TIMES MALANG, MALANG – Tren sound horeg atau sound system bertenaga besar ternyata memiliki cerita panjang, khususnya di wilayah Malang sebagai pusat lahirnya Sound Horeg.
Diketahui, sound horeg di Malang masih mampu bertahan kuat meski sempat terpukul pandemi. Bahkan, kini komunitas penyewaan sound system terus berkembang dan menjadi bagian penting dari ekonomi hiburan rakyat di Jawa Timur, khususnya Malang.
Ketua Paguyuban Sound Malang Bersatu sekaligus owner Blizzard Audio, David Stefan membenarkan bahwa Malang sebagai pusat sound horeg terbesar di Jatim. Tren ini juga tumbuh di Blitar, Jember dan Banyuwangi yang memiliki gelaran tahunan, yakni Sumber Sewu.
“Dari dulu pusatnya ya di Malang. Sekarang tren-nya makin berkembang, bukan cuma suara, tapi juga visual lampu, videotron, panggung artistik,” ujar David, Senin (14/7/2025).
Ia mengaku, bisnis sewa sound horeg atau sound system berukuran besar dan bertenaga tinggi, kini tumbuh menjadi industri yang menjanjikan.
David sendiri memiliki perusahaan rental sound system yang bermarkas di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sejak tahun 1976. Kala itu, usahanya dirintis oleh ayah David.
Menurut David, fenomena sound horeg memang melejit dalam satu dekade terakhir. Sejak 2014, gelombang sound horeg mulai menggeliat di Malang Selatan, hingga kemudian meluas ke berbagai daerah lain.
“Awal sound horeg itu memang dari Malang, khususnya Malang Selatan. Dulu kan bisa dihitung pemilik sound besar-besar itu enggak sampai 10 rental. Termasuk saya," tuturnya.
Menurut David, perkembangan sound horeg kini mulai mencapai batas karena keterbatasan infrastruktur seperti akses jalan desa yang sempit. Karena itu, pelaku usaha kini fokus mempercantik tampilan tanpa menambah beban logistik.
David mencatat, saat ini terdapat sekitar 1.200 usaha rental sound system di Malang dan sekitarnya, dengan lebih dari 500 di antaranya berskala besar. Ribuan pekerja bergantung pada sektor ini.
“Pengusaha makin banyak, artinya ekonomi bergerak. Dulu hanya beberapa, sekarang ribuan,” ungkapnya.
Lahirnya Paguyuban Sound Horeg di Malang
Paguyuban Sound Malang Bersatu dibentuk pada 2020, saat dimana pandemi Covid-19 membuat sektor hiburan lumpuh. Ratusan pelaku usaha kehilangan pekerjaan akibat larangan hajatan dan konser.
“Awalnya cuma puluhan yang kumpul, lalu berkembang jadi 1.200 rental. Tujuan utama kami agar tetap bisa kerja dan bersatu,” jelas David.
Ia bahkan memimpin pertemuan dengan DPRD dan Forkopimda Kabupaten Malang untuk mencari solusi. Setelah perjuangan sekitar empat bulan, pelaku usaha akhirnya diizinkan beroperasi dengan protokol kesehatan.
Selain memperjuangkan kelangsungan usaha, paguyuban ini juga bertujuan meredakan konflik antarpelaku usaha.
“Dulu banyak yang bermusuhan. Sekarang, lewat paguyuban, kami justru saling dukung,” ucapnya. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |