaten Malang, Abdul Aziz Syafi'i.
Peserta Festival 1.000 Bantengan GP Ansor Kabupaten Malang antusias mengikuti ajang festival sekaligus silaturahmi seniman bantengan, di Pantai Balekambang, Sabtu (25/5/2024). (Foto: Amin/TIMES Indonesia)
Dilanjutkan sambutan Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Malang, Fatkhurrozi, sekaligus membuka secara resmi Festival 1.000 Bantengan di Pantai Balekambang, pagi ini.
"Saya merasa terenyuh dan terharu, menyaksikan lantunan salawat di forum seperti ini, dengan hadirin sekalian. Mudah-mudahan kegiatan yang kita laksanakan hari ini mendapatkan ridla Allah SWT," ujar Fatkhurrozi dalam sambutannya, Sabtu (25/5/2024).
Gus Rozi menyatakan, Bantengan sejantinya kesenian mulia dan punya makna filosofis luhur. Namun, seperti yang menjadi keresahan para seniman, sedikit demi sedikit kesenian ini mengalami pergeseran nilai saat ditampilkan.
Peserta Festival 1.000 Bantengan GP Ansor Kabupaten Malang antusias mengikuti ajang festival sekaligus silaturahmi seniman bantengan, di Pantai Balekambang, Sabtu (25/5/2024). (Foto: Amin/TIMES Indonesia)
"Saya yakin, kita semua tidak mau, tidak sepakat, ketika Bantengan mengalami pergeseran nilai luhurnya," tandasnya.
"Karena itu pula, kami GP Ansor Kabupaten Malang hadir di tengah-tengah panjenengan semua, sebagai saudara, sebagai mitra, untuk bersama-sama membangkitkan Bantengan kembali sesuai pakem dan marwahnya. Setuju?" kata Fatkhurrozi, diamini serentak seniman dan peserta festival banteng.
Sebelum memulai atraksi festival, dinyanyikan bersama-sama lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan nyanyian Ya lal Wathan. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |