TIMES MALANG, MALANG – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Abdul Mu’ti menegaskan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) tidak bisa menggantikan peran manusia dalam pengajaran bahasa. Hal itu dia sampaikan ketika menghadiri The 71st TEFLIN International Conference 2025 di Universitas Brawijaya (UB) pada Kamis (9/10/2025). Konferensi internasional ini berlangsung selama tiga hari, Rabu–Jumat (8–10/10/2025), di berbagai lokasi kampus UB.
“Teknologi AI tidak bisa mengganti atau mengerti bahasa daerah. Kami percaya bahwa dalam bahasa, termasuk bahasa Inggris, terdapat elemen budaya dan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tapi juga pembentukan karakter nasional,” tegas Prof. Abdul Mu’ti.
Ia juga menekankan pentingnya peningkatan kompetensi guru bahasa Inggris di seluruh Indonesia.
“Tahun depan, kami akan mengadakan pelatihan bagi guru-guru bahasa Inggris. Tantangan terbesar kita adalah meningkatkan kompetensi dan menjadikan pembelajaran bahasa Inggris menarik, mendalam, dan menyenangkan bagi pelajar kita,” ujarnya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya integrasi keterampilan membaca, menulis, dan berbicara dalam pembelajaran agar siswa dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Rektor UB, Prof. Widodo, menyambut positif arah kebijakan tersebut. Menurutnya, program Menteri yang akan memperkenalkan pelajaran Bahasa Inggris sejak SD merupakan langkah luar biasa.
"Dengan memperkuat kemampuan bahasa Inggris sejak dini, kita membuka jalan bagi Indonesia untuk tampil di kancah global,” katanya.
Sementara itu, Presiden TEFLIN, Prof. Utami Widiati, menegaskan bahwa konferensi ini selaras dengan kebijakan nasional.
“Mulai tahun 2027, Bahasa Inggris akan menjadi mata pelajaran wajib untuk siswa SD kelas 3 hingga 6. Kehadiran Pak Menteri di konferensi ini diharapkan memberi motivasi bagi kita semua dalam menyambut kebijakan tersebut,” jelasnya.
Dekan FIB UB, Sahiruddin, S.S., M.A., Ph.D, menambahkan bahwa konferensi TEFLIN 2025 menjadi momentum penting untuk memajukan riset dan praktik pengajaran bahasa Inggris.
Selain Menteri dan pimpinan UB, sejumlah pakar internasional juga hadir sebagai pembicara, di antaranya Prof. Gary Barkhuizen (University of Auckland, Selandia Baru), Prof. Ju Seong Lee (University of Hong Kong), Prof. Kyria Rebeca Finardi (Universidade Federal do Espírito Santo, Brazil), hingga Prof. Young-Joo Jeon (Mokwon University, Korea Selatan).
Konferensi ini turut didukung lembaga internasional seperti British Council, RELO (Regional English Language Office), dan ALTI (Asosiasi Linguistik Terapan Indonesia), serta menghasilkan publikasi ilmiah di prosiding dan jurnal bereputasi.
Mengusung tema “Reimagining English Language Education in the Age of AI and Digital Transformation: Integrating Inclusive Education and Cultural Diversity,” acara tersebut mempertemukan sekitar 650 peserta dari 13 negara, termasuk Malaysia, India, Pakistan, Australia, Vietnam, Mesir, Jepang, Inggris, Cina, Amerika Serikat, hingga Kanada. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Imadudin Muhammad |