TIMES MALANG, MALANG – Seorang mahasiswa yang sedari kecilnya sudah menyukai seni ini sudah menyimpan banyak penghargaan sejak menduduki bangku Aliyah. Ahmad Nur Hafidh yang biasa dipanggil Hafidh itu sangat gemar berkaligrafi dan sudah sangat melekat sampai sekarang. Mahasiswa berumur 18 tahun tersebut sedang menempuh pendidikan Sarjana di UIN Maliki Malang.
“Sedari kecil saya sudah suka menggambar, sebelumnya masih belum tahu dunia kaligrafi itu seperti apa. Kemudian saya mulai suka dan mendalami kaligrafi di kelas 8 MTs. Saya tertarik karena melihat kakak kelas saya menulis (kaligrafi) di lapangan kayak keren gitu. Dari situ saya langsung mengikuti ekstrakurikuler kaligrafi,” ucap mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab itu kepada TIMES Indonesia.
Hafidh mengatakan bahwa ia dilirik pertama kali saat mengikuti perlombaan di cabang lomba kaligrafi antar kelas di sekolahnya semasa Aliyah. Hafidh langsung meraih juara 1 saat perlombaan yang diadakan di sekolahnya itu dan juga mendapatkan perhatian langsung dari guru sekolahnya. Tak lama setelah itu, ia pun langsung diikutsertakan dalam perlombaan yang diadakan di Surabaya 2020 di tingkat SMA, namun ia masih belum membawa pulang trofi di sana. Tidak berhenti disitu, ia juga mengikuti perlombaan yang diadakan di UNISMA 2020 tingkat SMA dan membawa pulang langsung trofi juara pertama.
Hafidh juga pernah menghasilkan uang saku lewat kaligrafi saat masih sekolah. Ia menulis nama pelanggannya dengan bolpoin yang dijual dengan harga 3 ribu rupiah. Tercatat keuntungan bersih yang ia dapatkan sekitar 500 ribu rupiah dalam kurun waktu 2 sampai 3 bulan. Kemudian ia merasa kalau pekerjaan sampingannya itu bisa mengganggu aktivitas belajarnya, sehingga Hafidh lebih memilih berhenti. Uniknya pelanggan anak kelahiran 2004 tersebut menyebar ke pondok-pondok yang ada di Singosari, yang berjumlah sekitar 17 pondok.
Saat ia sedang asyik menggeluti kaligrafi dan mengikuti banyak perlombaan, tidak lama datanglah waktu pandemi. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangatnya. Ia tetap mengikuti perlombaan online yang diadakan oleh kampus-kampus ternama, salah satunya seperti UNNES. Dengan begitu, skill kaligrafinya akan terus terasah dan berkembang meskipun dalam situasi pandemi.
Saat menduduki bangku perkuliahan, ia juga sudah banyak mendapatkan trofi di bidang seni menulis arab. Berikut perlombaan yang pernah ia juarai di tingkat mahasiswa ajang seni menulis kaligrafi:
- Juara 1 lomba Kaligrafi Arab dalam rangka Kegiatan Syi’ar Ramadhan kampus UI 2023 antar Mahasiswa tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Makara Art Center, Universitas Indonesia.
- Juara 1 lomba Kaligrafi dalam Gebyar Polkesyo Qur’ani 2022 yang diselenggarakan oleh UKM Poltekkes Kemenkes Yogyakarta tingkat Mahasiswa se-Indonesia.
- Juara 1 dalam Musabaqoh Khottil Qur’an Kontemporer dalam Gebyar Miladiyah Qur’ani antar Mahasiswa tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh HMPS PAI STAIS Pasuruan bekerja sama dengan UKM JHQ Adz-Dzikro ITSNU-STAIS Pasuruan.
Dan masih ada sederet prestasi lainnya yang ia raih dalam cabang lomba kaligrafi dari tingkat Sekolah Menengah Atas hingga Mahasiswa. Harapan dari lubuk hati seorang seniman kaligrafi itu untuk kedepannya adalah segera mengikuti perlombaan kaligrafi tingkat internasional nantinya. Selain itu, ia juga merupakan salah satu mahasiswa yang masuk lewat jalur Beasiswa Teladan dikarenakan pencapaian-pencapaian yang ia raih di bidang kaligrafi.
Karya seni kaligrafi Hafidh ketika lomba di Universitas Indonesia. (FOTO: Dok. Hafidh)
Hafidh berpesan kepada para kaligrafer baru bahwa seni menulis kaligrafi tidaklah mudah, tidak ada proses instan dan tidak bisa langsung menjadi tulisan yang bagus. Perlu banyak latihan dan sebuah komitmen untuk menjalaninya.
Berikut ini tips-tips bagi pemula yang ingin berseni lewat tulisan kaligrafi arab ala Ahmad Nur Hafidh:
1. Latihan setiap ada waktu luang
Salah satu kaligrafer tingkat nasional tersebut mengatakan bahwa perlu dengan melatih diri setiap waktu luang, paling tidak di malam hari. Sebab di malam hari biasanya para pelajar jarang ada yang memiliki kegiatan, paling tidak harus memula menulis dari satu baris terlebih dahulu. Karena kalau satu minggu tidak belajar nulis, tangan akan terasa kaku dan berbeda dengan yang sudah biasa menulis kaligrafi.
2. Belajar kaidah kaligrafi
Kaidah dari kaligrafi ini penting untuk dipelajari. Kaidah merupakan sebuah aturan yang menjadi ketetapan dari ilmu kaligrafi itu sendiri. Sebagai contoh, seberapa panjang huruf alif itu sangat diperhitungkan lewat kaidah kaligrafi, seberapa kemiringan dari huruf-huruf hijaiyah yang akan dituliskan. Sebab dalam khat naskhi, riq’ah, tsulut dan semacamnya memiliki kaidah yang berbeda-beda.
3. Berguru dengan ahli kaligrafi
Tentu para kaligrafer pemula diperlukan untuk berguru dengan ahlinya. Dari situ kita dapat mengetahui seberapa jauh latihan yang telah kita tekuni dan lalui. Kemudian kita juga akan mendapatkan koreksi dan bimbingan langsung dari ahlinya.
4. Menanamkan pola pikir positif
Pola pikir positif bisa membuat kita terus konsisten atas apa yang kita lakukan. Tidak perlu menghiraukan cibiran orang lain, sebab yang mengetahui perjuangan kita adalah diri sendiri. Tetap fokus berlatih sehingga nantinya akan berbuah manis di masa yang akan datang.
5. Motivasi diri
Motivasi diri itu penting, sebab itu menjadi salah satu bahwa kita dapat konsisten menjalani kegiatan yang kita tekuni. Tidak merasa puas dengan hasil yang telah didapatkan di perlombaan, tetap menanamkan rasa haus akan perlombaan dan merasa iri dalam hal positif dalam berkompetisi. Dengan begitu, seniman akan terus berkembang seiring jalannya waktu.
Hafidh percaya bahwa kaligrafi dapat menjadi media untuk menyi’arkan agama islam. Ia yakin bahwa pepatah yang disampaikannya itu bisa mendorong dan memotivasi para kaligrafer baru untuk terus belajar dan berkembang kedepannya.
“Pepatah pakar kaligrafi itu begini, para Hafidz Qur’an itu menjaga Al-Qur’an melalui hafalannya. Sedangkan para kaligrafer itu menjaga Al-Qur’an melalui tulisannya. Sehingga sama-sama merujuk kepada Al-Qur’an dalam artian menjaga. Orang-orang awam akan tertarik dengan kaligrafi karena sama halnya dengan menyi’arkan agama lewat seni," imbuhnya. (*)
Pewarta | : Rayhan Hafizh Ananda (MBKM) |
Editor | : Deasy Mayasari |