TIMES MALANG, MALANG – BAZNAS Kota Malang kembali menunjukkan kiprahnya dalam pengelolaan zakat yang inovatif dan solutif. Dua program unggulan digotong untuk menjawab tantangan kemiskinan dan kemandirian ekonomi umat: Z-Qardh (Zakat Qardhul Hasan) dan Z-Coffee.

Kedua program ini bukan sekadar inisiatif baru, melainkan bentuk transformasi dalam cara pandang terhadap zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Dari yang dulunya bersifat konsumtif, kini diarahkan menjadi zakat produktif yang mampu menciptakan perubahan nyata dan berkelanjutan.

Dr. Husnul Khuluq selaku pimpinan BAZNAS Provinsi Jawa Timur dalam sambutannya saat peluncuran kedua proogram tersebut mengapresiasi kreatifitas BAZNAS Kota MAlang.

“Program ini menjadi bukti nyata bahwa BAZNAS Kota Malang dalam menciptakan program yang sangat inovatif dalam mengelola ZIS yang ada. Z-Qardh dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lembaga mikro mandiri yang sangat memberdayakan mustahik” ujarnya

Z-Qardh: Bukan Sekadar Bantuan, Tapi Dorongan untuk Mandiri 

Z-Qardh merupakan program pembiayaan tanpa bunga (Qardhul Hasan) yang diberikan kepada para mustahik, khususnya pelaku usaha mikro, agar mereka mampu menjalankan atau mengembangkan usaha produktif. Pendekatan ini sangat berbeda dari bantuan sosial konvensional, karena bersifat memberdayakan, bukan hanya meringankan.

Saat ini, program Z-Qardh telah menjangkau 7 kelompok usaha di berbagai wilayah Kota Malang, seperti Qoryah Sakinah Tanjungrejo, Ar Rahman Kidul Dalem, Dluhal Islam, Amanah Kedungkandang, dan Al-Huda Unmer. Ditambah lagi dengan Darul Istiqomah Polowijen dan BKMM DMI Kota Malang.

Dengan total 522 anggota dan manfaat yang telah menjangkau lebih dari 1.100 orang selama 3 tahun terakhir, Z-Qardh telah membuktikan dirinya sebagai motor penggerak ekonomi mikro umat di Kota Malang.

Z-Coffee: Mengubah Seduhan Kopi Menjadi Ruang Edukasi dan Ekonomi

Berbeda dari Z-Qardh yang fokus pada pembiayaan, Z-Coffee hadir sebagai ruang kreatif dan produktif yang memadukan antara usaha kedai kopi, pusat edukasi, serta media dakwah sosial.

Melalui Z-Coffee, para penerima manfaat (mustahik) diberi kesempatan untuk belajar mengelola usaha secara langsung, mendapatkan pelatihan, hingga berjejaring dengan komunitas wirausaha.

Z-Coffee bukan hanya menyajikan minuman, tetapi juga semangat baru bahwa zakat bisa menjadi sarana pembinaan dan pelatihan wirausaha yang menyenangkan dan relevan dengan generasi muda.

Dari Mustahik Menjadi Muzakki: Sebuah Transformasi Sosial

Salah satu filosofi besar dari dua program ini adalah mendorong transformasi status mustahik menjadi muzakki atau dari penerima zakat menjadi pemberi zakat. Ini dilakukan melalui pembinaan berkelanjutan, pelatihan manajemen usaha dan keuangan, serta pendampingan intensif dari BAZNAS dan mitra.

Dalam sarasehan yang digelar bersamaan dengan launching program, berbagai strategi peningkatan kualitas mustahik dibahas oleh para ahli dan tokoh daerah.

Mulai dari pelatihan kewirausahaan oleh Diskopindag, pembinaan administrasi oleh pengurus BAZNAS, hingga motivasi spiritual agar para pelaku usaha tetap berlandaskan etika Islam dalam bisnis.

Kolaborasi: Kunci Keberhasilan Program

Program Z-Qardh dan Z-Coffee tidak akan berjalan sendiri. BAZNAS Kota Malang aktif menjalin kemitraan dengan Pemerintah Kota Malang, lembaga keuangan, serta komunitas penggerak UMKM.

Selain launching, kegiatan juga dirangkai dengan penyaluran rombong usaha dan bantuan tunai bagi lansia, sebagai bentuk nyata sinergi sosial dan ekonomi yang inklusif.

Dengan pendekatan holistik ini, BAZNAS Kota Malang tidak hanya mendistribusikan zakat, tapi juga menyemai harapan, membangun masa depan, dan mengubah pola pikir masyarakat tentang arti sesungguhnya dari berbagi dan mandiri.

Z-Qardh dan Z-Coffee kini menjadi ikon baru pengelolaan zakat produktif di Kota Malang. Harapannya, kedua program ini dapat terus berkembang dan menjadi contoh bagi daerah lain dalam memaksimalkan potensi zakat untuk pemberdayaan dan keadilan sosial. (*)