TIMES MALANG, MALANG – Belakangan, pertiwi marak oleh berita terkait kasus ginjal akut yang menukas kehidupan anak-anak balita. Hal tersebut diduga berasal dari beberapa zat yang ada pada obat berbentuk sirup yang dikonsumsi oleh mereka. Tak hanya di Indonesia saja, beberapa negara lain juga mengalami elegi yang sama. Hingga saat ini, kasusnya kian hari kian meningkat dan membuat resah para orang tua. Lalu bagaimana agar kita bijak menyikapinya?
Beredar berita terbaru yang cukup meredakan nyeri dada akibat kecemasan yang ada. Dilansir dari situs tempo.co (2022), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan obat antidotum dengan merek Fomepizole terbukti ampuh mengobati gagal ginjal akut pada anak.
Budi mengatakan dari 10 anak yang diberikan obat tersebut, sebanyak 7 di antara membaik. Hal ini tentu menjadi kabar yang dinanti-nantikan sebagai penenang para orang tua. Namun, sebenarnya tak cukup hanya memiliki rasa lega akan hal itu. Masyarakat selaku orang tua yang memiliki anak juga dituntut kritis juga sebenarnya akan fenomena ini, Mengapa hanya ada dalam obat sirup yang beredar di kalangan balita saja, benarkah juga aman sejauh ini seluruh obat sirup untuk orang dewasa?
Zaman memang sudah berubah. Bila mau kita bandingkan dengan kehidupan zaman dahulu sebelum mengenal bahan kimia, masyarakat cenderung lebih sehat dan tak punya penyakit yang aneh-aneh karena mempercayai pengobatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan alami atau herbal yang mudah didapat dari sekitar. Obat herbal relatif aman dari efek samping berbahaya yang dimunculkan dari obat berbahan kimia. Selain itu, tubuh lebih mudah memproses obat herbal tersebut karena berasal dari bahan alami. Pun biayanya, tentu lebih murah.
Memang kita sadari, efek dari pengobatan berbahan kimia memiliki efek yang jauh lebih cepat dengan biaya yang lebih mahal dibandingkan bahan alami. Hal tersebut dilandaskan dari berbagai macam teori-teori tentang kesehatan yang paling banyak digunakan pada saat ini. Namun, sekali lagi, tidakkah kita ingin kembali pada yang berbahan alami melihat fenomena belakangan ini? Apalagi kalau satu persatu calon generasi harus mati. Rasa hati tak akan tega melihat buah hati mendadak terbaring sunyi.
Sebenarnya, bila sakit demam, batuk, dan flu yang masih bisa diatasi dengan ramuan atau obat-obatan herbal yang jauh lebih aman tanpa efek samping dibandingkan harus menelan sirup penukas hidup, meski efek sembuhnya lama dan bertahap, para orang tua tentunya akan lebih selektif dalam memberikan pengobatan untuk anak-anaknya. Misalnya Ketika flu, cukup dengan mengunyahkan herbal kapulaga untuk dilumurkan pada ubun-ubun anak agar flu mereda, dan masih banyak lagi cara obat alami lainnya yang sepertinya di era kini mulai dilupakan karena masyarakat cenderung menyukai hal yang berefek cepat dan serba instan.
Yang lebih menggiurkan lagi, beberapa daftar sirup sudah teruji dan dinilai aman. Hayo, siapa kira-kira yang berani mencoba? Tidakkah semua yang dinyatakan aman oleh manusia bisa saja belum sepenuhnya aman? Untuk itulah, perlu kiranya kita meningkatkan kehati-hatian dalam mengonsumsi sesuatu apalagi obat-obatan berbahan kimia. Bila nyawa dalam raga ini hanya untuk hidup satu kali di dunia ini, alangkah baiknya bila kita tak coba-coba untuk uji nyali di tengah fenomena yang masih hiruk-pikuk seperti saat ini.
Di sisi lain, sekalipun kita memilih produk herbal sebagai pengobatan. kita juga harus berhati-hati karena tidak semua obat herbal terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dilansir dari situs Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (2022), standarisasi dan peraturan yang diterapkan untuk proses perizinan oleh BPOM berbeda dengan obat medis. Oleh karena itu, dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dulu kepada dokter sebelum memakai produk herbal.
Takutnya, ada zat tertentu dalam kandungan herbal yang tak cocok untuk tubuh sehinggabisa saja menimbulkan alergi. Selain itu, jangan sekali-kali mengonsumsi obat kimia bersamaan dengan produk herbal karena dikhawatirkan dapat saling berinteraksi sehingga menimbulkan efek samping. Perhatikan betul keterangan dosis, aturan pakai, serta efek samping dan kontraindikasi yang tertera pada kemasan untuk setiap obat yang kita konsumsi. Tak lupa pula konsultasikan pada dokter.
***
*) Oleh: Diah Budiarti, S.Pd., M.Pd.; Guru Bahasa Indonesia SMA Islam Sabilillah Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |