TIMES MALANG – Grand Hall Mall Malang Town Square (Matos) dipadati pengunjung dalam acara Parade Berkain dan Berkebaya, Sabtu (26/4/2025).
Kegiatan ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Kartini sekaligus Hari Ulang Tahun (HUT) ke-111 Kota Malang.
Lebih dari 350 perempuan dari sekitar 30 komunitas wanita se-Malang Raya berpartisipasi dalam parade budaya ini. Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Cabang Malang Raya bertindak sebagai panitia penyelenggara, bekerja sama dengan pihak Matos.
Komunitas yang hadir antara lain Komunitas Kebaya Indonesia (KKI) Kota dan Kabupaten Malang, IWAPI Kota Malang, HKTI, Koperasi Konsumen SBW, CKI, IPEMI, Srikandi Pemuda Pancasila, IIDI, Dharma Wanita Tugu Tirta, Jowo Line Dance, Kanjeng Mami, Emak-emak MTC, APKLI, APBKM, hingga HK Tani. Beberapa komunitas senam berkebaya dengan 165 peserta tampil di catwalk sebagai kontestan lomba fashion show, sementara sisanya mengisi segmen hiburan dan parade kontingen, dengan jumlah anggota bervariasi antara 3 hingga 15 orang per kelompok.
Peserta tampil anggun di atas runway, memamerkan kebaya dan kain tradisional dalam parade yang sarat nuansa budaya. (Foto: Cindy Audylia Herawati/Times Indonesia)
Selain parade fashion show, acara tahun ini juga menampilkan drama singkat bertema pemberdayaan perempuan. "Drama ini mengingatkan bahwa perempuan modern tidak lagi terbatas pada peran domestik," kata Theo Krestian, tim marketing Matos.
Setiap komunitas peserta membawa satu doorprize untuk dibagikan kepada para pemenang, mulai dari kompor, voucher belanja, goodie bag, hingga hadiah utama berupa iPod yang disediakan oleh sponsor Matos. Tiga juri profesional dari bidang modeling dan busana ditunjuk untuk menilai para peserta berdasarkan gaya, kreativitas, dan kesesuaian dengan tema.
Noviani, Sekretaris KCBI MR sekaligus MC acara, menyatakan bahwa kolaborasi KCBI MR dengan Matos yang sudah memasuki tahun ketiga ini menunjukkan kekompakan dan komitmen kuat untuk melestarikan budaya berkain dan berkebaya.
Zulfida Devianti, salah satu pengunjung berharap acara seperti ini bisa digelar di ruang publik yang lebih terbuka agar lebih semua orang bisa melihat.
Melalui acara ini, panitia berharap generasi muda semakin mencintai serta melestarikan kebaya dan kain tradisional. "Dulu perempuan identik dengan dapur. Kini, melalui momentum Kartini dan HUT Kota Malang, kami membuktikan perempuan juga mampu menunjukkan eksistensi di ruang publik," kata perwakilan Komunitas SKI. (*)
Pewarta | : Claresta Faustina Fedora (Magang MBKM) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |