https://malang.times.co.id/
Opini

Potensi Laku Generasi Muda

Minggu, 16 November 2025 - 22:45
Potensi Laku Generasi Muda Mashudi, Ketua IKatan Mahasiswa Raas (IMR).

TIMES MALANG, MALANG – Di tengah derasnya perubahan zaman, generasi muda sering menjadi objek perbincangan: dipuji sebagai aset masa depan, namun pada saat yang sama dituding rapuh, sibuk dengan layar, dan kehilangan orientasi.

Jika dicermati lebih dalam, generasi muda Indonesia justru tengah menunjukkan laku baru cara berpikir, bersosialisasi, dan bergerak yang menjadi potensi besar bagi perubahan sosial dan ekonomi ke depan. Potensi ini bukan sekadar bonus demografi, tetapi bonus kreativitas, bonus gagasan, dan bonus energi.

Generasi muda hari ini tumbuh dalam ekosistem digital yang menuntut respon cepat, adaptasi tinggi, dan kemampuan membaca peluang. Mereka terbiasa berpikir lintas batas: teknologi dapat digabung dengan bisnis, seni dipadukan dengan kampanye sosial, dan isu lingkungan disebarkan melalui konten kreatif. 

Cara mereka mengekspresikan diri pun jauh lebih cair, tidak terkungkung pada hierarki sosial yang selama ini menjadi pola masyarakat lama. Justru dari kelenturan inilah lahir peluang baru bagi bangsa.

Namun, di balik deretan potensi itu, terdapat kegelisahan yang wajar. Generasi muda hidup di tengah ketidakpastian: kompetisi kerja semakin ketat, biaya hidup meningkat, pendidikan formal belum sepenuhnya adaptif, dan ruang kreativitas sering kali terhambat oleh regulasi yang lamban. 

Mereka tidak menginginkan negara yang memanjakan, tetapi negara yang memberi ruang untuk bergerak. Laku generasi muda sejatinya adalah laku mencari kesempatan. Dan tugas pemerintah, lembaga pendidikan, serta pemimpin masyarakat adalah memastikan bahwa kesempatan itu benar-benar tersedia, bukan sekadar wacana.

Potensi laku generasi muda terlihat jelas dalam cara mereka membangun jaringan. Hari ini, komunitas dapat lahir dari obrolan ringan di media sosial, kemudian berkembang menjadi gerakan sosial, koperasi digital, bahkan bisnis rintisan. 

Mereka mampu menggabungkan empati dengan teknologi: menggalang donasi untuk bencana melalui platform digital, membuat kelas belajar gratis, hingga menciptakan ruang diskusi publik yang lebih egaliter. Laku kolaboratif seperti ini menunjukkan bahwa generasi muda sebenarnya sangat siap menjadi motor perubahan, asalkan diberi akses dan kepercayaan.

Sayangnya, tidak sedikit kebijakan publik yang masih menempatkan anak muda sebagai “penonton”. Mereka dilibatkan hanya saat seremoni, tetapi tidak diikutsertakan dalam perumusan program. Padahal, keberhasilan pembangunan ke depan sangat dipengaruhi oleh kemampuan generasi muda membaca arah zaman. 

Negara membutuhkan perspektif optimistik namun realistis, dan itu banyak dimiliki oleh kalangan muda. Mereka tidak menunggu keadaan membaik; mereka menciptakan keadaan baru melalui cara mereka sendiri.

Potensi laku generasi muda juga tampak dari keberanian mengambil resiko. Di tengah masyarakat yang sering mengagungkan stabilitas, situasi ini menjadi anomali yang justru positif. Banyak anak muda berani meninggalkan pekerjaan mapan untuk merintis usaha. 

Banyak pula yang memilih menjadi relawan, menginisiasi kampanye sosial, dan aktif dalam kegiatan kerakyatan. Mereka memahami bahwa perubahan tidak bisa berlangsung jika hanya mengandalkan struktur lama. Harus ada energi baru yang mendorong arah perubahan tersebut.

Dalam konteks ini, generasi muda tidak boleh hanya diposisikan sebagai bahan bakar pembangunan, tetapi juga sebagai navigator masa depan. Pendidikan harus bertransformasi menjadi sistem yang membentuk karakter adaptif, kreatif, dan kritis. 

Pemerintah daerah harus membuka lebih banyak ruang partisipasi publik bagi anak muda, baik dalam penyusunan kebijakan maupun implementasinya. Dan sektor swasta harus menyediakan ekosistem yang mendukung inovasi, bukan hanya mengeksploitasi tenaga kerja muda dengan upah murah.

Selain itu, penting untuk menekankan bahwa potensi laku generasi muda bukan hanya milik mereka yang hidup di kota atau memiliki akses teknologi tinggi. Banyak generasi muda di desa, kepulauan, dan daerah 3T yang menunjukkan laku kepemimpinan luar biasa: membangun kelompok tani muda, mengelola perpustakaan desa, hingga memasarkan produk lokal ke pasar digital. Mereka membuktikan bahwa potensi tidak mengenal batas geografis; yang membedakan hanya kesempatan dan akses.

Potensi laku generasi muda adalah kekuatan yang harus dikelola dengan baik. Energi muda yang tidak diarahkan bisa berubah menjadi sinisme atau apatisme. Tetapi energi muda yang dikelola melalui pendidikan yang relevan, kebijakan yang responsif, serta ruang partisipasi yang luas, dapat menjadi katalis perubahan yang luar biasa. Bangsa ini tidak kekurangan anak muda pintar; yang kita butuhkan adalah sistem yang memantik nyala api kreativitas mereka.

Generasi muda bukan sekadar pewaris masa depan. Mereka adalah arsitek yang sedang menyusun fondasi baru bagi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya bangsa. 

Potensi laku mereka adalah sinyal bahwa Indonesia masih memiliki kesempatan besar untuk memperbaiki diri. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian kolektif untuk mempercayai mereka, mendengar mereka, dan memberi ruang agar potensi itu tumbuh menjadi kekuatan nyata.

***

*) Oleh : Mashudi, Ketua IKatan Mahasiswa Raas (IMR).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia  untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.