https://malang.times.co.id/
Berita

Tragedi Stadion Kanjuruhan, Aremania: Aparat Tembak Gas Air Mata ke Tribun

Minggu, 02 Oktober 2022 - 16:48
Tragedi Stadion Kanjuruhan, Aremania: Aparat Tembak Gas Air Mata ke Tribun Suasana Stadion Kanjuruhan Malang Minggu (2/10/2022) pagi usai Tragedi. (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANGTragedi stadion Kanjuruhan yang berujung maut mencatat sejarah kelam bagi dunia persepakbolaan Indonesia, bahkan dunia. Setidaknya per Minggu (2/10/2022) pukul 13.00 WIB ada 129 korban meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka.

Insiden ini menjadi perbincangan di lingkup nasional. Lebih dari sekadar rivalitas dunia olahraga namun kemanusiaan adalah di atas segala-galanya.

Salah satu saksi mata, AR (26 tahun) menyampaikan bahwa ia berada di tribun pintu 13. Dia bersama rekan-rekannya di tribun atas menonton pertandingan secara wajar dan tanpa kericuhan.

Ketika pertandingan usai dan Arema FC menelan kekalahan 2-3 atas Persebaya Surabaya terjadi kerusuhan di bawah atau lapangan.

Mengetahui ada kerusuhan di bagian bawah, mereka memilih diam dan antri untuk keluar. Banyak Aremania yang berdesak-desakan di pintu keluar.

"Kita gak keluar duluan karena cari aman takut bersenggolan. Kita nunggu tiba-tiba aparatnya menembaki gas air mata ke tribun. Kita salah apa gitu. Setelah ada tembakan kita gak tau apa yang terjadi kan gelap. Saya langsung lari ke samping nyari keponakan saya," kata AR ketika dikonfirmasi TIMES Indonesia, Minggu (2/10/2022).

"Setelah beberapa waktu bisa melihat, sudah seperti banyak orang jatuh berhamburan terluka dan banyak temen saya sekarat. Kita evakuasi mereka. Dua orang dari kelompok saya meninggal dunia," tuturnya.

Ia menyayangkan sikap aparat yang seharusnya mengamankan, justru terlibat dalam kerusuhan dengan suporter. Banyak perempuan dan anak-anak, kata AR, yang menjadi korban.

"Yang bikin ricuh di stadion (lapangan), kita sama anak kecil dan ibu-ibu, sama perempuan. Kita gak ngapa-ngapain, yang rusuh di bawah, kok harus ada gas air mata. Kita disuruh gak bawa flayer, oke. Yang melanggar, siapa kita atau aparat," tegasnya.

AR menangis saat bercerita kronologi dan pengalaman kelam yang ia rasakan ketika menonton Arema. Ia hanya ingin oknum aparat yang membabi-buta diamankan, dikasih bimbingan lagi.

"Ada oknum aparat yang lemah gak melawan tapi jadi bulan-bulanan. Astaghfirullah. Sampek diinjak-injak gitu, dipukul. Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri," jelasnya.

"Mereka yang harusnya kasih contoh tapi kenapa mereka yang melakukan," ucapnya.

AR sempat terkena gas air mata yang ditembakkan oleh aparat kepolisian. Beruntung ia masih bisa bersikap tenang, tidak panik dan selamat dari maut.

Ia melakukan gerakan melawan arah ketika suporter lainnya berhamburan ke pintu keluar, AR justru jalan ke arah berlawanan yakni ke dalam. Ia menutup dengan masker dan kaos untuk menghindari amukan gas air mata.

Dari pengamatannya, ada 5 hingga 6 tembakan gas air mata yang diarahkan ke tribun atas. Sedangkan di bawah atau lapangan, ia tidak mengetahuinya.

AR berangkat bersama 30-an orang dalam satu rombongan. Ada anak-anak, ibu-ibu, dan wanita serta anak muda lainnya, termasuk bapak-bapak.

Menurut AR, suporter Arema FC tak tahan emosi ketika tim kebanggaannya harus menelan kekalahan di kandang sendiri. Namun, seharusnya tidak sampai terjadi jatuhnya ratusan korban jiwa.

"Kalau yang ada di stadion seperti orang penting pemain, wasit, official, itu kalau mereka udah aman, yaudah kenapa harus dibubarin. Suporter akan bubar dengan sendirinya. Biarin aja. Polisi mencoba melawan suporter yang emosi seperti itu. Malah gak karuan," bebernya.

"Tidak ada yang lebih berharga daripada nyawa," tutup pria asal Malang ini soal tragedi stadion kanjuruhan. (*)

Pewarta : Mohammad Naufal Ardiansyah
Editor : Irfan Anshori
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.