https://malang.times.co.id/
Opini

Navigasi Guru Gen Z dan Siswa Gen Alpha dalam Pendidikan

Rabu, 29 Januari 2025 - 23:25
Navigasi Guru Gen Z dan Siswa Gen Alpha dalam Pendidikan Ida Fauziyah, Mahasiswa PPG Calon Guru, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban.

TIMES MALANG, TUBAN – Perubahan yang cepat dalam dunia teknologi, budaya, dan sosial telah menciptakan tantangan baru dalam pendidikan. Di tengah transformasi ini, kita menyaksikan peran yang semakin penting dari guru generasi Z (Gen Z) dan siswa generasi Alpha (Gen Alpha). Kedua kelompok ini memiliki ciri khas yang berbeda, tetapi berinteraksi dalam dunia pendidikan yang semakin canggih dan digital. 

Guru Gen Z adalah kelompok pendidik yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, di mana mereka tumbuh dalam lingkungan yang sudah terbiasa dengan kemajuan teknologi. Sebagai digital natives, guru Gen Z seringkali lebih terampil dalam memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. 

Mereka sudah terbiasa dengan perangkat digital, media sosial, dan berbagai aplikasi yang mempermudah interaksi serta penyebaran informasi. Hal ini memungkinkan mereka untuk lebih kreatif dalam merancang metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa masa kini.

Namun, meskipun guru Gen Z memiliki kelebihan dalam hal teknologi, mereka juga menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah pergeseran dalam cara siswa mengakses informasi. Siswa Gen Alpha, yang lahir setelah tahun 2012, lebih terhubung dengan dunia digital dibandingkan dengan generasi sebelumnya. 

Mereka tidak hanya tumbuh dengan ponsel pintar dan tablet, tetapi juga lebih terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan, dari hiburan hingga pendidikan. Siswa Gen Alpha ini memiliki tingkat konsentrasi yang lebih pendek dan lebih tertarik pada pembelajaran yang interaktif dan berbasis teknologi.

Selain itu, perbedaan nilai dan budaya juga menjadi tantangan dalam interaksi antara guru Gen Z dan siswa Gen Alpha. Guru Gen Z cenderung lebih mengedepankan kesetaraan, inklusivitas, dan kebebasan berekspresi dalam pengajaran mereka. Mereka lebih memahami pentingnya pendekatan personal dalam pendidikan dan lebih terbuka terhadap keberagaman. 

Di sisi lain, siswa Gen Alpha tumbuh di tengah-tengah isu sosial yang lebih kompleks, seperti keberagaman ras, gender, dan identitas. Mereka cenderung lebih kritis terhadap norma-norma sosial dan memiliki kesadaran yang lebih tinggi tentang isu-isu global seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan keberlanjutan.

Perbedaan karakteristik ini memerlukan penyesuaian metode pengajaran yang lebih fleksibel dan responsif. Guru Gen Z harus mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis dan interaktif. 

Pembelajaran berbasis proyek, penggunaan aplikasi pendidikan, dan integrasi media sosial dalam pembelajaran bisa menjadi strategi yang efektif. Selain itu, pendekatan yang mengedepankan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar akan lebih menarik bagi siswa Gen Alpha yang cenderung tidak sabar dengan metode pembelajaran yang monoton.

Namun, ada juga tantangan besar bagi guru Gen Z dalam mengelola kecanggihan teknologi. Meskipun teknologi bisa memperkaya pengalaman belajar, guru harus bijak dalam menggunakannya agar tidak menjadi distraksi. Selain itu, penting bagi guru untuk tetap menjaga hubungan emosional dengan siswa. 

Meskipun dunia digital menawarkan kemudahan dalam komunikasi, tidak ada yang bisa menggantikan interaksi langsung antara guru dan siswa. Guru Gen Z harus menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan menjaga kedekatan emosional dengan siswa untuk membangun hubungan yang sehat.

Di sisi lain, siswa Gen Alpha juga menghadapi tantangan besar. Meskipun mereka memiliki akses yang lebih mudah terhadap informasi, kemampuan untuk memilah informasi yang benar dan relevan menjadi semakin penting. Ketergantungan yang tinggi pada teknologi bisa membuat mereka rentan terhadap informasi yang salah atau berbahaya. 

Oleh karena itu, penting bagi guru Gen Z untuk mengajarkan literasi digital yang baik, membantu siswa memahami cara memilih dan menganalisis informasi dengan kritis. Ini adalah keterampilan penting yang akan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan global di masa depan.

Pendidikan bagi siswa Gen Alpha juga harus melibatkan lebih banyak pendekatan kolaboratif dan pembelajaran berbasis tim. Mereka sering kali lebih senang bekerja dalam kelompok dan menggunakan platform digital untuk berkolaborasi. 

Guru Gen Z harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk berkolaborasi, berbagi ide, dan belajar dari satu sama lain. Penggunaan teknologi untuk mendukung kolaborasi ini bisa meningkatkan keterampilan sosial dan kreativitas siswa, yang sangat dibutuhkan di dunia yang semakin terhubung ini.

Selain itu, keberagaman minat dan bakat siswa Gen Alpha juga mengharuskan guru untuk lebih fleksibel dalam merancang kurikulum. Mereka cenderung memiliki ketertarikan yang lebih luas, mulai dari bidang seni, teknologi, hingga ilmu pengetahuan. 

Guru Gen Z perlu memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat mereka secara mendalam dan tidak terjebak dalam kurikulum yang terlalu kaku atau terfokus pada satu disiplin ilmu saja. Ini akan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar dan mengembangkan potensi mereka.

Tantangan yang dihadapi oleh guru Gen Z dalam mengajar siswa Gen Alpha tidak hanya terbatas pada teknologi dan pendekatan pedagogis. Mereka juga harus mampu mendengarkan dan memahami kebutuhan emosional siswa yang mungkin berbeda dengan generasi sebelumnya. 

Siswa Gen Alpha lebih cenderung mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka dan membutuhkan ruang untuk berbicara tentang tantangan pribadi yang mereka hadapi. Guru Gen Z perlu peka terhadap perubahan ini dan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa.

Di masa depan, interaksi antara guru Gen Z dan siswa Gen Alpha akan semakin penting dalam menciptakan pendidikan yang relevan dan bermakna. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator dan mentor. Mereka harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan perkembangan sosial yang pesat. 

Siswa Gen Alpha, di sisi lain, perlu dibekali dengan keterampilan yang relevan dengan dunia yang terus berubah ini. Kerja sama antara guru dan siswa akan menjadi kunci keberhasilan pendidikan di era digital ini.

Hubungan antara guru Gen Z dan siswa Gen Alpha adalah contoh dari perubahan besar yang sedang terjadi dalam dunia pendidikan. Kedua kelompok ini memiliki tantangan dan kelebihan masing-masing, namun dengan pendekatan yang tepat, mereka dapat saling melengkapi dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih dinamis, relevan, dan bermakna. 

Dunia pendidikan yang terus berkembang ini memerlukan fleksibilitas, kreativitas, dan kolaborasi agar dapat menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.

***

*) Oleh : Ida Fauziyah, Mahasiswa PPG Calon Guru, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.