TIMES MALANG, MALANG – Gereja Ijen Malang, atau yang juga dikenal sebagai Gereja Katedral Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, merupakan salah satu cagar budaya nusantara di Kota Malang. Gereja yang terletak di Jalan Ijen Boulevard, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, ini dibangun pada tahun 1934.
Gereja Ijen dibangun atas prakarsa Mgr. Clemens van der Pas, Uskup Malang saat itu. Pada saat itu, umat Katolik di Kota Malang masih terbilang sedikit dan belum memiliki tempat ibadah yang memadai. Mgr. Clemens van der Pas kemudian memutuskan untuk membangun sebuah gereja yang besar dan megah untuk menampung umat Katolik di Kota Malang.
Gereja Ijen dibangun dengan gaya arsitektur neo-gothik yang khas. Bangunan gerejanya berbentuk persegi panjang dengan atap bergaya kubah. Dinding gerejanya dihiasi dengan ornamen-ornamen bermotif tumbuhan dan hewan, serta jendela-jendela kaca patri yang indah.
Gereja Ijen selesai dibangun pada tahun 1936. Gereja ini kemudian menjadi tempat ibadah utama bagi umat Katolik di Kota Malang. Gereja ini juga menjadi salah satu destinasi wisata religi di Malang.
Gereja Ijen memiliki sejarah yang panjang dan penuh makna. Gereja ini telah menjadi saksi bisu perkembangan agama Katolik di Indonesia. Gereja ini juga telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kota Malang.
Kisah Perjuangan Umat Katolik di Malang
Sebelum Gereja Ijen dibangun, umat Katolik di Kota Malang masih terbilang sedikit. Mereka beribadah di sebuah gereja kecil yang terletak di Jalan Ijen Boulevard. Gereja kecil ini tidak dapat menampung seluruh umat Katolik di Kota Malang.
Pada tahun 1920-an, jumlah umat Katolik di Kota Malang mulai meningkat. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya orang yang masuk agama Katolik. Untuk mengakomodasi umat Katolik yang terus meningkat, maka diperlukan sebuah gereja yang lebih besar.
Mgr. Clemens van der Pas kemudian memutuskan untuk membangun sebuah gereja yang besar dan megah di Jalan Ijen Boulevard. Pembangunan gereja ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mgr. Clemens van der Pas kemudian meminta bantuan kepada umat Katolik di seluruh Indonesia untuk menyumbang dana pembangunan gereja.
Umat Katolik di seluruh Indonesia sangat antusias untuk menyumbang dana pembangunan gereja. Mereka menyumbangkan uang, emas, dan benda-benda berharga lainnya. Berkat bantuan dari umat Katolik, maka pembangunan Gereja Ijen akhirnya dapat diselesaikan.
Gereja Ijen, Destinasi Wisata Religi yang Menarik
Gereja Ijen tidak hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi salah satu destinasi wisata religi di Malang. Setiap harinya, gereja ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Wisatawan yang berkunjung ke Gereja Ijen dapat melihat keindahan arsitektur gereja ini. Gereja Ijen memiliki gaya arsitektur neo-gothik yang khas. Bangunan gerejanya berbentuk persegi panjang dengan atap bergaya kubah. Dinding gerejanya dihiasi dengan ornamen-ornamen bermotif tumbuhan dan hewan, serta jendela-jendela kaca patri yang indah.
Selain keindahan arsitekturnya, wisatawan juga dapat mengikuti misa di Gereja Ijen. Misa di Gereja Ijen biasanya diadakan pada hari Minggu pagi dan sore. Misa ini dipimpin oleh seorang pastor dan diikuti oleh umat Katolik dari seluruh Malang.
Gereja Ijen, Cagar Budaya yang Harus Dilestarikan
Pemerintah Kota Malang telah menetapkan Gereja Ijen sebagai cagar budaya. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam gereja tersebut.
Gereja Ijen merupakan salah satu cagar budaya yang penting di Kota Malang. Gereja ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, serta menjadi salah satu destinasi wisata religi yang menarik.
Pemerintah Kota Malang dan umat Katolik di Kota Malang harus terus berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan Gereja Ijen. Gereja ini merupakan aset berharga yang harus diwariskan kepada generasi mendatang.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Gereja Ijen Malang, Saksi Bisu Sejarah Perkembangan Agama Katolik di Indonesia
Pewarta | : Imadudin Muhammad |
Editor | : Imadudin Muhammad |