TIMES MALANG, BLITAR – Makam Bung Karno di Kota Blitar menjadi salah satu tujuan utama wisata sejarah di Jawa Timur. Pada Sabtu (9/8/2025), kawasan ini terlihat ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah.
Makam Bung Karno berlokasi di Jl. Ir. Soekarno No.152, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Kompleks makam ini juga dilengkapi Museum dan Perpustakaan Bung Karno, serta Gong Perdamaian Dunia.
Sejarah dan Penetapan Lokasi Makam Bung Karno
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, wafat di Wisma Yaso Jakarta pada 21 Juni 1970. Jasadnya dimakamkan di Blitar sehari setelahnya, berdampingan dengan makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.
Penetapan lokasi pemakaman di Blitar mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1970. Sejarawan LIPI Asvi Warman Adam menilai keputusan Presiden Soeharto tersebut dilatarbelakangi pertimbangan politik, karena kedua orang tua Soekarno dimakamkan di Blitar.
Lokasi makam ini juga berdekatan dengan situs bersejarah lain, seperti makam pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya. Keduanya sama-sama dikenal sebagai tokoh pendiri negara di Nusantara.
Menurut Fadhillio Ibra Farissandro Abriakto, pemuda Blitar yang rutin berkunjung ke kompleks makam, sejak awal 1970-an kawasan ini berkembang menjadi situs ziarah politik.
“Sebelum Bung Karno dimakamkan di sini, ibunya sudah lebih dulu dimakamkan di kompleks ini,” ujarnya, Sabtu (9/8/2025).
Aktivitas dan Pengunjung Makam Bung Karno
Bangunan berarsitektur khas Jawa yang menjadi tempat utama pusara Presiden pertama Republik Indonesia. (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)
Fadhillio menjelaskan, pada momen tertentu jumlah pengunjung meningkat tajam. Menjelang Lebaran, tercatat 1.500 peziarah per hari, sebagian besar dari Jawa Barat dan Lampung.
Pada awal tahun baru 2025, jumlah kunjungan mencapai 2.000 orang per hari. Selain itu, peringatan hari wafat Bung Karno pada 21 Juni juga menjadi momen ramai, dihadiri keluarga besar dan tokoh nasional, termasuk Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Bagi masyarakat Blitar, Bung Karno dikenang sebagai pemimpin bersahaja dan pejuang kemerdekaan. Kedekatannya dengan sang ibu disebut sebagai sumber kekuatan moralnya. Fadhillio menyampaikan, Bung Karno kerap sungkem kepada ibundanya untuk meminta restu sebelum mengambil keputusan penting.
Fakta Seputar Makam Bung Karno
Ayah Bung Karno, Raden Soekemi Sosrodihardjo, bukan seorang bupati seperti kabar yang beredar, melainkan guru. Soekemi bertugas di Bali ketika bertemu Nyoman Rai Srimben, yang kemudian menjadi ibu Bung Karno.
Fadhillio juga menuturkan peristiwa tumbangnya pohon beringin di kompleks makam pada 1998. Peristiwa itu bertepatan dengan lengsernya Presiden Soeharto, sehingga memunculkan spekulasi politik.
Makam Bung Karno dibersihkan setiap hari sebelum jam operasional. Pengunjung dapat berziarah mulai pukul 07.00 hingga 18.00 WIB dengan tiket masuk Rp4.000 per orang. Di area makam terdapat tugu peresmian yang ditandatangani Presiden Soeharto.
Makam Bung Karno sebagai Ikon Wisata Blitar
Makam Bung Karno telah menjadi ikon Kota Blitar dan destinasi wisata sejarah nasional. Selain berziarah, pengunjung dapat mempelajari sejarah perjuangan kemerdekaan melalui koleksi museum di kawasan ini.
Sejumlah peziarah menganggap keberadaan makam yang berdampingan dengan ibundanya memberi simbol kuat hubungan antara anak dan orang tua dalam sejarah bangsa. Dengan lokasi strategis dan fasilitas pendukung, Makam Bung Karno terus menjadi magnet bagi wisatawan.
Makam Bung Karno di Blitar tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir sang proklamator, tetapi juga pusat edukasi sejarah dan budaya. Hingga kini, ribuan peziarah dan wisatawan masih datang setiap tahun, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu destinasi sejarah terpenting di Indonesia. (*)
PEWARTA : Ardana Pramayoga
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |