https://malang.times.co.id/
Berita

Bahas Sosok Pemimpin Ideal NU, UNISMA Undang Gus Miftah Hingga Gus Nadir

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 15:00
Bahas Sosok Pemimpin Ideal NU, UNISMA Undang Gus Miftah Hingga Gus Nadir Diskusi pemimpin ideal NU menjelang 1 abad dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional di kampus Unisma. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Universitas Islam Malang (UNISMA) sebagai perguruan tinggi NU terbesar nomor 1 di Indonesia turut memberikan kontribusi pemikiran terkait sosok pemimpin ideal NU (Nahdlatul Ulama). Pihaknya mengundang Gus Miftah hingga Gus Nadir (Nadirsyah Hosen).

Gus Miftah hadir secara langsung pada kegiatan yang digelar secara virtual pada Sabtu (16/10/2021) dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2021.

Selain Gus Miftah dan Gus Nadir dari Monash University, hadir pula sebagai narasumber yakni Rektor Unisma Prof Dr H Maskuri MSi, Pastor Romo Antonius Benny Susetyo dan Prof Lik Arifin Mansurnoor, BG SPS dari UIN Syarif Hidayatullah.

Wakil Rektor 3 UNISMA Dr. Ir. H. Badat Muwakhid, MP menyampaikan diskusi Hari Santri Nasional kali mengusung tema Sosok pemimpin ideal NU menjelang 1 abad.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi NU terbesar di Indonesia, UNISMA menghadirkan para narasumber untuk memberikan komentar dan pandangannya terkait tema yang dimaksud.

"Semula kita juga akan mengundang Cak Nun dari kalangan budayawan. Tetapi tidak berkesempatan," ujarnya.

Dalam konsentrasi pendidikan, UNISMA menitikberatkan kepada sektor pendidikan dalam hal pengembangan NU ke depannya.

"Kita harap pemimpin kita ke depan sosok orang yang bisa berpikir bagaimana mengangkat pendidikan sebagai agen pengembangan jam'iyah NU. Itu penting ya majunya jam'iyah NU yang didukung oleh kader berpendidikan," jelasnya.

Sementara itu, Gus Miftah memandang pemimpin ideal ormas terbesar di Indonesia tersebut harus memiliki pandangan visioner ke depan.

"Hari ini banyak ruang publik yang sebenarnya itu milik Nahdlatul Ulama, milik aslussunnah wal jamaah nahdliyah itu direbut oleh orang-orang non NU. Saya pikir pemimpin ideal NU ke depan harus mampu menyelamatkan ruang-ruang publik ini," katanya.

Menurut Gus Miftah, masih ada lagi ruang publik yang lebih luas. Yakni, persaingan di media sosial yang banyak digeluti akhir-akhir ini.

"Ke depan pemimpin NU harus punya visi ke depan terkait persoalan ini. Bahkan saya minta kalau bisa persoalan dakwah di medsos menjadi kajian di muktamar besok bagaimana kemudian ruang ini bisa kita ambil," ungkapnya.

Gus Nadir dalam paparannya memiliki kriteria sendiri dalam konteks pemimpin ideal NU. Ia meringkas dalam akronim PBNU. Bukan makna sebenarnya yang berarti Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Tapi itu merupakan singkatan.

"P-nya adalah pandai membaca perubahan sosial. Orientasi kita saat NU berdiri bertarung dengan Wahabi. B-nya adalah bangkitkan kembali peradaban Islam," bebernya.

Selanjutnya, Gus Nadir menyampaikan N dari akronim PBNU dalam kacamatanya adalah nunut atau patuh kepada para masyaikh.

"Ini identitas kita. Kita harus menjaga adab karena masyaikh kita memutuskan sesuatu bukan hanya teks dan konteks tapi juga spritual. Ini salah satu kekuatan kita," jelasnya.

"Terakhir adalah U, yakni untuk Indonesia tercinta. Sehebat apapun program kita konteksnya harus menjaga rumah kita bersama Indonesia," pungkas Gus Nadir di acara UNISMA yang juga dihadiri Gus Miftah. (*)

Pewarta : Mohammad Naufal Ardiansyah
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.