TIMES MALANG, MALANG – Keputusan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk memberikan amnesti kepada sejumlah tokoh yang sebelumnya dikenal berseberangan dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo dinilai sebagai sinyal kuat terjadinya pergeseran dominasi elite politik di Indonesia. Dosen Komunikasi Politik FISIP Universitas Brawijaya, Verdy Firmantoro, menyebut langkah tersebut sebagai strategi politik yang sarat makna simbolik dan taktis.
Menurut Verdy, pemberian amnesti itu bukan hanya soal pemulihan hak politik semata, melainkan juga menunjukkan gaya kepemimpinan Prabowo yang berbeda.
"Dalam konteks komunikasi politik, ini bisa dibaca bahwa Prabowo ingin menegaskan dirinya sebagai panglima tertinggi negara dengan arah politik dan keberpihakan yang tak bisa didikte oleh siapa pun, termasuk mantan presiden," ujarnya.
Langkah ini, kata Verdy, juga mencerminkan upaya Prabowo untuk memperluas basis massa di luar loyalis Jokowi. Ia menilai, Prabowo memahami bahwa dukungan dari kelompok yang selama ini dekat dengan Jokowi tidak cukup kuat secara ideologis untuk menopang pemerintahan ke depan.
Oleh karena itu, rekonsiliasi dengan kelompok-kelompok yang dulunya berseberangan dengan Jokowi menjadi penting.
“Prabowo membutuhkan basis baru yang lebih ideologis, militan, dan memiliki akar gerakan politik, termasuk dari partai seperti PDIP,” jelas Verdy.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa langkah Prabowo memberikan amnesti kepada lawan-lawan politik Jokowi merupakan bentuk delegitimasi simbolik terhadap kekuasaan presiden sebelumnya. Ini menjadi sinyal bahwa era Jokowi telah berakhir dan muncul arus baru yang lebih terbuka terhadap oposisi.
Verdy juga melihat adanya irisan kepentingan antara Prabowo dan PDIP dalam membatasi pengaruh politik Jokowi pasca-kekuasaan. Pemberian amnesti ini disebutnya sebagai bentuk goodwill politik kepada PDIP, yang selama ini merasa termarjinalkan dalam dinamika internal koalisi pemerintahan Jokowi.
“Ini membuka peluang rekonsiliasi elite lama yang sempat berjarak selama era Jokowi,” tutup Verdy. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |