TIMES MALANG, MALANG – Kongres Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang akan digelar di Yogyakarta dalam waktu dekat, adalah momen penting untuk membahas dan mencari solusi terhadap berbagai isu kritis yang dihadapi oleh profesi keinsinyuran di Indonesia. Ir. Sutopo Kristanto MM., IPU., Calon Wakil Ketua Umum PII 2024-2025 mengatakan, sebagai lembaga yang menaungi insinyur di tanah air, PII harus mampu jadi motor penggerak kemajuan bangsa melalui berbagai kebijakan dan rekomendasi strategis yang dapat mengatasi tantangan sektor ini.
"Saya percaya bahwa kesuksesan sebuah organisasi tidak pernah berdiri sendiri, tetapi dibangun di atas kekuatan tim yang solid dan kolaborasi lintas generasi. Kepemimpinan saya akan selalu berlandaskan pada dialog, mendengarkan kebutuhan anggota, dan memastikan bahwa setiap suara didengar. Dengan semangat muda, saya akan terus mendorong kolaborasi antara pengalaman yang kaya dan inovasi yang segar, karena perubahan terbaik terjadi ketika kedua elemen ini bersatu," ucapnyam Rabu (4/12/2024).
Isu-Isu Penting Keinsinyuran di Indonesia
Isu krusial pertama adalah soal kualitas pendidikan dan sertifikasi profesi. Ini isu besar yang perlu diselesaikan. Meski Indonesia memiliki banyak perguruan tinggi teknik yang tersebar di seluruh wilayah, kualitas lulusan dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan industri seringkali dipertanyakan.
Apalagi, belum semua insinyur terdaftar dalam sistem sertifikasi profesi yang sesuai dengan standar global. Akibatnya, terjadi kurangnya kepercayaan dari pihak internasional terhadap kompetensi insinyur Indonesia.
"Kongres PII harus mendorong penguatan kerjasama antara perguruan tinggi dengan dunia industri dan lembaga sertifikasi profesi. Ini bertujuan agar kurikulum pendidikan teknik lebih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan para insinyur dapat lebih mudah mendapatkan sertifikat profesional yang diakui," kata Sutopo Kristanto.
Transformasi tekonologi digital dalam profesi jeinsinyuran Indonesia juga jadi isu penting. Sutopo melihat, Digitalisasi menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi profesi keinsinyuran.
Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan big data semakin merambah dalam proses rekayasa. Insinyur di Indonesia perlu beradaptasi dengan cepat untuk memanfaatkan teknologi ini dalam mendesain dan mengelola proyek-proyek infrastruktur dan teknologi.
"PII harus mendorong pengembangan pelatihan berbasis teknologi digital dan penguatan kemitraan dengan perusahaan teknologi untuk mempercepat adopsi teknologi digital di kalangan insinyur," ucap Sutopo.
Selain itu, tambah Sutopo, soal keterlibatan insinyur Indonesia dalam pengembangan infrastruktur berkelanjutan juga akan jadi tantangan serius dalam lima tahun ke depan.
Menurut alumni ITS Surabaya ini, isu pembangunan berkelanjutan sudah menjadi perhatian global. Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan lebih banyak insinyur yang memiliki pemahaman dan keterampilan dalam merancang infrastruktur yang ramah lingkungan dan efisien sumber daya.
Di sisi lain, Indonesia juga dihadapkan pada tantangan infrastruktur yang masih tertinggal di beberapa daerah.
"PII harus mampu memperkenalkan konsep infrastruktur berkelanjutan dalam pelatihan dan pengembangan profesi insinyur di Indonesia. Kongres PII juga perlu menyarankan untuk meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan dalam merancang proyek-proyek infrastruktur yang ramah lingkungan," tegasnya.
Namun, dibalik isu besar tadi, Sutopo melihat, etika profesi dan integritas insinyur harus kokoh dalam menunjang itu semua. Kini, seiring dengan perkembangan pesat di dunia keinsinyuran, etika profesi dan integritas juga menjadi isu yang krusial.
Banyaknya sekali contoh kasus yang terjadi dalam pelaksanaan proyek, baik di sektor publik maupun swasta, mengundang perhatian bahwa insinyur harus kembali menegaskan peran mereka sebagai penjaga kualitas dan etika dalam setiap proses rekayasa.
"PII perlu memperkuat pendidikan dan pelatihan tentang etika profesi keinsinyuran, serta memperkenalkan sistem pengawasan dan akuntabilitas yang ketat di dalam organisasi profesi untuk memastikan bahwa insinyur Indonesia senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip moral dan profesional," ujar Sutopo.
Sutopo Kristanto Menjawab Isu-Isu Krusial
Sebagai calon Wakil Ketua Umum PII 2024-2027, Sutopo Kristanto memiliki peluang besar untuk memainkan peran kunci dalam menjawab tantangan-tantangan tadi.
Dengan pengalamannya di dunia industri dan keinsinyuran, Sutopo menawarkan solusi-solusi konkret dalam menghadapi masalah-masalah yang ada.
Dengan fokus yang kuat pada transformasi, inovasi, dan peningkatan profesionalisme, Sutopo Kristanto memiliki peluang untuk menjadi pemimpin yang tepat dalam menggerakkan PII menuju kemajuan yang berkelanjutan bagi profesi keinsinyuran di Indonesia.
Sebagai calon Wakil Ketua Umum PII, langkah-langkah konkret yang diambil oleh Sutopo dapat membawa perubahan positif yang sangat dibutuhkan oleh profesi ini.
"Kesetiaan saya kepada PII adalah bukti nyata dari dedikasi saya untuk memberikan kontribusi terbaik. Selama bertahun-tahun, saya telah berada di garis depan untuk mendorong inisiatif baru, memastikan organisasi ini relevan dengan perkembangan zaman, dan tetap menjadi rumah bagi seluruh insinyur Indonesia," tegas Sutopo. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sutopo Kristanto Menjawab Isu Kritis Soal Profesi Keinsinyuran di Indonesia
Pewarta | : Faizal R Arief |
Editor | : Faizal R Arief |