TIMES MALANG, MALANG – Generative Artificial Intelligence (GenAI) kini menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai sektor, termasuk pendidikan tinggi. Kemampuannya untuk menghasilkan konten kreatif seperti teks, gambar, dan video menghadirkan peluang besar untuk meningkatkan pembelajaran.

Kemendikbud telah merilis panduan resmi yang mendukung penggunaan AI di perguruan tinggi, menekankan manfaat seperti personalisasi pembelajaran, akses sumber belajar yang lebih luas, serta peningkatan efisiensi tugas dosen dan mahasiswa. Namun, di balik kebijakan progresif ini, beberapa dosen masih bersikap skeptis bahkan melarang mahasiswa menggunakan AI.

Panduan Kemendikbud menggarisbawahi pentingnya pemanfaatan AI secara etis dan bertanggung jawab. Teknologi ini dapat membantu mahasiswa memahami materi sulit, menyusun tugas, hingga mempermudah proses penelitian. 

Bagi dosen, AI membuka jalan untuk mengembangkan materi ajar secara lebih adaptif dan efisien. Namun, panduan ini juga mengingatkan tentang potensi risiko, seperti plagiarisme, bias algoritma, dan ketergantungan teknologi. 

Meski telah ada pedoman yang jelas, penerapannya di lapangan sering kali tidak sejalan. Beberapa dosen merasa AI dapat mengancam integritas akademik, sehingga memilih melarang penggunaannya.

Kekhawatiran dosen terhadap AI tidak sepenuhnya tidak berdasar. Mereka cemas mahasiswa akan menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas tanpa benar-benar belajar, sehingga mengabaikan proses berpikir kritis yang menjadi inti pendidikan tinggi. 

Selain itu, rendahnya literasi AI di kalangan dosen menjadi tantangan lain. Banyak dari mereka tidak memahami cara kerja AI atau bagaimana menerapkan teknologi ini secara bertanggung jawab. 

Hal ini semakin diperburuk oleh bias yang terkandung dalam algoritma AI, yang berpotensi menghasilkan keluaran yang diskriminatif atau tidak akurat.

Namun, pelarangan penggunaan AI justru dapat membawa dampak buruk bagi mahasiswa. Dengan menutup akses terhadap teknologi, mereka kehilangan kesempatan untuk berinovasi dan mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja yang semakin terdigitalisasi.

Penting bagi perguruan tinggi untuk mencari solusi agar AI dapat dimanfaatkan dengan bijak tanpa mengorbankan integritas akademik. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah meningkatkan literasi AI bagi dosen melalui pelatihan intensif. 

Dosen perlu memahami manfaat sekaligus risiko AI, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat bantu, bukan ancaman. Selain itu, perguruan tinggi juga dapat mengembangkan panduan lokal yang melibatkan dosen dan mahasiswa, dengan mengacu pada panduan Kemendikbud.

Pada akhirnya, teknologi AI adalah alat, dan seperti alat lainnya, manfaatnya tergantung pada cara penggunaannya. Alih-alih melarang, dosen perlu mengadopsi pendekatan yang lebih kolaboratif dan terbuka terhadap inovasi. 

Dengan memanfaatkan AI secara bertanggung jawab, pendidikan tinggi Indonesia dapat melangkah lebih maju, menghasilkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga siap bersaing di era digital.

***

*) Oleh : Muhammad Dzunnurain, Student Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.