TIMES MALANG, MALANG – Profesi guru memang memiliki peran dan elan vital dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Semenjak diberlakukannya Undang-undang Guru dan Dosen semakin mendapat pengakuan dan disejajarkan dengan profesi-profesi lain.
Di samping itu kedudukannya juga sangat mulia, karena hampir semua profesi di dunia ini berawal dari tempahan tangan dingin para guru. Kesabaran, keuletan, kerja keras, dan dedikasi yang tinggi mengantar anak didiknya pada titik tertinggi dalam karir masing-masing. Diakui atau tidak, nasib sebuah bangsa tergantung pada kualitas guru yang dimiliki.
Semangat hari guru mengingatkan kita pada apresiasi kepada para pejuang tanpa tanda jasa. Walaupun permasalahan pendidikan tidak pernah tuntas dibahas, namun perjuangan menggapai martabat terhormat melalui pendidikan tetap berjalan.
Dedikasi dan motivasi mencerdaskan kehidupan bangsa tidak akan terwujud jika profesi guru hanya diposisikan sebagai pekerjaan rutinitas belaka, sebagai sarana dan media mencari penghidupan. Justru pengabdian itu muncul dari para pejuang yang menjadikan guru sebagai jiwa. Mereka yang melihat guru sebagai panggilan jiwa tidak akan mengenal hnominal onorarium, tunjangan, gaji, atau apapun istilahnya.
Kondisi dan situasi terburuk saat menjalani tugas kegunaan dipandang sebagai tantangan yang dihadapi dengan penuh lapang dada. Mereka tidak kenal kata lelah apalagi mengharap imbalan setinggi-tingginya. Bagi mereka berpegang pada prinsip,"sesungguhnya Tuhan akan senantiasa membantu hambanya, selama hamba itu membantu sesama'.
Guru profesional memang kebutuhan, akan tetapi lebih dari itu guru juga harus menjiwai profesinya agar pekerjaan mulia tersebut terasa ringan dilaksanakan, jiwa dan profesionalisme tetap dijalankan secara simultan. Dengan kedua modal utama ini diyakini dunia pendidikan dapat menampakkan wajah ceria dan cemerlang penuh harapan.
Bangsa yang maju sangat memperdulikan ranah edukasi, karena dari sinilah tunas-tunas bangsa tumbuh berkembang, dan hanya di tangan para pendidik (guru) yang berjiwa besar dan profesional asa mencerdaskan anak bangsa dapat terwujud menyongsong Indonesia Emas 2045.
Generasi bangsa yang tangguh butuh polesan tangan-tangan professional namun labih dari itu juga lahir dari jiwa-jiwa yang besar. Bila jiwa guru sudah terpatri dalam diri seseorang, maka rintangan sebesar apapun tidak berarti.
Masalah Pendidikan terus berdatangan silih berganti, maka diperlukan keterampilan yang mumpuni sebagai entitas profesionalisme guru, selain itu keberanian menghadapi rintangan tersebut merupakan wujud jiwa besar pada diri para guru.
Dinamika kehidupan sosial terutama Pendidikan sangat cepat, dan menimbulkan gejolak yang tidak kecil. Di samping tantangan eksternal, dari sisi internal masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri.
Contoh sederhana dan kasat ata adalah keterbatasan sarana dan fasilitas Pendidikan yang rendah, ketersediaan Sumber Daya Manusia (Guru) yang kurang merata di berbagai daerah, infrastruktur (jalan dan jembatan) menuju sekolah belum memadai.
Juga sebagian guru belum bisa beradaptasi dengan kebijakan-kebijakan baru dari pemerintah, terutama yang berkaitan dengan kurikulum. Bagi guru yang menjiwai profesinya tidak akan banyak protes, namun dijadikan bahan untuk senantiasa berproses.
***
*) Oleh : Mohammad Afifulloh, Dosen Fakultas Agama Islam dan Pascasarjana Unisma Malang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
| Pewarta | : Hainor Rahman |
| Editor | : Hainorrahman |