https://malang.times.co.id/
Opini

Tren TikToker dan Pudarnya Karakter Gen-Z di Era Digital

Senin, 10 Februari 2025 - 14:56
Tren TikToker dan Pudarnya Karakter Gen-Z di Era Digital Syifaur Rohania, Kader PMII Sunan Bonang Komisariat Universitas Islam Malang.

TIMES MALANG, MALANG – Pada era digital atau yang juga dekat dikenal dengan abad 21, sudah tidak asing lagi dengan adanya perkembangan teknologi informasi media sosial. 

Media sosial merupakan sebuah kosa kata yang diperlukan untuk menyatukan berita berbasis web, pertukaran informasi, dan penggunaan. 

Media sosial menjadi daya tarik tersendiri bagi Sebagian besar orang karena dapat diakses untuk mencari dan bertukar informasi apa saja dengan bebas tanpa terikat waktu hanya melalui ponsel. 

Tidak hanya itu, media sosial juga sering digunakan sebagai tempat untuk mengunggah aktivitas pribadi baik berupa foto maupun video. Beberapa jenis media sosial yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, seperti: WhatsApp, Twitter atau yang sekarang dikenal dengan sebutan X, Instagram, Facebook, Telegram, dan Tik-tok.

Tik-tok merupakan aplikasi yang menawarkan efek khusus yang bersifat menarik dan unik yang dapat dengan mudah digunakan penggunanya untuk membuat sebuah video berdurasi singkat dengan hasil yang perfect dan dapat diperlihatkan kepada sesama teman serta pengguna yang lain. 

Tik-Tok merupakan salah satu konten digital yang banyak digemari masyarakat luas, khususnya kalangan milenial. Karena Tik-Tok didominasi oleh pengguna muda yang dianggap sebagai digital native. 

Khususnya di Indonesia, Generasi Z telah memperoleh pangsa pasar pelanggan terbesar di era digital. Tik-Tok memiliki lebih dari 500 juta pengguna aktif bulanan terbesar di seluruh dunia.

Di Indonesia, aplikasi Tik-Tok memiliki jumlah pengguna sekitar 10 juta orang
mayoritas milenial, anak sekolah dan gen Z. Tik-Tok sendiri diluncurkan pada tahun 2017 tepatnya pada bulan Mei. Tik-tok mempunyai musik pendukung yang luas dan memungkinkan pengguna untuk membuat penampilan dengan dance, gaya bebas, dan masih banyak lagi.  

Tik-tok sangat digemari oleh semua kalangan khususnya anak-anak milenial dan generasi Z bahkan anak-anak sekolah dasar sekalipun. Sehingga tidak heran jika Tik-Tok memiliki pelanggan terbesar pada abad 21 ini. 

Tik-Tok yang didominasi oleh kalangan muda dan anak-anak sekolah dasar menjadikan Tik-tok menjadi salah satu tempat untuk mencari hiburan bagi para pengguna. Tik-Tok dibuka untuk melihat konten-konten menarik dan fyp dari unggahan pengguna lain. Tik-Tok juga memberikan dampak bagi para pengguna, khususnya anak-anak.

Dampak positif dalam mengakses aplikasi Tik-Tok secara umum adalah dapat
dengan mudahnya mendapat jaringan pertemanan baru, menjadi media promosi,
sebagai tempat berkomunikasi bersama teman atau sesama pengguna, dan sebagai jalan pintas dalam mencari informasi berita terkini serta pendidikan teknologi. 

Dampak positif Tik-Tok bagi anak sekolah dasar adalah memberikan kemudahan dalam mempelajari bahasa asing yang tidak hanya mengandalkan guru atau buku. Sedangkan dampak negatifnya adalah seiring dengan semakin canggihnya aplikasi Tik-Tok dan tidak adanya batasan usia terhadap video yang ditonton.

Siswa sekolah dasar dapat dengan leluasa mengakses video serta menonton dan mendengarkan semua bahasa yang diterima secara langsung tanpa disaring terlebih dahulu. Kecanduan dalam mengakses aplikasi ini dapat menyebabkan kurangnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan kurangnya konsentrasi dalam proses pembelajaran.

Fenomena ini juga menciptakan standar sosial yang tidak realistis. Banyak anak muda merasa harus mengikuti tren kecantikan, gaya hidup, atau bahkan cara berpikir yang sedang populer di TikTok. Mereka takut berbeda karena khawatir tidak diterima oleh lingkungannya. Padahal, justru dengan menjadi berbeda, seseorang bisa menunjukkan karakter dan kepribadian uniknya.

Selain itu, pudarnya karakter anak muda juga terlihat dari menurunnya minat terhadap aktivitas di luar dunia maya. Banyak yang lebih memilih menghabiskan waktu berjam-jam di TikTok daripada berinteraksi langsung dengan orang lain, membaca buku, atau mengeksplorasi hobi yang lebih bermanfaat. 

Hal ini dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka dalam jangka panjang. Tantangan terbesar bagi anak muda saat ini adalah bagaimana mereka dapat menggunakan media sosial tanpa kehilangan identitasnya. 

Mereka perlu menyadari bahwa tren di TikTok bersifat sementara, sementara karakter dan nilai-nilai diri adalah sesuatu yang akan membentuk masa depan mereka. Mengikuti tren boleh saja, tetapi harus tetap memiliki filter dan kesadaran akan siapa diri mereka sebenarnya. 

Media sosial seharusnya menjadi alat untuk mengekspresikan diri, bukan untuk menghilangkan identitas diri. Anak muda perlu menyadari bahwa keunikan dan karakter mereka jauh lebih berharga daripada sekadar viralitas sesaat. 

Keberanian untuk menjadi diri sendiri adalah hal yang lebih penting dibandingkan sekadar menjadi bagian dari tren yang akan cepat berlalu. Pada akhirnya, dunia akan selalu berubah, tren akan selalu datang dan pergi, tetapi karakter sejati adalah sesuatu yang akan bertahan dan menjadi bekal berharga dalam menjalani kehidupan.

***

*) Oleh : Syifaur Rohania, Kader PMII Sunan Bonang Komisariat Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.