https://malang.times.co.id/
Opini

“Outlier Moment”: Membaca Kepemimpinan Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto

Jumat, 05 Desember 2025 - 17:03
“Outlier Moment”: Membaca Kepemimpinan Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto Mahdi El Kherid, Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Timur dan Kepala Badan Cyber PW Ansor Jatim.

TIMES MALANG, MALANG – Dalam Outliers, Malcolm Gladwell menegaskan bahwa kesuksesan besar tidak pernah lahir secara kebetulan. Ada pola yang terbentuk: kombinasi antara kesempatan langka, disiplin ekstrem, dan lingkungan yang memungkinkan seseorang melampaui standar normal. 

Ketika penulis mengikuti sepak terjang Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Komjen Suyudi Ario Seto, penulis melihat pola serupa: seorang outlier dalam perang melawan narkotika.

Senjata Suyudi dalam menjadi outlier tersebut dia bekali ‘senjata’ yang tidak hanya senjata lahir, tapi juga senjata batin. Dalam sebuah kunjungan ke pesantren-pesantren di Jawa Timur, penulis yang mendampingi Komjen Suyudi menyaksikan betul bagaimana dia begitu sopan dan takdzim kepada kiai dan habaib. 

Dia juga meminta do’a di makam para wali, agar selalu dikuatkan dalam mengemban amanah yang tidak hanya besar, tapi juga penuh tantangan.

Penulis yang terus mengamati sepak terjang Komjen Suyudi ada pada satu kesimpulan: beliau memang sopan dan takdzim pada para tokoh Agama, tapi untuk urusan kepada pengedar dan gembong narkoba, Suyudi meringkus semuanya tanpa ampun. 

Prestasi BNN yang beliau pimpin bukan hanya deretan angka dan rilis institusi; itu adalah bukti bagaimana kepemimpinan—yang ditopang pengalaman, keberanian, dan kemampuan membaca momentum—melahirkan terobosan yang selama ini dianggap nyaris mustahil.

Kasus terbaru menjadi contoh paling mencolok. BNN berhasil mengungkap pelarian Dewi Astutik alias PA, bandar dengan rekam jejak 2 ton sabu senilai Rp 5 triliun, yang kabur ke Kamboja. 

Tidak berhenti pada persembunyian fisiknya, BNN menemukan bahwa Dewi berganti peran menjadi pelaku scamming lintas negara—modus baru yang makin marak dalam kejahatan siber narkotik.

Keberhasilan mengungkap lokasi, jaringan, dan perubahan modus operandi kriminal kelas kakap ini bukanlah capaian biasa. Dalam kerangka teori Gladwell, ini dapat dikategorikan sebagai “outlier moment”—titik ketika sebuah organisasi menembus batas kemampuan normal karena dipimpin oleh sosok yang bekerja dengan standar di atas rata-rata.

Sebelum kasus Dewi Astutik, publik mencatat gebrakan besar lain yang dipimpin Komjen Suyudi. Operasi di Kampung Bahari menghasilkan bukti 89 kg sabu—angka signifikan di wilayah yang lama menjadi simpul distribusi.

Tak lama berselang, Suyudi memimpin penggerebekan besar di kampung ambon
Jakarta Barat, wilayah yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai “jantung perdagangan gelap narkotika” di ibu kota. 

Operasi ini benar-benar textbook successful raid: puluhan tersangka jaringan besar diamankan, senjata api disita, dan laboratorium mini pembuatan sabu dibongkar.

Keberanian memutus mata rantai dari hulu inilah yang seringkali tidak dimiliki banyak pemimpin penegak hukum. Suyudi tidak sekadar menangkap pelaku; ia mematikan ekosistem.

Jika menggunakan Broken Windows Theory, operasi ini merupakan upaya menutup “jendela pecah” yang selama ini dibiarkan terbuka, memunculkan kesan bahwa narkotika adalah kejahatan yang boleh ditoleransi. 

Dengan pendekatan yang tegas dan sistematis, Suyudi mengembalikan pesan bahwa negara hadir, dan hadir dengan kekuatan penuh.

Masih ada banyak prestasi lain, diantaranya di Sumatera Utara, BNN dan Polda Sumut memusnahkan 1,7 ton sabu dan ganja dari operasi lintas provinsi.
Di Aceh, BNN menggagalkan distribusi 6,9 ton ganja kering—salah satu penyitaan terbesar dalam sejarah Indonesia.

Angka-angka ini bukan sekadar data. Ini adalah loncatan kinerja yang menunjukkan adanya leadership momentum. Meskipun, bisa jadi ada data keberhasilan terlewat yang tidak disebut penulis, sejak Komjen Suyudi dilantik pada 25 Agustus 2025 silam. 

Selanjutnya, menggunakan konsep 10,000 Hours Rule yang diperkenalkan Gladwell, kemampuan Suyudi memimpin operasi kompleks mungkin terbangun dari ribuan jam pengalaman lapangan, intelijen, dan investigasi yang ia jalani sepanjang kariernya. Kepemimpinan seperti ini tidak muncul tiba-tiba; ia ditempa.

Komjen Suyudi Ario Seto berulang kali menyatakan, “Menangkap bandar itu satu hal, tetapi menyelamatkan generasi muda adalah tujuan utama.”

Visi ini bukan jargon. Ia terhubung langsung dengan agenda besar Presiden Prabowo Subianto melalui Asta Cita: menciptakan generasi sehat, berdaya saing, dan bebas narkoba menuju Indonesia Emas 2045.

Perang melawan narkoba tidak bisa hanya dilihat sebagai operasi aparat. Ia adalah pertaruhan masa depan demografis bangsa. Indonesia sedang menikmati bonus demografi; tetapi tanpa proteksi terhadap narkoba, bonus itu bisa berubah menjadi bencana sosial.

Suyudi membaca konteks ini dengan tepat. Pendekatan beliau mencerminkan Strong Leadership Theory: kepemimpinan yang memadukan ketegasan dengan arah moral yang jelas. Inilah yang membuat kehadirannya terasa di setiap lini operasi BNN, dari pusat hingga daerah.

BNN dan Fenomena “Outlier”: Ketika Institusi Dipimpin dengan Kejelasan Visi

Dalam perspektif Outliers, kesuksesan besar terjadi ketika tiga faktor bertemu:

1. Kesempatan: momentum institusi yang membutuhkan pembenahan dan penguatan.

2. Kapabilitas: pengalaman panjang di bidang reserse, narkotika, dan pemberantasan jaringan terorganisir.

3. Budaya kerja: keberanian untuk melakukan langkah-langkah tidak populer namun berdampak besar. 

Komjen Suyudi berada pada titik temu ketiga faktor tersebut.
Hasilnya: BNN berubah dari organisasi yang bekerja “sesuai rutinitas” menjadi mesin penumpas narkoba yang bergerak agresif, cerdas, dan cepat.

Indonesia membutuhkan outliers—pemimpin yang bekerja jauh melampaui ekspektasi normal. Prestasi BNN di bawah Komjen Suyudi Ario Seto menunjukkan bahwa peperangan melawan narkotika bukanlah ilusi, bukan pula mustahil.

Perang ini bisa dimenangkan. Generasi muda bisa diselamatkan. Indonesia Emas 2045 bukan hanya slogan—ia mendapat fondasi nyata.

Tugas kita sebagai masyarakat sipil, tokoh agama, pemuda, dan organisasi kemasyarakatan adalah mendukung sepenuhnya upaya ini. Perang melawan narkoba adalah perang kita bersama. Karena seperti kata Komjen Suyudi: “War On Drugs bukan hanya soal penegakan hukum, tetapi tentang masa depan bangsa.”

Teruslah membuat kami kagum Komjen Suyudi, warga Indonesia berada ada di belakangmu selalu. (*)

 

*) Oleh: Mahdi El Kherid, Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Timur dan Kepala Badan Cyber PW Ansor Jatim. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : xxx
Editor : Yatimul Ainun
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.