TIMES MALANG, MALANG – Aktivitas produksi penggilingan padi di Kota Malang mengalami penurunan sejak berakhirnya masa panen pada Agustus 2025. Minimnya pasokan gabah membuat sebagian pelaku usaha penggilingan terpaksa mengurangi kegiatan produksinya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan mengatakan, kondisi ini merupakan siklus tahunan yang wajar. Menurutnya, pasokan gabah akan kembali normal seiring dimulainya musim panen pada akhir tahun.
“Stok gabah saat ini memang menurun karena masa panen raya telah usai. Namun, kami perkirakan pada November dan Desember 2025 mendatang, pasokan akan kembali melimpah,” ujar Slamet, Rabu (17/9/2025).
Meski demikian, Slamet menilai tingginya harga gabah di tingkat petani yang kini melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp6.500 per kilogram justru memberikan keuntungan. Menurutnya, harga gabah yang berkisar Rp7.000 hingga Rp7.200 per kilogram merupakan bentuk apresiasi terhadap kerja keras petani.
“Tidak masalah dijual di atas HET, itu justru keuntungan bagi petani. Dengan harga tersebut, jerih payah petani selama kurang lebih 100 hari bisa terbayarkan,” ungkapnya.
Slamet menegaskan bahwa HET sebesar Rp6.500 per kilogram sudah cukup membantu petani menutupi biaya produksi, mulai dari pembelian benih, pengolahan lahan, pupuk, hingga biaya panen. Kualitas gabah dari Malang yang dinilai baik juga menjadi faktor pendorong harga jual yang lebih tinggi.
Ia juga membantah adanya monopoli harga oleh Bulog. Slamet menyebut harga gabah yang terbentuk saat ini murni hasil mekanisme pasar dan justru sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Dispangtan Kota Malang menargetkan produksi gabah pada musim panen akhir Desember 2025 mencapai 15.000 ton. Namun, jumlah itu masih jauh dari kebutuhan tahunan Kota Malang yang berkisar 40.000 hingga 45.000 ton.
“Kota Malang memang bukan produsen utama, sehingga kerja sama antar daerah menjadi kunci untuk memenuhi kebutuhan pangan. Peran Bulog tetap vital dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas pasokan beras bagi masyarakat,” ujarnya. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |