https://malang.times.co.id/
Berita

Kisah Ira dan Hanan Bangkitkan Batik Malangan dari Kampung Celaket

Minggu, 01 Januari 2023 - 20:30
Kisah Ira dan Hanan Bangkitkan Batik Malangan dari Kampung Celaket Batik Malangan dari Kampung Celaket dengan berbagai motif. (FOTO: Dok Batik Celaket for TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Kegigihan Ira Hartanti dan suaminya A. Hanan Jalil sekitar 25 tahun silam membangkitkan kembali batik Malangan dari Kampung Celaket kini membuahkan hasil. Saat ini batik produk Celaket Gang 2 itu, popularitasnya kian berkembang.

Upaya pasangan suami istri Hanan dan Ira mempupulerkan kembali batik tersebut diyakini banyak pihak sebagai penjaga eksistensi salah satu budaya Malang ini.

Batik-Malangan-2.jpgBatik Malangan dari Kampung Celaket yan kini kian populer.(FOTO: Dok Batik Celaket for TIMES Indonesia)

Sebagai orang Celaket, Ira menceritakan awal mula usahanya kembali menghidupkan batik Malangan yang dulu pernah ada di kampungnya. Ia menyadari bahwa budaya membatik di kampungnya kala itu semakin menghilang.

“Saya beserta keluarga besar saya, generasi di bawah saya, dan keponakan-keponakan, pada tahun 1996 saya ajak belajar membatik untuk membangkitkan kembali batik Malangan,” ujar Ira, belum lama ini.

Peragaan-busana-batik-tulis-Celaket.jpgPeragaan busana batik tulis Celaket dalam rangka Peringatan Hari Batik Nasional. (FOTO: Dok Batik Celaket for TIMES Indonesia)

Ira mengungkapkan, di masa kecilnya di Kampung Celaket hasil produksi batik neneknya dan beberapa warga banyak dipasarkan di Pasar Besar dan sekitarnya.

Namun, lanjut Ira, jumlah pembatik tidak sebanyak dulu. Padahal, di dalam pikirannya, membatik bisa menjadi solusi bagi ibu-ibu yang tidak memiliki penghasilan tambahan bagi keluarganya.

“Saat itu saya bertekad untuk menghidupkan kembali batik Malangan sebagai budaya membatik di Kampung Celaket meski dengan modal terbatas,” jelas Ira.

Gigih Bangkitkan Batik Malangan
Upaya Ira untuk melestarikan batik Malangan awalnya tidak berjalan mulus karena harus terlebih dahulu menghadapi keraguan keluarganya yang sempat meragukan rencananya itu

Kerisauan keluarganya akhirnya luluh berkat tekad kuat Ira menjalankan rencananya melestarikan batik. Tidak hanya itu, ia pun berhasil mengajak keluarga besarnya untuk ikut pelatihan membatik di Laweyan Solo.

Meski demikian, tantangan selanjutnya harus dihadapi pasangan suami istri Hanan yang berbasis Wartawan dan Ira sebagai tenaga pemasaran ini, yakni memasarkan batik Malangan. Ia menyadari bahwa memasarkan sebuah produksi apalagi tergolong baru tidaklah mudah.

"Kalau batik dari Solo, Jogja, itu punya pakem-pakem tersendiri, ya. Nah, sementara di Malang ini nggak. Saya lebih membuat motif-motif baru dari apa yang saya lihat dan dengar di sekitar rumah tinggal," jelas Ira.

Ia menyadari, kerja kerasnya bersama suaminya menjadi motor ibu-ibu di kampunya untuk membatik belum terlihat hasilnya. Pada tahun-tahun pertama, keberadaan Batik Celaket belum banyak dikenal.

Bahkan, lanjut Ira, hingga tahun ketiga hanya menghasilkan produksi batik tanpa tahu mau ke mana menjualnya.

“Pada saat itu, ibu-ibu rutin datang dan hanya membuat aja. Kita sampaikan (bahwa) kita belum bisa menjualnya," kenang Ira.

Batik Malangan Mulai Dikenal


Upaya Ira dan Hanan berjibaku membangkitkan kembali batik Malangan dari Kampung Celaket mendapatkan hambatan saat memasuki tahun keempat.

“Pada tahun 2000-an, usaha membatik kami bangkrut karena tidak laku,” tandas Ira.

Kegagalannya itu tidak menjadikan Ira patah semangat. Ia pun terus berusaha bangkit. Akhirnya, pada tahun 2003 kegiatan membatiknya itu kembali berjalan setelah berhasil mengumpulkan modal dari gaji suaminya.

Ira menyebutkan, memasuki tahun 2006 keadaan mulai berubah seiring keikutsertaannya bersama ibu-ibu pebatik Celaket dalam sebuah pameran di Pemkot Malang.

“Dalam sebuah pameran, saya bertemu dengan Ketua Tim Penggerak PKK, Ibu Heri Utami istri Wali Kota Malang Peni Suparto. Dari pertemuan ini, alhamdulillah jalan mulai terbuka. Saya diperkenalkan oleh Ibu Peni kepada banyak PNS Pemkot,” jelas dia.

Dari situlah, kata Ira, batik Malangan dari Kampung Celaket dikenal justru mulai dari tingkat atas baru ke bawah.

Seiring dengan tenarnya Batik Tulis Celaket, Ira pun menambah variasi produknya. Mulanya, Ira hanya memproduksi batik tulis. Lalu, atas permintaan Pegawai Pemkot, Ia pun juga mulai memproduksi batik cap. Tak hanya itu, kini Batik Celaket juga memproduksi batik dalam bentuk pakaian laki-laki dan perempuan.

“Bagi saya, membatik itu layaknya sebuah cerita. Lewat motif-motif batik, saya ingin menyampaikan pada banyak orang mengenai Celaket dan Malang, dan khususnya budaya adiluhung pendahulu Malang,” jelas dia.

Ira mengaku, salah satu motif batik buatannya yang paling disukai adalah Topeng. Motif Topeng bercerita tentang bagaimana Panji Pulangjiwo dan Panji Asmoro Bangun berkelana memperkenalkan budaya jawa, katanya.

Ia mengungkapkan,  batik tulis dengan motif Tugu Malang di tengahnya ada bunga teratai dengan beragam warna,  tak jauh beda dengan homogennya warga Kota Malang.

Ubah Wajah Kampung Celaket Melalui Batik Malangan


Ira mengaku, batik tulis Celaket adalah wujud kebanggaannya terhadap budaya kampungnya yang kaya dan beragam. Ia tidak ingin kebanggaan tersebut tertutup oleh stereotip masyarakat terhadap kebiasaan segelintir orang di wilayahnya.

"Katanya kan, mohon maaf ya, orang Celaket itu katanya malas, orang Celaket itu katanya hobinya nongkrong sambil kubam (mabuk bahasa malangan. Saya ingin bercerita, nggak juga, gitu lho,” ujar Ira.

Melalui karya batik, Ira menegaskan, ingin menunjukkan wajah asli orang Celaket. “Saya ingin bercerita, ini lho orang Celaket juga punya karya. Ini lho batik Celaket yang khas Malang dan dibuat orang Malang asli," jelas Ira.

Ira mengatakan, motif-motif batik yang dibuatnya seperti Bunga Puring, Bunga Teratai, Tugu, dan Singo menjadi salah satu wujud tekad kuatnya untuk mempertahankan budaya kampung Celaket. Baginya, seiring dengan majunya peradaban Kota Malang, eksistensi budaya ‘arek-arek Kampung Celaket’ tak boleh sirna.

"Orang Malang silakan maju, Kota Malang silakan berkembang, silakan bertumbuh. Tapi, kami warga Kampung Celaket dengan batik Malangan, yang hidup dibelah kali Brantas juga harus tetap eksis," pungkas Ira Hartanti. (*)

Pewarta :
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.