TIMES MALANG, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) Malang kembali memperkuat komitmen terhadap inklusivitas dengan menyelenggarakan acara bertema "Art Space Inclusign" di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada 3 November 2024.
Acara ini menggabungkan unsur edukasi dan seni, seperti pameran seni, kelas bahasa isyarat, dan workshop membatik, untuk memperkenalkan konsep inklusivitas di kampus dan masyarakat. Bertempat di Gedung Auditorium UB, kegiatan yang diinisiasi mahasiswa ini diharapkan menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas di berbagai aspek kehidupan.
Aura Ratu Bilqis, ketua pelaksana, menjelaskan bahwa tema "Art Space Inclusign" dipilih untuk mengenalkan inklusivitas dengan cara yang menyenangkan. "Kami ingin acara ini menjadi ruang belajar dan pengenalan bagi semua orang, terutama dalam pendidikan bahasa isyarat," ujarnya.
Inklusivitas sendiri adalah konsep yang menekankan keterbukaan dan penerimaan terhadap keberagaman, termasuk untuk penyandang disabilitas. Dalam konteks ini, inklusivitas bertujuan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi semua individu, terlepas dari kondisi fisik atau mental mereka. Melalui tema "Art Space Inclusign," acara ini bertujuan memperkuat pemahaman tentang pentingnya inklusivitas dalam pendidikan, khususnya dalam mendukung rekan-rekan penyandang disabilitas untuk merasa diterima dan dihargai.
Pada acara "Art Space Inclusign" ini, sejumlah kegiatan menarik diselenggarakan untuk memperkenalkan inklusivitas melalui pengalaman seni dan edukasi. Salah satu kegiatan utama adalah kelas bahasa isyarat yang dirancang untuk memberikan pemahaman dasar tentang komunikasi dengan bahasa isyarat serta meningkatkan kesadaran tentang disabilitas atau "disability awareness."
Dalam kelas ini, peserta diajarkan bagaimana cara berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, yang sangat relevan di Universitas Brawijaya (UB) mengingat banyaknya mahasiswa tuli. Kelas bahasa isyarat ini dipandu oleh Muhammad Hasanudin, yang berbagi pengetahuan mengenai kesadaran disabilitas, serta mahasiswa dari Pusat Layanan Disabilitas (PLD) UB yang memberikan pelatihan langsung dalam bahasa isyarat kepada peserta.
Selain kelas bahasa isyarat, acara ini juga menyelenggarakan workshop membatik yang melibatkan UMKM dari kalangan ibu-ibu komunitas sosial dan penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan di bidang seni batik. Workshop ini tidak hanya memperkenalkan seni membatik kepada peserta, tetapi juga bertujuan menunjukkan potensi dan bakat luar biasa yang dimiliki oleh penyandang disabilitas.
Dalam kegiatan ini, para peserta berinteraksi langsung dengan para pengrajin, yang tidak hanya berasal dari Malang, tetapi juga dari kalangan Sekolah Luar Biasa (SLB) Autism Malang dan SLB Universitas Negeri Malang, sehingga memberikan kesempatan bagi mereka untuk memahami dan menghargai keterampilan serta keunikan para pengrajin disabilitas.
Pameran seni juga menjadi salah satu daya tarik utama dari acara ini. Berbagai karya seni yang diciptakan oleh penyandang disabilitas dipamerkan, termasuk karya-karya dari SLB Autism dan UMKM yang terdiri dari individu-individu disabilitas. Salah satu seniman yang menarik perhatian dalam pameran ini adalah Jeni, seorang seniman disabilitas yang memiliki bakat luar biasa dalam seni lukis.
Menurut Aura, pihak universitas bekerja sama dengan Lingkar Sosial Malang untuk menghadirkan karya dari berbagai komunitas disabilitas. "Kami ingin menampilkan karya seni dari seluruh lapisan, termasuk mereka yang memiliki disabilitas mental maupun fisik," ujarnya.
Acara "Art Space Inclusign" diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan pemahaman tentang pentingnya inklusivitas. Aura menyampaikan harapannya agar acara ini dapat menjadi langkah awal untuk lebih banyak kegiatan serupa di masa mendatang. (*)
Pewarta | : Putri Nailatur (MG) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |