TIMES MALANG, BATU – Ketika penghijauan seringkali hanya berakhir sebagai seremoni, Tamsil Ainnur Rizal membawa pendekatan baru dengan gerakan Nandur Gunung. Lewat kolaborasi lintas komunitas dan sentuhan teknologi, inisiator Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (GeKrafs) Kota Batu ini menjadikan penghijauan sebagai gerakan restorasi alam yang berkelanjutan.
Tamsil tidak hanya mengajak masyarakat untuk menanam pohon, tetapi juga memastikan perawatannya menjadi tanggung jawab bersama. Nandur Gunung, yang dinamai Rabuisasi karena digelar setiap minggu pertama di bulan berjalan, dirancang sebagai gerakan yang konsisten dan terukur.
"Kami ingin penghijauan bukan sekadar simbol, tetapi menjadi bagian dari budaya baru. Tanam pohon itu penting, tetapi merawat hingga pohon tumbuh besar adalah kunci keberhasilan," ujar Tamsil, Rabu (8/12/2021).
Pohon yang ditanam pun dipilih dengan cermat, seperti durian, sukun, nangka, dan petai. Selain membantu resapan air, pohon-pohon ini diharapkan menjadi sumber manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar di masa depan.
Sentuhan Digital dalam Restorasi Alam
Salah satu terobosan yang diusung Tamsil adalah penggunaan teknologi digital untuk memantau perkembangan pohon yang ditanam.
"Kami akan menerapkan digitalisasi untuk memastikan pertumbuhan pohon, mulai dari pemupukan hingga kesehatan tanaman. Dengan cara ini, kami bisa tahu sejauh mana program ini berjalan sukses," jelas Tamsil.
Inovasi ini juga bertujuan untuk menarik minat generasi muda agar lebih peduli terhadap lingkungan. Menurut Tamsil, generasi digital memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak perubahan jika pendekatan yang digunakan relevan dengan kebiasaan mereka.
Kolaborasi untuk Kelestarian Lingkungan
Gerakan Nandur Gunung melibatkan berbagai pihak, mulai dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu hingga komunitas lokal seperti Pemuda Pancasila, Paguyuban Hiburan Kota Batu (Pahiba), dan Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem).
Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan, memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini.
"Apa yang digagas Tamsil dan GeKrafs sangat luar biasa. Gerakan ini bukan hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga menghadirkan solusi berkelanjutan untuk isu lingkungan," ujar Aries.
Dukungan juga datang dari Kepala Desa Tulungrejo, Suliono, yang menyebutkan bahwa Nandur Gunung menjadi langkah strategis bagi desa-desa penyangga Gunung Arjuno.
"Kami akan menganggarkan Dana Desa untuk mendukung gerakan ini. Bahkan, kami terbitkan SK agar warga yang merawat pohon mendapat insentif," kata Suliono.
Inspirator Perubahan di Tengah Isu Lingkungan
Bagi Tamsil, Nandur Gunung bukan sekadar program penghijauan, tetapi sebuah gerakan yang mengajak semua elemen masyarakat untuk peduli terhadap kelangsungan hidup lingkungan.
"Pemulihan alam tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah. Semua pihak, termasuk masyarakat, harus terlibat aktif," tegasnya.
Dengan pendekatan inovatif dan semangat kolaborasi, Tamsil Ainnur Rizal membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang dilakukan dengan konsisten. Gerakan Nandur Gunung adalah bukti nyata bahwa kepedulian terhadap alam dapat dikombinasikan dengan teknologi untuk menciptakan dampak yang lebih luas. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tamsil Ainnur Rizal Mengubah Penghijauan Jadi Gerakan Digital di Kota Batu
Pewarta | : Ferry Agusta Satrio |
Editor | : Imadudin Muhammad |