TIMES MALANG, MALANG – Seni bukan sekadar ekspresi individu, tetapi juga wadah pertemuan gagasan, perpaduan medium, dan dialog antar-seniman. Dari sinilah inspirasi lahir dan berkembang, yang kemudian diwujudkan dalam Pameran Art Media bertajuk Soul Craft.
Kolaborasi menjadi ruh utama dalam pameran berlangsung pada 23-27 Februari 2025 di Mason Art Gallery 52, Malang.
Gagasan untuk mempersatukan elemen seni yang lahir dari seorang kurator Taufik Rahzen, yang menggagas Dian Erra Kumalasari atau yang kerap disapa Dian Oerip, pendiri Oerip Indonesia yang bergerak dibidang wastra. Ia memiliki andil untuk menciptakan kolaborasi dengan seniman lintas kota dan latar belakang.
Sejumlah nama seniman yang turut berkolaborasi seperti Bina Novida, Akbar aka Kobir Pop, dan Angga aka Riuh Suar Membara yang turut hadir dengan membawa energi dan interpretasinya masing-masing ke dalam galeri seni.
Setiap karya yang disuguhkan, membawa jejak personal masing-masing seniman. Bina Novida misalnya, seniman asal Bukit Tinggi ini menghadirkan lukisan Mooi Indie “Salamat” yang mengangkat tema keindahan Pulau Jawa dengan pendekatan estetika yang khas dan berpadu dalam warna serta cahaya kontemporer.
Sementara itu, Akbar atau yang hangat disapa Kobir, memulai karir dalam di dunia seni rupa pada tahun 2017 mengangkat tema lukisan Pop art. Akbar memilih kertas dan kanvas sebagai medium utama dan menjadikan pandangan serta pengalaman pribadinya sebagai sumber inspirasi.
Di sisi lain ada Angga atau Riuh Suar Membara memulai perjalanan seninya pada tahun 2014 dengan menghadirkan lukisan Surealis Art. Rasa ingin tahu tentang gesture wajah dan anatomi tubuh membawa dirinya semakin larut dalam dunia seni. Baginya, seni bukan hanya sekedar ekspresi, tetapi juga merupakan bagian dari perjalanan hidup yang tak terpisahkan.
Tantangan utama dari sebuah kolaborasi seni terletak pada bagaimana cara menyatukan berbagai idealisme yang berbeda. Muncullah jawaban dari tantangan ini adalah dengan menggabungkan kain wastra yang dililitkan pada setiap bingkai lukisan. Unsur kain ini tidak hanya menjadi ornament, tetapi juga turut menjadi jembatan yang menyatukan perbedaan dalam sebuah kesatuan utuh.
“Masing-masing seniman memiliki gaya dan idealismenya sendiri. Untuk menjawab tantangan itu, Dian Erra Kumalasari menciptakan kolaborasi dengan kain wastra yang dililitkan disetiap bingkai lukisan. Jadi, ketika idealisme para seniman itu dipersatukan, mampu menghasilkan sebuah karya yang memukau,” ujar Ahmad Zakiy selaku salah satu tim dalam Pameran Art Media.
Di balik karya seni yang dipamerkan, terdapat pesan yang ingin disampaikan yaitu kolaborasi mampu menghasilkan kreativitas yang lebih luas dan indah. Seperti seni yang terus berkembang melalui dialog dan eksplorasi, pameran ini mengajak publik untuk memahami bahwa kreativitas tidak lahir hanya dari ruang tertutup, tetapi juga lewat interaksi, pertemuan, dan kerja sama.
“Jadi harapannya, melalui Pameran Media Art yang diadakan oleh Oerip Indonesia ini dapat menjadi salah satu wadah berkolaborasi dengan para seniman maupun berbagai profesi lainnya untuk mencetak karya yang lebih hidup dan indah,” imbuhnya.
Sebelumnya, pameran yang serupa juga telah dihelat di Balai Budaya, Jakarta. Dengan demikian, ini merupakan kali kedua pameran bertajuk “Soul Craft” dihelat, rencananya Oerip Indonesia juga akan mengadakan tur pameran berikutnya di kota lain.
Dengan semangat yang sama, Soul Craft bukan hanya sekedar pameran tetapi juga sebuah perjalanan. Seperti sebuah perjalanan, ia terus bergerak, menjelajah, dan menemukan asa serta rasa dalam tiap perhetiannya. (*)
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |