TIMES MALANG, MALANG – Ada yang istimewa dalam pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya. Karena selain memberikan materi tentang kehidupan kampus dan pengetahuan umum lain, para mahasiswa juga di dorong untuk dapat memiliki karakter yang tangguh, etika, hingga kepekaan terhadap sosial.
Hal itu diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Seperti mentoring keagamaan yang dilakukan setiap pagi dan Focus Group Discussion (FGD) antar mahasiswa.
Dekan FISIP UB, Prof Anang Sujoko S.Sos., M.Si., mengatakan, mentoring keagamìaan menjadi fasilitas baru yang diberikan oleh FISIP kepada para Maba. Dimana pada setiap pagi sebelum melakukan kegiatan, mereka akan mendapatkan motivasi hingg siraman rohani dari para pemuka agama.
"Semua agama kita fasilitasi. Mulai dari Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Hindu. Ini untuk membangun dan menguatkan mental, karakter, dan etika para mahasiswa," kata dia.
Prof Anang menilai, generasi muda zaman sekarang, mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi. Namun, mereka juga terkenal kurang resiliensi yang rendah, sehingga mereka terbilang rapuh dan gampang patah.
"Untuk itu, mentoring keagamaan ini kita harapkan bisa membuat Maba FISIP menjadi pemuda yang punya resiliensi yang tinggi, dan punya daya juang yang tinggi selama menjadi mahasiswa dan seterusnya," imbuhnya.
Terkait dengan FGD, mahasiswa diminta untuk mengangkat topik kekerasan seksual dan kesehatan mental. Kedua isu ini dipilih karena menjadi masalah sosial yang sering terjadi di lingkungan kampus.
"Dalam FGD itu, para mahasiswa diminta untuk tidak hanya memahami masalah, tetapi juga mencari solusi serta merancang kampanye sosial yang dapat membantu mengurangi kasus-kasus terkait," ucapnya.
Dia menyebut, memberantas kekerasan seksual menjadi salah satu fokus FISIP UB. Sehingga para mahasiswa harus dibekali dengan pengetahuan yang utuh tentang apa itu kekerasan seksual, hingga apa yang harus mereka lakukan jika menjadi korban kekerasan seksual.
"FISIP berkomitmen menjadi sebuah saluran sebagai penyelesai masalah kekerasan seksual. Baik secara preventif atau penindakanya," kata dia.
Dia mengakui, memang masih banyak ditemukan kasus kekerasan seksual di kalangan mahasiswa. Tak terkecuali di UB. Meski kebanyakan kasus sebenarnya terjadi di luar kampus dan bukan pada jam belajar mengajar, yang harusnya bukan merupakan tanggung jawab institusi, namun pihaknya berkomitmen untuk tetap bisa membantu atau menindak apabila itu memang berhubungan dengan Fakultas atau Universitas.
"Karena dengan berkuliah di FISIP UB, mereka sudah menjadi keluarga besar kami. Sehingga kita tidak akan menutup mata apabila ada kasus semacam itu kata dia.
Ditempat yang sama, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FISIP, Dr Bambang Dwi Prasetyo menambahkan, mentoring keagamaan menjadi menjadi salah satu terobosan baru yang dilakukan oleh FISIP UB. Hal ini diberikan dengan tujuan agar mahasiswa bisa menjadi seorang yang punya keilmuan, spiritual, dan etika yang seimbang.
"Ilmu boleh tinggi tapi kalai sikap, mental, dan etikannya tidak baik maka tidak ada gunanya," tuturnya.
Bambang menerangkan, tahun ini FISIP UB menerima mahasiswa baru sebanyak 1.257 orang. Mereka datang dari 30 provinsi di Indonesia. Dengan prosentase 40% di antaranya berasal dari Jawa Timur, 30% dari wilayah Jabodetabek, dan sisanya berasal dari berbagai daerah seperti Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, hingga Papua.
"Sehingga bisa dibilang FISIP UB ini menjadi sebuah miniatur Indonesia, untuk Mahsiswa bisa belajar dan mengetahui budaya dari masing-masing daerah di Indonesia," pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: PKKMB FISIP UB: Membangun Mahasiswa Berkarakter dan Beretika
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Imadudin Muhammad |