Wisata

7 Keistimewaan Provinsi Sulawesi Tengah, dari Pulo Duo hingga Uta Kelo

Selasa, 25 Agustus 2020 - 17:04
7 Keistimewaan Provinsi Sulawesi Tengah, dari Pulo Duo hingga Uta Kelo Pulau Sombori kerap dijuluki Raja Ampat mini atau Phi Phi Island-nya Indonesia. (FOTO: newsKaltim)

TIMES MALANG, PULAU SOMBORI – Provinsi Sulawesi Tengah menjadi provinsi di bagian utara Indonesia memiliki wisata alam yang sangat istimewa. Provinsi Sulawesi Tengah memiliki keindahan yang luar biasa, yang tidak kalah dengan wisata di Bali atau Yogyakarta. Para wisatawan bisa menemukan beragam hewan dan tumbuhan langka yang notabenenya cuma ada di Sulawesi Tengah saja.

Mari simak 7 fakta keistimewaan Sulawesi Tengah:

1. Pulo Dua

Pulo Dua yang menjadi Objek wisata ini mulai dikenal hingga ke manca negara lewat Festival Pulau Dua pada 2017. Nama Pulo Dua diambil dari kata Pulau Dua. Tak jauh dari pesisir pantai Desa Kampangar, sekitar 15 menit waktu tempuh dari pesisir pantai Desa Kampangar jika menggunakan perahu, terletak dua pulau. Pulau Dua adalah kombinasi bahari dan daratan yang serasi. Kawasan perairan Pulau Dua juga memiliki daya tarik untuk penghobi selam.Di Pulau Dua ini para wisatawan bisa menyewa perahu dengan harga Rp 350-400 ribu per sekali jalan untuk mengantar ke Pulau Dua.Untuk harga tersebut, perahu akan menunggumu tracking perbukitan sampai puncak dan menikmati pagi atau senja dari atas bukitnya

Pulau Dua bisa diakses dari Bandara Luwuk atau Kota Palu lebih dekat dan mudah dengan jalur yang ramah kendaraan bermotor. Tujuannya adalah Pantai Balantak, tempat penyeberangan menuju ke Pulau Dua. Sebaiknya tidak berangkat malam hari karena minim penerangan dan kamu harus melewati jalur yang sepi. Bahkan ada ancaman dari buaya yang masih bebas berkeliaran di alam Sulawesi Tengah Meski terpencil, tapi ternyata nama Pulau Dua sudah terkenal di kalangan turis mancanegara. Pengunjung yang datang ke sini bisa menikmati daratan yang masih alami dikelilingi oleh lautan penuh misteri.

2. Dataran Tinggi Napu

Dataran Tinggi Napu  dikenal sebagai sentra pengembangan berbagai jenis komoditas pertanian, khususnya hortikultura. Karena dataran Tinggi Napu, Kabupaten Poso, merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Tengah yang memiliki agroekosistem basah dengan tipe hujan A dan berada pada zone agroklimat A1. Suhu harian berkisar antara 15⁰C hingga 31⁰C dengan curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun. Dataran Tinggi Napu juga mempunyai hamparan wilayah yang datar dan terletak pada ketinggian 900 hingga 1200(mdpl), memiliki jenis tanah dominan jenis entisol, inceptisol dan ultisol. 

Kondisi ini sangat cocok dalam potensi pengembangan komoditas pertanian,khususnya hortikultura,teh dan kopi. Napu merupakan surganya hortikultura dan tanaman lainnya. Melihat potensi keadaan alam yang mendukung ini, membuat berbagai pihak baik itu pihak pemerintah ataupun stakeholders lainnya untuk ikut serta juga di dalam mengembangkan berbagai sektor pertanian di Dataran Tinggi Napu. Potensi dari sektor Tanaman Pangan yang terdiri dari Padi Sawah dengan luas lahan 6.184 ha dengan IP 125%, jagung 3.079 ha dan Kedelai 29 ha. Sedangkan sektor hortikultura terdiri dari bawang merah 1400 ha, kentang 1200 ha dan kubis 5.000 ha. Dan yang terakhir ialah Perkebunan yang terdiri dari kakao 6.612 ha dan kopi 1.623 ha.dengan berbagai potensi ini dapat mendukung terwujudnya ketahanan pangan di Sulawesi Tengah

3. Pulau Sombori

Pulau Sombori kerap dijuluki Raja Ampat mini atau Phi Phi Island-nya Indonesia .Pemandangan lautnya memang secantik Raja Ampat. Pulau Sombori ini juga adalah 'surga tropis' yang masih tergolong baru di Morowali, Sulawesi Tengah. Pulau ini merupakan sebuah kawasan konservasi laut dengan luas 41.342 ha yang terletak di Desa Mbokita, Kecamatan Menui Kepulauan. 

Keistimewaan Sombori adalah pantainya yang sangat jernih dengan air berwarna hijau kebiruan. Dikelilingi gugusan pulau hijau dan tebing karst yang indah dipandang. Ada juga gua stalagmit-stalagtit dan hidden lagoon yang bisa dicapai dengan trekking.Calon wisatawan yang ingin mengunjungi Pulau Sombori biasanya ditawarkan paket wisata Kepulauan Labengki dan Sombori.Untuk biayanya bisa murah, bisa pula mahal. Banyak yang eksplor Labengki & Sombori dengan gaya backpacker dan itu memang dimungkinkan. menginginap di balai desa, island hopping naik perahu kayu, satu rombongan terdiri dari banyak orang (lebih dari 10) atau ikut open trip dengan biaya sekitar Rp 900.000 per orang untuk 3 hari trip, di luar tiket pesawat ke Kendari.

4. Taman Nasional Lore Lindu

Masuk ke tengah Lore Lindu, Lembah Besoa di Desa Doda, Kecamatan Lore Tengah, menjadi destinasi utama. Lore Lindu menjanjikan petualangan menuju kampung purba. Keunikannya, situs megalit ini berbentuk kampung. Wisatawan bisa menemukan alat-alat rumah tangga dari batu raksasa, kuburan, dan rumah manusia masa neolitikum di era zaman logam. Ketika itu, manusia belum mengenal peralatan dari logam, mereka membuat segala perabotannya dari apa yang didapat dari alam sekitar, seperti kayu, daun, tulang, kulit binatang, dan juga dari batu.Di Indonesia, salah satu lokasi peninggalan kebudayaan zaman megalitik (batu besar) tertua bisa disaksikan di kawasan Cagar Budaya Lore-Lindu di Sulawesi Tengah atoe, Watutau, Kabupaten Poso,di mana telah ditemukan antara 67 hingga 83 situs. 

Hasil uji pertanggalan karbon peninggalan megalitikum yang tersebar di kawasan Lore menunjukkan usia kebudayaan ini berada di kisaran 2.000 tahun sebelum masehi.Sedangkan, hasil penelitian berdasarkan temuan tulang-tulang rangka manusia di salah satu kubur tempayan di situs Wineki, Lembah Behoa mengungkapkan sisa-sisa peninggalan tersebut diperkirakan berusia sekitar 2351-1416 sebelum masehi yang kemudian punah pada sekitar tahun 1452-1527 masehi. Temuan megalitik tersebut berupa bejana batu (kalamba), tempayan kubur, arca, menhir, batu lumpang, batu dakon, batu lesung, batu dulang, punden berundak, hingga pagar/benteng.Dari aspek sejarah, kehadiran cagar budaya kawasan Lore-Lindu dinilai memberi sumbangan sangat berarti dalam perkembangan migrasi penutur bahasa Austronesia yang secara teoritis masuk ke wilayah Nusantara melalui wilayah Sulawesi (jalur utara) dan diketahui sebagai moyang bangsa Indonesia.

5. Pakaian Adat Suku Totoli

Suku Toli Toli berdiam di daerah Sulawesi Tengah, tepatnya di suatu daerah yang membentang dari sebelah selatan Sojool Seoo Lenjuu, Pulau Taring hingga di sebelah utara Kuala Lakuan, Gunung Raeta dan Gunung Tabadak.Arti dari Toli toli ini adalah 3 (tiga), yang dimana masyarakatnya percaya bahwa Suku Toli Toli berasal dari 3 orang. Menurut riwayat suku tersebut, tiga orang yang dimaksud adalah :Tau dei olisan bulaan: orang dari bambu kuning,Tau dei pun lanjat: orang dari pohon langsat, dan Tau dei ue taka: orang dari rotan. 

Suku Toli Toli juga memiliki pakaian adat yang unik dengan menggunakan bahan kulit kayu ivo dan kulit kayu nunu sebagai bahan pembuatnya. Pakaian adat wanita menggunakan Badu atau blus lengan pendek dengan lipatan-lipatan kecil yang dihiasi manik-manik dan pita emas. Pemakaian blus ini dipadu dengan bawahan berupa puyuka yang berupa celana panjang yang dihiasi pita emas dan manik-manik, ban pinggang berwarna kuning, serta lipa atau sarung sebatas lutut. Sedangkan, pakaian adat pria berupa blus lengan panjang dengan leher tegak yang dihiasi pita emas dan manik-manik berwarna kuning dipadukan dengan puyuka. Ditambahkan pula sarung sebatas lutut serta sanggo sebagai penutup kepala. Beberapa perhiasan yang digunakan dalam upacara adat berupa daun enau dan kulit kayu.Sedangkan bagi kaum laki-laki, pakaian adat yang digunakan antara lain blus lengan panjang berleher tegak, celana panjang, sarung selutut, dan tutup kepala yang dinamakan dengan songgo.

6. Uta Kelo

Uta kelo berasal dari bahasa Kaili yang artinya Sayur Kelor.Uta kelo yang bahan utamanya menggunakan daun kelor ini salah satu kuliner khas masyarakat Sulawesi Tengah. Kuliner yang satu ini identik dengan kehidupan salah satu suku terbesar yang mendiami kawasan Sulawesi Tengah yaitu suku Kaili. Cita rasanya yang khas dan unik menjadikannya sebagai identitas kuliner Sulawesi Tengah. Uta Kelo adalah kuliner berbahan dasar daun kelor dengan kuah santan kental. Sebagai pelengkap, biasanya ditambahkan irisan terung muda, pisang muda, dan lamale (udang halus). Kuah santan yang gurih, daun kelor yang segar, terung/pisang muda dengan tekstur yang lembut, dan rasa lamale yang khas menjadikan Uta Kelo sebagai salah satu menu wajib bagi masyarakat suku Kaili. 

Cita rasa yang nikmat membuat kuliner yang satu ini tidak hanya dikonsumsi oleh To Kaili saja. Kuliner ini juga dikonsumsi oleh masyarakat dari etnis lain yang bermukim di Sulawesi Tengah seperti Bugis, Mandar, Jawa, dan lain-lain. Proses akulturasi budaya turut andil dalam membuat kuliner yang satu ini diterima oleh lidah masyarakat “pendatang” di Sulawesi Tengah. Masyarakat suku Kaili percaya bahwa tidak boleh memasak atau memakan Uta Kelo pada saat ada orang meninggal. Jika hal tersebut dilanggar, mereka percaya bahwa di dalam Uta Kelo tersebut nantinya akan terdapat anggota tubuh orang yang meninggal tersebut seperti kuku, rambut, gigi, dan lain-lain.

7.Danau Paisu Pok

Danau Paisu Pok, yang terletak di Desa Luk Panenteng, Kecamatan Bulagi Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah. Danau alami ini punya nama Paisu Pok yang berarti air hitam. Masyarakat setempat menyebutnya demikian karena warna air di sekitar danau yang hampir menghitam kebiruan dan sangat indah. Padahal, itu semua adalah pantulan dari rumput yang tumbuh di bagian dasar sehingga air yang berwarna biru terlihat lebih gelap.

Untuk menuju Danau Paisu Pok diperlukan waktu 2,5 jam dari pusat kota Salakan dengan menggunakan kendaraan umum atau pribadi.Setelah tiba di desa tersebut, pengunjung hanya perlu mendaki selama 5 hingga 10 menit dari jalan utama untuk sampai di Danau  Paisu Pok dengan harga tiket masuk Rp5000 saja. Satu hal yang istimewa dari Danau Paisu Pok ini adalah tempatnya yang dikelilingi oleh hutan dan jauh dari kawasan perkotaan. Sehingga jauh dari polusi dan banyak pohon rindang yang tumbuh di sekitar kolam alami tersebut.Selain lokasinya yang sangat indah, masyarakat setempat sangat bersahabat dan ramah.

Tertarik untuk menikmati fakta keistimewaan Provinsi Sulawesi Tengah? Yuk segera luangkan waktu berlibur ke wilayah ini. (*)

Pewarta : Dinda Ekasari
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.