TIMES MALANG, MALANG – Klenteng Eng Ang Kiong yang berada di kawasan Jalan Martadinata, Kota Malang berkomitmen tidak menggelar pertunjukan Barongsai saat perayaan Imlek sebelum pandemi Covid-19 usai.
Wakil Ketua Yayasan Klenteng Eng Ang Kiong, Herman Subianto mengatakan, peniadaan pertunjukan Barongsai dalam perayaan Imlek tersebut telah berjalan sejak awal pandemi Covid-19, yakni tahun 2020 lalu.
"Dua tahun termasuk tahun ini tetap gak ada perbedaan. Jadi gak kita adakan Barongsai itu. Kita vakum sejak pandemi," ujar Herman, Kamis (27/1/2022).
Alasan ia tak mau mengadakan pertunjukan Barongsai saat perayaan Imlek di Klenteng Eng Ang Kiong, dikarenakan tak ingin terjadi kerumunan. Karena setiap Klenteng Eng Ang Kiong menggelar pertunjukan Barongsai, ribuan warga sekitar ikut menyaksikan dan tentu akan terjadi kerumunan.
"Kalau kita adakan, penduduk sekitar datang gerombolan. Saya gak mau itu," tegasnya.
Umat saat melakukan prosesi sembayang jelang Imlek Tahun 2022. (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)
Perlu diketahui, Barongsai merupakan tarian traditional asal Tiongkok, China yang memang menjadi kewajiban digelar saat acara-acara perayaan besar. Salah satunya, dalam festival musim semi yang disebut dengan perayaan Imlek dalam menyambut tahun baru china atau Chinese New Year.
Tak hanya itu, perayaan Imlek yang biasa digelar oleh Klenteng Eng Ang Kiong selain pertunjukan Barongsai ada juga pertunjukan seni wayah Potehi yang dipertunjukan di gedung milik yayasan Klenteng Eng Ang Kiong. Selain itu, kegiatan lain yang ditiadakan, adalah perayaan Cap Go Meh sebagai perayaan penutup dalam rangkaian perayaan Imlek.
Klenteng Eng Ang Kionghanya akan melakukan sembayang bagi para umat Tridharma dan melakukan pembersihan patung dan altar di Klenteng.
"Cap Go Meh kita tidak adakan juga. Biasanya ada ribuan yang kita siapkan sekarang gak. Tapi mungkin hanya kita siapkan untuk internal perwakilan Tridharma saja sebanyak 40 orang tadi," jelasnya.
Dalam perayaan sembayang, nantinya untuk pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB bakal diadakan sembayang bagi 40 perwakilan Tridharma, yakni Tao, Budha dan Kong Hu Cu.
Setelah itu, ratusan umat lainnya akan berdatangan secara bergantian untuk sembayang. Namun, hal itu tentu bakal diatur untuk setiap jamnya agar tak terjadi kerumunan.
"Pokoknya nanti sembayang mulai pagi sampai malam. Itu nanti bergantian. Prokes tetap kita jaga. Jika satu altar sudah ramai akan kita atur agar tak berkerumun," tandasnya. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |