https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

Tradisi “Kepo” dalam Interaksi Sosial Masyarakat Indonesia

Selasa, 29 November 2022 - 15:15
Tradisi “Kepo” dalam Interaksi Sosial Masyarakat Indonesia Mahasiswa Psikologi UIN Malang dan Anggota Lembaga Kajian Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa (LKP2M) UIN Malang.

TIMES MALANG, MALANG – Pembahasan mengenai kehidupan orang lain selalu memiliki kasta tertinggi dalam interaksi sosial masyarakat Indonesia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan pribadi orang lain tentu berhasil menarik atensi masyarakat kita. Fakta tersebut kemudian dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan serta yang ingin mendapat keuntungan dengan berlomba-lomba membuat akun gosip untuk sekedar “menjual” kehidupan pribadi orang lain kepada public.

Hal tersebut ditandai dengan maraknya akun media sosial pada platform Instagram berisi konten yang membahas tentang kehidupan pribadi dan masalah orang lain terutama para public figure ataupun influencer. Salah satu akun yang secara aktif dan rutin mengunggah masalah pribadi orang lain adalah @lambe_turah yang tercatat per tanggal 23 November 2022 memiliki jumlah pengikut sebanyak 10,9 juta followers. 

Data tersebut menunjukkan seberapa besar atensi masyarakat terhadap kehidupan pribadi orang lain. Selain itu, menjamurnya para public figure yang beralih menggunakan youtube dengan konten seputar daily vlog bahkan ditonton oleh jutaan viewers juga menjadi bukti besarnya minat masyarakat terhadap kehidupan personal orang lain. Perilaku gemar untuk mengurusi kehidupan pribadi orang lain dikenal dengan istilah “kepo”.

Mengenai asal usul istilah kepo, terdapat beragam pendapat akan tetapi mayoritas menyebutkan bahwa istilah ini bersumber dari bahasa China dialek Hokkian atau Min Nan yaitu “Kay poh or kaypo” yang merujuk pada orang yang memiliki rasa ingin tahu terhadap masalah orang lain.

Perilaku kepo terhadap kehidupan personal orang lain telah dianggap lumrah bagi netizen Indonesia. Hal tersebut didukung oleh keberadaan media social yang telah mengaburkan batasan antara privat dan public. Pengaburan tersebut menimbulkan berbagai dampak seperti permasalahan yang bersifat privasi kini kehilangan nilai personalnya. Salah satu contoh pengaburan tersebut yakni hebohnya netizen ketika mendengar kabar pelaporan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh salah seorang public figure.

Kasus tersebut berhasil menarik atensi publik hingga merasa ikut merasakan penderitaan yang sama. Dukungan moral seketika berbalik menjadi hujatan ketika terjadi perdamaian diantara kedua belah pihak yang berseteru. 

Kondisi tersebut tidak hanya dialami oleh public figure akan tetapi turut dirasakan oleh seluruh lapisan dalam masyarakat kita. Berbagai narasi pertanyaan terkait persoalan personal seperti kapan wisuda? kapan menikah? kapan punya anak? kapan nambah anak? serta berbagai pertanyaan sejenis sangat sering dilontarkan dengan dalih kepedulian.

Kondisi tersebut pada dasarnya disebabkan karena fitrah manusia sebagai makhluk social sehingga senantiasa membutuhkan interaksi dengan orang lain. Interaksi tersebut secara tidak sadar mendorong manusia untuk peduli terhadap kehidupan pribadi orang lain. Selain itu, adanya kemajuan teknologi dapat memudahkan, menyuburkan, dan membentuk pola interaksi serta pola perilaku baru yang meningkatkan rasa ingin tahu terhadap masalah pribadi orang lain. 

Lebih lanjut lagi, rasa ingin tahu yang dimiliki manusia disebabkan karena akal yang dititipkan oleh Tuhan. Akal ini yang menyebabkan manusia selalu mempertanyakan tentang diri, lingkungan bahkan kehidupan orang lain. Dorongan alamiah tersebut didukung oleh budaya kolektivitas yang dianut masyarakat kita.

Budaya tersebut mendorong masyarakat untuk selalu menilai kehidupan orang lain dengan standar atau norma yang dianut dalam suatu masyarakat. Hal tersebut dikarenakan individu dianggap sebagai bagian dari masyarakat sehingga urusan pribadinya sekalipun merupakan konsumsi sosial.

Perilaku kepo dianggap sebagai suatu hal yang wajar karena adanya konformitas. Ketika berada pada lingkungan dengan pemikiran yang sejalan serta dominan maka perilaku kepo dalam mencampuri urusan pribadi orang lain akan tumbuh subur dan dinormalisasikan. Hal tersebut dikarenakan individu merasa mendapat dukungan secara psikologis sehingga mengabaikan latar belakang dan nilai personal yang dianut individu yang bersangkutan.

Selain itu, faktor yang mendorong individu untuk kepo terhadap kehidupan orang lain adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan akan evaluasi terhadap diri. Manusia dalam menilai dirinya memerlukan objek pembanding untuk menetapkan suatu standar. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan kehidupan orang lain sebagai objek pembanding dalam mengevaluasi kehidupannya.

Tradisi kepo terhadap kehidupan pribadi orang lain merupakan dorongan alamiah setiap manusia yang turut serta dipengaruhi oleh budaya. Dorongan tersebut dapat membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan diri yang mempengaruhi kualitas hidup namun dorongan tersebut harus dapat dikendalikan agar sikap yang ditunjukkan tidak merugikan pihak lain yang kehidupannya dijadikan sebagai objek perbandingan.

***

*) Oleh: Nadia Alfiyyatus Sholihah Fadli, Mahasiswa Psikologi UIN Malang dan Anggota Lembaga Kajian Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa (LKP2M) UIN Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.