TIMES MALANG, MALANG – Museum Musik Indonesia (MMI) kembali menggelar Nusantara Bernyanyi 3 sebagai bagian dari komitmennya menghidupkan kembali lagu-lagu tradisional Indonesia yang mulai memudar di tengah arus budaya populer.
Kepala Museum Musik Indonesia, Ratna Sakti Wulandari, menjelaskan bahwa Nusantara Bernyanyi bukan sekadar pertunjukan musik, melainkan upaya membangun kembali kedekatan generasi muda dengan kekayaan musikal daerah.
“Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, kami sempat mengadakan survei kecil di kawasan Car Free Day (CFD) Kota Malang. Hasilnya cukup memprihatinkan: sekitar 90 persen dari ratusan anak yang kami wawancarai mengaku tidak mengenal lagu tradisional,” ungkap Ratna saat konferensi pers yang digelar di gedung Museum Musik Indonesia, Jalan Nusakambangan Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (26/7/2025
Ketua Pelaksana Nusantara Bernyanyi 3, Stephanie Prima Prasetyowati, menyampaikan secara rinci peraturan dan persyaratan lomba dalam konferensi pers di Museum Musik Indonesia, Sabtu (26/7/2025). (FOTO: Qarina Vitri Aulia/TIMES Indonesia)
Lomba dalam Nusantara Bernyanyi 3 dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu penampilan solo dan paduan suara. Peserta diberi kebebasan penuh untuk mengaransemen ulang lagu tradisional sesuai kreativitas mereka. Khusus untuk kategori paduan suara, penampilan dilakukan secara a cappella—tanpa iringan alat musik—untuk mendorong eksplorasi vokal dan kekompakan tim. Tantangan ini diharapkan bisa melatih imajinasi musikal anak-anak sekaligus menunjukkan bahwa lagu tradisional bisa dikemas secara modern tanpa kehilangan identitas.
Kreativitas peserta yang terus meningkat dari tahun ke tahun menjadi salah satu hal yang paling membanggakan bagi tim penyelenggara. Ratna menyampaikan kegembiraannya karena kini ia semakin sering diundang ke berbagai kegiatan yang turut menghidupkan lagu-lagu tradisional. Ia menduga, semangat itu salah satunya dipantik oleh pelaksanaan Nusantara Bernyanyi dalam beberapa tahun terakhir.
“Anak-anak jadi mulai belajar kembali lagu-lagu tradisional karena ingin ikut lomba,” ujarnya.
Ketua pelaksana Nusantara Bernyanyi 3, Stephanie Prima Prasetyowati turut menyampaikan antusiasme peserta yang terus bertumbuh.
“Hingga saat ini, sudah ada kurang lebih 65 peserta yang terdaftar dari berbagai jenjang SD dan SMP. Ini jadi semacam harapan baru bahwa lagu-lagu tradisional masih bisa tumbuh di hati anak-anak,” ujarnya.
Rencananya, survei tentang pengetahuan anak-anak terhadap lagu tradisional akan kembali dilakukan pada bulan September mendatang, sebagai tolok ukur dampak dari program ini. Tak hanya itu, tim Museum Musik Indonesia juga tengah mempersiapkan sebuah agenda besar yang akan melibatkan para juara Nusantara Bernyanyi dari tiga periode sebelumnya. Meskipun belum diumumkan secara resmi, program ini diharapkan dapat memperluas jangkauan misi pelestarian musik tradisional.
Melalui Nusantara Bernyanyi 3, Museum Musik Indonesia berharap bisa terus menghidupkan irama-irama lama yang sempat terlupakan—agar tidak sekadar jadi catatan sejarah, tapi kembali menyatu dalam identitas budaya bangsa. (*)
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |