TIMES MALANG, MALANG – Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) membuat inovasi produk obat luka bakar yang terbuat dari bahan-bahan alami, yakni lendir bekicot dan tanaman lidah buaya.
Produk inovasi ini terbentuk dari kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K).
Tim yang terdiri dari lima mahasiswa berasal dari berbagai jurusan yang ada di UM, yaitu Mar’atus Sholikha dari S1 Pendidikan Fisika sebagai ketua kelompok, Luthfiyatul Ula dari S1 Pendidikan Kimia, Nur Indah Yustyawatie dari S1 Pendidikan Fisika, Iqbal Reza Pradibta dari S1 Pendidikan Biologi, serta Pravita Ayu Larasati dari S1 Manajemen, sebagai anggota kelompoknya.
Dalam pembuatan produknya, tim ini diarahkan oleh dosen pendampingnya yaitu Prof. Dr. Sumari, M.Si.
Produk yang dibuat oleh tim ini berupa obat luka bakar yang diberi nama “Glualin”. Obat luka bakar ini terbuat dari bahan alami yaitu lendir bekicot dan lidah buaya atau lebih sering dikenal dengan aloe vera.
Tim Glualin, pencetus Produk Obat Luka Bakar dari Lendir Bekicot dan Aloe Vera. (FOTO: Tim Glualin for TIMES Indonesia)
Lendir bekicot sendiri mengandung beta aglutinin, protein achasin, glikokonjugat dan acharan sulfat yang berfungsi mempercepat fase inflamasi atau peradangan dan menghambat pertumbuhan bakteri.
Sedangkan aloe vera mengandung lignin, selulosa, saponin, aloectin B, kuinon dan antrakuinon yang bersifat analgesic dengan fungsi sebagai pereda nyeri dan mempercepat penyembuhan luka.
Inovasi ini dapat digunakan untuk mengobati luka bakar jenis derajat II(A), yaitu luka bakar ringan dengan diameter 7-8cm. Luka bakar jenis ini biasanya disebabkan oleh minyak atau air panas, setrika, dan knalpot.
Mar’atus Sholikha, ketua tim Glualin menyampaikan awal munculnya ide produk Glualin adalah karena banyaknya kasus penanganan yang salah atas luka bakar.
“Masih banyak masyarakat yang menggunakan bahan-bahan yang tidak terbukti menyembuhkan luka bakar seperti pasta gigi, mentega, dan telur,” ujarnya kepada TIMES Indonesia, awal Juli 2024 lalu.
Kesalahan penanganan tersebut dapat membuat luka akan mengalami infeksi. Oleh karena itu tim ini membuat produk “Glualin”.
Selain bahan alami, hal lain yang menjadi pembeda obat luka ini dengan obat luka lain adalah dengan penambahan aromaterapi.
“Kami menambahkan essential oil sebagai aromaterapi yang dapat lebih menenangkan,” ujarnya.
Obat luka ini juga di klaim dapat dua kali lebih cepat dalam penyembuhan luka, hal ini berdasarkan jurnal yang menjadi rujukan oleh tim ini. Nantinya, produk obat luka bakar “Glualin” akan dipasarkan dengan harga Rp 67 ribu per kemasan berisi 30ml.
Dengan adanya obat luka bakar dari bahan alami, diharapkan akan meminimalisir kesalahan masyarakat dalam penanganan luka bakar. “Semoga produk glualin dapat lebih membantu penyelesaian masalah luka bakar yang sering terjadi di masyarakat,” ucapnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Inovasi Obat Luka Bakar dari Lendir Bekicot dan Lidah Buaya Karya Mahasiswa UM
Pewarta | : Nadya Shafira Putri (MG) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |