https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

Ngaji Pasaran: Tradisi Ramadan Pesantren

Rabu, 27 Maret 2024 - 15:37
Ngaji Pasaran: Tradisi Ramadan Pesantren Argha Zidan Arzaqi, M.Hum, Mahasiswa Doktor Studi Islam UIN Malang

TIMES MALANG, MALANG – Tulisan ini sekedar ringkasan kecil saat mengikuti ngaji pasaran di Pondok Pesantren Al-Mardliyah Mojosari, Nganjuk yang digelar sejak awal Ramadan. Apa sih tradisi ngaji pasaran itu? Mari kita simak lebih jauh.

Ngaji Pasaran Ramadan di pesantren adalah tradisi yang berlangsung sejak dulu, dimana santri pesantren melakukan pengajian kitab kuning selama bulan Ramadan. Tradisi ini disebut juga dengan istilah lainnya seperti "Ngaji Pasanan" atau "Ngaji Kilatan". Para santri atau jama'ah umum hanya menyimak dan memberi syakal serta memberikan makna pada setiap kata/kalimah. 

Pada tahun ini Pondok Pesantren Al-Mardliyah Mojosari mengadakan ngaji pasaran yang jamaahnya diisi oleh ustadz/ustadzah yang mengajar di sekolah formal. Adapun kitab yang digunakan adalah kitab “Taj Al-Arus” karya Syeikh Tajuddin Ibn Athaillah As-Sakandary. Jika dilihat dari kitabnya fokus pada moderasi Islam dari perspektif sufi yang meliputi konsep seperti at-taubah, ahwâl al-qalb wa an-nafs, asrâr as-Salah dan lain sebagainya. Akan tetapi, kitab yang digunakan dalam ngaji pasaran dalam setiap pesantren berbeda-beda, sesuai kesepakatan atau kebutuhan materi yang akan disampaikan oleh Kiai.

Waktu pelaksanaan ngaji pasaran biasanya ada yang 14 hari, 15 hari, 17 hari, 20 hari, 25 hari bahkan 27 hari, atau juga menyesuaikan situasi dan kondisi. Tradisi ini seringkali digelar bersamaan dengan pengurangan intensitas pendidikan formal atau klasikal atau libur selama Ramadan. Ngaji Pasaran menjadi momentum bagi para santri atau jamaah untuk menyambung sanad keilmuan, mengaji pada para kiai dan ustadz satu kitab hingga khatam. 

Metode dalam ngaji pasaran adalah metode pembelajaran yang dilakukan di pesantren selama bulan Ramadan. Berikut ini beberapa metode yang menjadi ciri utama ngaji pasaran:

Pertama, Metode Bandongan. Dalam metode ini, Kiai atau ustadz yang mendapat mandat kiai membaca topik kajian kata per kata (kalimah), kemudian menjelaskannya (syarh). Para santri menyimak secara seksama makna dan syarh dari kalimah yang sedang diulas hingga memahami.

Kedua, Metode Cepat Kitab Kuning: Metode ngaji kitab kuning dengan pembacaan cepat itu, sanggup mengkhatamkan kitab puluhan hingga ratusan halaman, hanya dalam waktu singkat.

Ketiga, Metode Sorogan. Dalam metode sorogan, setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kiai atau pembantunya (badal, asisten Kiai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya

Keempat, Metode Wetonan. Dalam metode wetonan, seorang Kiai membaca kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kiai

Kelima, Metode Musyawarah atau Bahtsul Masa'il. Dalam metode musyawarah atau bahtsul masa'il, para santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh Kiai atau ustadz, atau mungkin juga senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya.

Keenam, Metode Kilatan. Dalam metode kilatan, pengajian dilakukan secara cepat dan padat, dengan banyak pilihan waktu untuk mengikuti.

Metode dalam ngaji pasaran bervariasi, dari metode bandongan, cepat kitab kuning, sorogan, wetonan, hingga musyawarah atau bahtsul masa'il. Semua metode ini bertujuan untuk memperjelas dan memperjelas ilmu agama dalam bulan Ramadan.

Manfaat dari Tradisi ngaji pasaran bagi diri sendiri juga menjadi sarana pembinaan mental, memperjelas ilmu, meningkatkan kemahiran dalam pengolahan bahasa Arab. 

Disisi lain, manfaat sosial yang didapatkan dari tradisi ini adalah membuka kesempatan bagi santri atau jamaah luar. Tradisi ini juga menjadi alternatif untuk rehat dari rutinitas dan melepas kejenuhan dari beragam aktifitas di pesantren selain bulan Ramadan.

***

*) Oleh : Argha Zidan Arzaqi, M.Hum, Mahasiswa Doktor Studi Islam UIN Malang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.