TIMES MALANG, MALANG – Di balik semangat belajar yang tinggi, Sekolah Satu Atap (Satap) di Dusun Sumbul, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, menyimpan kisah perjuangan dalam keterbatasan. Sekolah ini terdiri dari SDN 2 Klampok dan SMP Negeri 5 Singosari, dua institusi pendidikan formal yang menjadi satu-satunya harapan pendidikan dasar bagi warga di wilayah paling ujung Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) di Bumiaji, Kota Batu.
Namun, keterbatasan sarana dan prasarana ruang kelas menjadi tantangan besar bagi proses belajar-mengajar di sekolah tersebut. Kepala Sekolah Satap, Anas Fahruddin, menyampaikan bahwa meski persoalan air bersih telah teratasi, keterbatasan ruang kelas masih sangat menghambat.
"Soal air memang sudah teratasi, namun lebih mendesak juga, kami mengalami keterbatasan ruang kelas untuk siswa," ungkap Anas.
Saat ini, SDN 2 Klampok menampung sekitar 300 siswa, tetapi hanya tersedia enam ruang kelas. Jumlah ini jauh dari cukup untuk menampung seluruh siswa secara ideal.
“Sehingga kelas 1 itu, mohon maaf 54 dan ada yang 48 siswa. Ya, tidak mungkin kita tidak menerima, sebab ini memang satu-satunya SD yang ada di sini,” katanya.
Untuk tahun ajaran baru mendatang, jumlah calon siswa kelas 1 bahkan sudah mencapai 56 anak, yang idealnya membutuhkan dua ruang kelas baru. Namun, karena keterbatasan ruang, seluruh siswa tersebut harus ditampung dalam satu ruangan.
Kondisi serupa juga dialami SMP Negeri 5 Singosari, yang hanya memiliki dua ruang kelas untuk menampung sekitar 130 siswa. Bahkan, pihak sekolah mempertimbangkan opsi masuk sore jika ruang kelas tambahan tak kunjung terealisasi.
“Untuk kebutuhan ruang kelas baru, paling tidak 5 RKB untuk SDN 2 Klampok. Kalau yang SMP-nya, kita kurang 4 RKB,” terang Anas.
Pihak sekolah telah aktif berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Malang untuk mengajukan penambahan Ruang Kelas Baru (RKB). Kabar baiknya, 3 RKB untuk SMP telah disetujui dan diharapkan terealisasi tahun ini. Namun, 5 RKB untuk SD masih menanti kepastian pendanaan.
“Mudah-mudahan harapan kami ini bisa terealisasi dan bisa kami terima dengan secepatnya. Memang, RKB yang SD, yang belum ter-cover,” harapnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, didampingi Bupati Malang HM Sanusi, sempat mengunjungi sekolah ini saat meresmikan SPAM Singosari di Dusun Sumbul, pada Selasa (13/5/2025). Kehadiran fasilitas air bersih di sekolah ini menjadi angin segar setelah bertahun-tahun menghadapi kesulitan.
“Sebelumnya, keterbatasan air bersih membuat anak-anak harus menunda penyiraman toilet. Sekarang air sudah mengalir deras. Kami sangat bersyukur,” tutup Anas.
Sekolah Satu Atap di Dusun Sumbul menjadi potret nyata semangat warga dalam memperjuangkan pendidikan anak-anak mereka, meskipun dalam kondisi yang serba terbatas. Dukungan semua pihak sangat dibutuhkan agar mimpi anak-anak di ujung utara Kabupaten Malang ini bisa terus bertumbuh tanpa terhalang ruang sempit.(*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |