https://malang.times.co.id/
Berita

Kisah Tragis Pendaki Rusia: Ditinggal Sendiri di Puncak Beku, Ditunggu Mati untuk Evakuasi

Selasa, 26 Agustus 2025 - 13:54
Kisah Tragis Pendaki Rusia: Ditinggal Sendiri di Puncak Beku, Ditunggu Mati untuk Evakuasi Pendaki Rusia, Natasha Nagovitsina yang terjebak ketinggian 22.965 kaki di puncak Pobeda-Puncak Victory di Kyrgyzstan (FOTO: Daily Mail)

TIMES MALANG, JAKARTA – Inilah salah satu kisah paling tragis dan memilukan tahun ini yang menimpa seorang pendaki gunung pencari sensasi asal Rusia. Natasha Nagovitsina (47) saat ini ditinggalkan tim penyelamat saat masih hidup dan dinanti sampai ia mati untuk kemungkinan bisa dievakuasi musim semi mendatang.

Perempuan yang akrab dipanggil Natalia itu pada 14 hari lalu terjatuh di ketinggian sebuah puncak pegunungan es, Pobeda-Puncak Victory di Kyrgyzstan (24.406 kaki) atau kurang lebih 7.000 meter. Ia mengalami patah tulang kaki.

Terletak di pegunungan Tian Shan di Asia Tengah, Puncak Victory (Jengish Chokusu) ini memiliki ketinggian 24.406 kaki, dan dianggap sangat sulit untuk didaki.

Berbagai upaya telah dicoba oleh tim rescue dan teman-temannya untuk menyelamatkan Natalia dari gunung yang berbahaya itu, namun tim-tim itu selalu gagal karena terhalang buruknya cuaca.

Rekaman terakhir dari sebuah drone yang diterbangkan untuk memantaunya pada hari Selasa (19 Agustus 2025) lalu memperlihatkan, bahwa pendaki wanita itu masih hidup dan terlihat jelas dia bergerak dan melambaikan tangannya ke arah drone.

Natasha-Nagovitsina-b.jpgNatalia terlihat terakhir berada di tendanya yang robek akibat angin kencang di tempat ia mencari perlindungan pada ketinggian 22.965 kaki di bawah batu besar yang disebut 'Burung'. (FOTO: The Mirror)

Natalia yang terperangkap dalam suhu beku -30C waktu itu terlihat berada di tendanya yang robek akibat angin kencang di tempat ia mencari perlindungan pada ketinggian 22.965 kaki di bawah batu besar yang disebut "Burung".

Berdasarkan hasil rekaman itu, tim penyelamat pun gigih berupaya untuk bisa mencapai lokasi dimana Natalia berada. Namun semuanya dibatalkan karena cuaca buruk, bahkan seorang pendaki asal Italia Luca Sinigaglia pun meninggal dunia setelah mengirimkan perlengkapan kepada Natalia.

Pendaki asal Italia itu sebelumnya sempat mengirimkan kantong tidur, tenda, makanan, air dan kompor gas kepada Natalia.

Sinigaglia yang heroik pun tidak mampu menolongnya dan dia justru meninggal secara tragis dalam perjalanannya sendiri saat berusaha melaporkan kondisinya dan mengatur penyelamatan skala penuh.

Sang Suami Alami Stroke

Natalia sempat terkenal empat tahun lalu ketika dia menolak perintah untuk meninggalkan suaminya sendirian di gunung lain setelah suaminya yang bernama Sergey Nagovitsin menderita stroke di ketinggian 22.638 kaki.

Namun suaminya meninggal di gunung, dan entah bagaimana dia berhasil menyelamatkan diri dari kejadian pada tahun 2021 itu.

Percakapan radionya dengan base camp menjadi viral karena dia menolak meninggalkan suaminya di gunung, dekat perbatasan Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Cina.

"Dia tidak bisa duduk, jatuh miring, bicaranya kacau," kata Natalia kepada tim penyelamat waktu itu.

"Natasha, kamu harus turun sendiri. Kamu tidak akan bisa membantunya sama sekali. Mengerti? Ganti," jawab base-camp

"Saya mengerti segalanya, tetapi saya tidak akan meninggalkannya sendirian," jawab Natalia.

Tim kemudian mengatakan kepadanya : "Kamu harus turun, Natasha, cuacanya semakin buruk, ini hampir malam".

"Aku tidak akan meninggalkan suamiku, dia benar-benar tidak berdaya, aku akan memberinya sesuatu untuk diminum," jawab Natalia kemudian.

"Jadi, keputusanmu adalah menghabiskan malam di sampingnya?" tanya base-cam

"Ya," jawab Natalia lagi.

Tim penyelamat waktu itu akhirnya berhasil mencapai pasangan itu. Dua pria kemudian berusaha memindahkan Sergei dari posisinya ia ambruk.

Sayangnya, waktu itu mereka tidak bisa membawa Sergei pergi jauh. Sergei kemudian diikat dengan tali, dan kedua pria itu kemudian meninggalkan semua pakaian hangat dan makanan mereka, sebelum mengambil rute lebih jauh menuruni gunung, untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.

Ketika mereka dapat kembali, Sergei tidak dapat ditemukan.Laporan insiden tersebut menyatakan, kemungkinan besar, dalam keadaan mengigau, Sergei memutus tali pengikatnya dan jatuh hingga tewas. Namun jasadnya tidak pernah ditemukan. Sampai sekarang.

Setahun kemudian Natalia kembali ke Khan Tengri untuk memasang plakat untuk mengenang suaminya. Tetapi waktu itu tidak seorang pun dalam kelompok baru itu yang tahu apa yang telah dialami Natalia di puncak gunung setahun sebelumnya. 

Kini Natalia menghadapi kenyataan yang serupa di gunung itu.

"Upaya terakhir untuk menyelamatkan pendaki gunung Rusia Natalia Nagovitsina, yang kakinya patah di ketinggian lebih dari 7.000 meter di Gunung Pobeda, telah gagal," lapor saluran Telegram SOTA.

Sabtu lalu, upaya terakhir untuk menuju ke posisi Natalia dibatalkan tepat 3.600 kaki di bawah tempat ia terjebak, karena cuaca semakin memburuk, dan tim diperintahkan untuk kembali ke base camp.

Sebelumnya dua helikopter termasuk helikopter Mi-8 Kementerian Pertahanan sempat dilibatkan, namun satu diantaranya jatuh saat berusaha menyelamatkannya. Helikopter lain, Mi-17VM kemudian dikirim, tetapi jarak pandang yang rendah kembali memaksa tim penyelamat untuk membatalkan upaya tersebut.

Pemimpin penyelamatan dan kepala base camp di Victory Peak, Grekov mengatakan, bahwa pendaki gunung berpengalaman Vitaly Akimov telah memimpin tim yang berusaha mendaki ke Natalia.

Namun mereka juga terpaksa kembali karena pemimpin kelompok mulai menderita sakit punggung akibat kecelakaan helikopter. Misi inipun kemudian dibatalkan. "Saya menarik kembali seluruh kelompok itu, ada empat orang," kata Grekov.

Ditanya apakah Natalia masih hidup, dia menyatakan tidak tahu. Tetapi kemudian ia berkata : "Saya kira tidak, karena dia sudah ada di sana sejak 12 Agustus. Hitung berapa lama waktu yang telah berlalu," ujar Grekov.

Kementerian Situasi Darurat Kirgistan menyatakan bahwa misi penyelamatan telah dibatalkan "Tidak realistis. Tidak realistis untuk bertahan hidup di ketinggian seperti itu," ujar mereka.

Hari ini Kementerian Situasi Darurat telah merencanakan untuk menggunakan pesawat tak berawak guna memeriksa tanda-tanda kehidupan, diikuti dengan pengerahan Helikopter ringan Airbus H125. Sayangnya 'jendela' cuaca yang diharapkan tidak pernah terbuka.

"Hari ini pula helikopter dikembalikan ke pangkalan permanennya," kata perwakilan Kementerian Situasi Darurat Kirgistan, Adil Chargynov.

Pilot Italia, yang didatangkan untuk pengalaman di dataran tinggi, kini juga kembali ke rumah mereka masing-masing.

Misalnya Natasha Nagovitsina, 47 yang akrab dipanggil Natalia itu telah mati di puncak membeku, Pobeda-Puncak Victory di Kyrgyzstan itu, pemulihan jenazahnya hanya akan mungkin dilakukan pada musim semi nanti. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.