TIMES MALANG, MALANG – Perkembangan kecerdasan buatan yang kerab dikenal Artificial intellegence (AI) dalam dunia teknologi berkembang semakin pesat dengan berbagai inovasi yang terus bermunculan.
Salah satu yang menarik perhatian adalah DeepSeek AI, model open-source yang di kembangkan di China dan di klaim mampu bersaing dengan OpenAI. Keunggulannya terletak pada efisiensi komputasi, keterbukaan teknologi, serta kemampuannya dalam penalaran logis dan pemograman.
Di balik kelebihannya, DeepSeek AI juga menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait dengan aspek keamanan dan potensi penyalahgunaan. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah DeepSeek AI merupakam terobosan teknologi yang menguntungkan, atau justru menjadi ancaman bagi penggunanya?
DeepSeek AI adalah produk laboratorium independen asal China yang bernama Fire-Flyer. Teknologi ini berfokus pada penciptaan efisiensi, keterbukaan, dan penalaran yang lebih baik dibandingkan model-model lain yang ada.
Berbeda dengan AI asal China lainnya, DeepSeek tidak di dukung oleh raksasa teknologi seperti Baidu atau Alibaba. Dengan model open-source, DeepSeek memberikan fleksibilitas dan akses yang lebih luas bagi para pengembang.
DeepSeek juga memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan ChatGPT. Dalam hal penalaran matematis dan logika, DeepSeek mencetak skor 92%, mengungguli ChatGPT yang hanya 89%.
Selain itu, DeepSeek lebih efisien dalam hal biaya dan penggunaan komputasi, membuatnya menarik bagi para independen. Dengan sifat open-source, DeepSeek memberikan kebebasan untuk dimodifikasi, sementara ChatGPT lebih terbatas.
Di bidang analisis data dan pemograman, begitu juga dengan DeepSeek ini menunjukkan keunggulan, sedangkan ChatGPT ini lebih cocok untuk komunikasi sehari-hari.
DeepSeek AI memiliki sejumlah risiko keamanan. Salah satunya adalah potensi serangan injeksi cepat, di mana penyerangan dapat menyusupkan kode berbahaya untuk mengambil alih akun pengguna.
Selain itu, eksploitasi token sesi dapat terjadi hanya dengan user token yang ada di localStorage. Risiko XSS (Cross-Site Scripting) juga membuka peluang bagi penyerang untuk mengontrol peramban korban.
Sistem open-source ini membuat DeepSeek lebih rentan terhadap eksploitasi pihak ketiga. Meskipun kerangka open-source mendorong kolaborasi dan juga inovasi, hal ini juga meningkatkan risiko keamanan.
Kini, DeepSeek AI menjadi ancaman serius bagi OpenAI dan Google berkat pendekatan efisien dan inovatifnya. Model pembelajaran penguatan DeepSeek-R1-Zero menawarkan alternatif baru yang tidak memerlukan pelatihan yang di awasi.
Daya tarik open-source meningkatkan popularitas di kalangan komunitas pengembangan global. Di pasar, dampaknya cukup signifikan; saham Nvidia bahkan turun hampir $600 miliar setelah peluncuran DeepSeekAI.
Jika aspek keamanan dapat di tingkatkan, DeepSeek berpotensi menjadi solosi AI yang lebih transparan dan hemat biaya. Namun, jika keamanan tetap rentan, risiko eksploitasi akan meningkat, menjadi ancaman besar bagi pengguna.
Oleh karena itu, regulasi dan pengawasan dari pemerintah serta komunitas AI sangat pentinguntuk menetapkan standar keamanan bagi model open-source. Kesadaran pengguna terhadap risiko dan keamanan juga krusial sebelim mengadopsi teknologi AI baru ini.
DeepSeek AI menawarkan inovasi yang luar biasa dalam dunia kecerdasan buatan, namun juga membawa tantangan yang tidak kalah besar. Keunggulannya dalam efisiensi dan keterbukaan menjadikannya menarik bagi pengembang.
Namun, risiko keamanan yang ada harus di atasi sebelum teknologi ini di terima secara luas. DeepSeek AI bisa menjadi pedang bermata dua berpotensi menjadi revolusi dalam AI atau malah manjadi ancaman baru yang mengkhawatirkan.
Dengan kemampuannya, AI ini di manfaatkan untuk menbuat email phising, menerjemahkan teks, sehingga bisa menimbulkan berita hoax, bahkan AI pun digunakan untuk menyebarkan aplikasi yang berbahaya.
***
*) Oleh : Nadhifatul Mufidah, Mahasiswa Universitas Islam Malang dan Kader PMII Rayon Sunan Bonang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |