TIMES MALANG, MALANG – Tim riset mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) dari Lembaga Otonomi Fakultas bagian Riset dan Keilmiahan Mahasiswa (RITMA), membuat carian pengganti pupuk kimia yang belakangan ini harganya sangat mahal. Bahan dari pupuk cair ini pun terbilang cukup mudah. Yakni berasal dari 5 jenis tumbuhan dan rumput liar. Semua jenis tumbuhan bisa gunakan, dengan syarat tumbuhan tersebut sehat tanpa penyakit apapun.
Salah satu anggota tim riset, Voleta Alda menerangkan, cara membuat pupuk cair ini juga terbilang mudah. Yakni dengan mencampurkan semua bahan tersebut dalam 5 liter air. Kemudian semua bahan tersebut diperas selama kurang lebih 15 menit. Untuk cara pemerasan, hanya dilakukan dengan lembut, tidak boleh hingga semua bahan tersebut hancur.
"Pengganti pupuk ini disebut dengan Biosaka. Biosaka berasal dari kata BIO dan SAKA yang merupakan singkatan dari Saka Alam Kembali ke Alam (dari alam kembali ke alam)," ucapnya.
Selesai peremasan, air tersebut disaring dan disimpan dalam wadah tertutup. “Aplikasi penyemprotan hanya menggunakan 40-60 mL Biosaka untuk satu tangki. Dalam penyemprotannya diarahkan ke atas dibentuk seperti embun," terangnya.
Dia mengatakan, selain sangat ekonomis, pupuk ini juga mempunyai berbagai keunggulan. "Biosaka ini juga awet disimpan dalam 8-12 bulan kedepan. Sebuah terobosan baru untuk memajukan agrikultur Indonesia dan menyelesaikan permasalahan harga pupuk yang meningkat,” kata Voleta.
Tim riset juga melakukan penerapan pada program Recovery milik RITMA. Penerapan ini dilakukan pada desa binaan yakni Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Program penerapan ini juga bekerja sama dengan Aksi Abdi, sebuah komunitas yang bergerak dalam peningkatan perekonomian masyarakat Desa Mitra berdasarkan penerapan hasil penelitian yang mendapat pendanaan dari pihak Desamind.
Desamind sebagai organisasi non-profit yang bergerak sebagai partner masyarakat desa dalam bidang pendidikan dan sosial untuk membentuk masyarakat yang maju, berdaya saing dan melek peradaban. Selain itu, berbagai pihak ikut mensponsori kegiatan ini.
“Dengan hasil riset tentang Biosaka ini, diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan harga pupuk kimia yang semakin tinggi. Sehingga pertanian jeruk pada Desa Kalisongo dapat kembali bangkit. Seluruh pihak yang terlibat telah menyatukan sinergi untuk mencapai tujuan masyarakat desa yang berdaya saing,” kata Ketua Aksi Abdi yakni Devi Nurbaeti.
Sebagai informasi, tim RITMA yang menciptakan inovasi pupuk dari bahan tanaman yang mudah ditemukan di masyarakat ini terdiri atas Dawud Isa, Voleta Alda, Roshella Ratna, Lya Sulistyoning, Nur Abiyah Rona dan Aulya Rahman Rachmadani. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Inovasi Mahasiswa UB, Buat Cairan Pengganti Pupuk Kimia dari Tumbuhan Liar
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |