TIMES MALANG, MALANG – Ibu merupakan orang tua keramat yang wajib dihormati dan diperlakukan sebagai manusia mulia bagi anak-anaknya. Pengorbanan dalam hidupnya tidak dapat tergantikan oleh apapun di dunia ini. Saat mau melahirkan, nyawa ia pertaruhkan demi menghadirkan sang buah hati yang ke depan kelak menjadi penerus keluarga.
Selanjutnya, ketika buah hati terlahir ia merawatnya dengan sepenuh jiwa dan rela mempertaruhkan jiwa raga demi keselamatan dan kebahagiaan sang buah hati. Sampai remaja dan dewasa hubungan emosional dan sosial tidak pernah terputus dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Maka tidak heran pada setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, karena begitu urgen perang dan fungsinya dalam hidup seorang anak.
Jasa dan pengorbanan seorang ibu sungguh luar biasa, dapat dibayangkan ketika Air Susunya setiap hari dihisap sang buah hati tanpa henti dan merasakan kepanikan saat ASI tersebut tersendat keluar atau sekedar kurang lancar tidak seperti biasanya. Terkadang ibu tidak bisa tidur dikala sang buah hati dalam kondisi sakit, tangis sang anak membangunkan mimpi indahnya dan rela begadang demi keselamatan, kesembuhan, dan kebahagiaan anak.
Pantas kiranya Islam menempatkan seorang ibu sebagai makhluk termulia, dan penegasan bahwa surge ada di bawah telapak kakinya bukan sesuatu yang berlebihan. Doanya mengalahkan doa para wali, kerelaan Tuhan ada pada kerelaannya.
Seorang ibu adalah sumber pencerahan bagi para anak, sesukses apapun seorang anak tanpa kehadiran ibu terasa hampa dan kurang lengkap. Betapa bahagianya seorang anak jika kesuksesan karirnya dapat disaksikan oleh ibu, bahkan dinikmati olehnya.
Semampang ibu masih hidup dan ada di samping anak, maka momentum berharga dan langka ini tidak boleh tersia-siakan. Kesempatan berbakti pada seorang ibu adalah hal yang sangat diharapkan bagi semua anak di dunia ini.
Pintu surge terbuka lebar bagi seorang anak dengan kehadiran ibu, karena ia lah tempat mencurahkan kasih sayang sebagai entitas bakti anak kepada orang tua (ibu). Celakalah bagi seorang anak yang tidak bisa menggunakan ibu sebagai perantara dirinya untuk masuk surga Tuhan.
Peran ibu sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak tidak terelakkan. Anak belajar bicara, berjalan, makan, minum, dan aktivitas dasar lainnya. Bimbingan dan didikan seorang ibu terasa tidak tergantikan oleh apapun dan siapapun, terlebih proses pendidikannya dilandasi rasa kasih sayang yang besar, cinta mendalam tanpa batas. Apa jadinya bila itu semua tidak dialami oleh seorang anak dengan berbagai alasan? Dapatkah peran ibu digantikan mesin-mesin modern yang tanpa perasaan dan kasih sayang?
Di era serba digital, aktivitas manusia terutama ibu bisa saja diganti oleh tenaga mesin atau perangkat yang bersifat teknologis. Aktivitas-aktivitas manual seperti menyuapi, memandikan, menyusui, mendampingi tidur, belajar, dan lainnya dapat dilakukan oleh mesin-mesin canggih. Teknologi Robot sekan menjadi opsi penting dalam menjalankan tugas-tugas seorang ibu, dan memang itu sangat membantu meringankan beban kerja seorang ibu.
Terkadang tugas-tugas penting mendidik, membimbing, melatih anak dialihkan ke teknologi komputer dengan berbagai rancangan perangkat lunak (software) canggih dan komplet. Latihan berbicara dapat dilakukan dengan alat bantu yang telah terprogram di komputer. Bimbingan dalam mengenalkan benda-benda, nama-nama hewan, aktivitas-aktivitas dasar dilakukan melalui program komputer yang canggih.
Kecanggihan teknologi memungkinkan tugas dan peran ibu terbantukan oleh teknik-metode bersifat virtual, bahkan bisa jadi lebih efektif, namun perlu diingat bahwa ibu virtual selamanya tidak memiliki aspek psikologis yang dapat mentransfer rasa ke dalam jiwa anak.
Pekerjaan mekanik virtualistik boleh jadi terkesan canggih dan modern, tetapi tidak mampu membentuk kepribadian anak secara utuh, sehingga tetap pilihan terbaik adalah kombinasi ibu aktual dan virtual dalam mengembangkan potensi dan kompetensi anak secarah komprehensif. Wallahu a'lam bishhawab. (*)
***
*) Oleh : Mohammad Afifulloh, Dosen Fakultas Agama Islam dan Pascasarjana Unisma Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |