TIMES MALANG – Keputusan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kepanjen Malang yang mengabulkan penangguhan penahanan terhadap terdakwa kasus pemalsuan merek Pioneer CNC, Syaiful Adhim, menuai sorotan.

Sebelumnya, Syaiful dilaporkan oleh Freddy Nasution ke Polres Malang. Meski dua kali dipanggil penyidik, yakni pada 28 Juni dan 1 Juli 2025, ia tidak hadir dengan alasan berada di luar negeri mengikuti pelatihan bisnis. Akhirnya, pada 4 Juli 2025, Syaiful dijemput paksa dan dilakukan penahanan.

Kuasa hukum Freddy, Didik Lestariyono, SH, MH, menyayangkan keputusan penangguhan tersebut. Ia mengaku terkejut mendengar kabar penangguhan penahanan dengan alasan kesehatan terdakwa.

“Dua kali mangkir padahal statusnya sudah tersangka. Alasan sakit yang diajukan untuk penangguhan juga menimbulkan pertanyaan,” ujar Didik, Selasa (26/8/2025).

Didik menambahkan, sebelum kasus bergulir ke pengadilan, pihak Freddy sebenarnya sudah berupaya menawarkan jalan damai, namun ditolak oleh Syaiful.

“Jalan damai sudah berkali-kali ditempuh, tapi ditolak mentah-mentah,” ungkapnya.

Sementara, Panitera Muda Pidana PN Kepanjen, Muhammad Aulia Reza Utama, SH, saat dikonfirmasi belum bisa menjelaskan detail alasan penangguhan penahanan. Ia menyebut masih perlu melakukan pengecekan ke majelis hakim.

“Data di kami belum ada. Saya mesti konfirmasi dulu dengan majelis hakim yang menangani perkara ini,” kata Reza.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus pemalsuan merek Pioneer CNC Indonesia ini terus bergulir bahkan ada potensi tersangka baru.

Kasus yang diungkap soal jaringan pelaku di balik peredaran mesin CNC ilegal ini, dinilai banyak pihak yang ikut terlibat.

Adapun terkait dakwaan, Reza menyebut Syaiful dijerat Pasal 100 ayat 1 atau ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek.(*)