TIMES MALANG, MALANG – Setiap bangunan di dunia ini menggunakan proporsi yang mewakili presisi matematika, bahkan tanpa disadari. Presisi hitungan dalam rancangan suatu struktur bangunan sangat penting karena hal ini menentukan kekuatan dan ketahanan bangunan tersebut. Oleh karena itu, arsitektur dan matematika menjadi dua bidang ilmu yang sangat terkait erat.
Para arsitek menggunakan perhitungan matematis dalam menciptakan bangunan yang indah sekaligus kokoh. Salah satu contoh bangunan yang menggunakan gaya dekonstruktif. Penting bagi kita untuk lebih mempertajam pemahaman mengenai hubungan antara arsitektur dan matematika.
Situs-situs sejarah yang dibangun berabad-abad hingga ribuan tahun lalu ternyata dibuat dengan prinsip matematika yang rumit. Bahkan, situs-situs seperti Chichen Itza hingga Alhambra di Spanyol dibuat dengan perhitungan matematika yang sangat maju pada masanya. Hal ini membuktikan bahwa peranan matematika dalam pembangunan bukan hanya terbatas pada zaman modern, tetapi telah menjadi prinsip penting dalam dunia arsitektur sejak jaman dahulu kala hingga kini.
Berikut 3 bangunan bersejarah yang dirancang dengan matematika rumit:
1. Alhambra, Spanyol
Alhambra, sebuah kompleks istana megah dan benteng penting dari kekhalifahan Bani Umayyah di Granada, Spanyol bagian selatan, terletak di wilayah perbukitan di batas kota Granada. Sebagai peninggalan sejarah yang menandai kejayaan Islam di Andalusia, Alhambra dianggap sama pentingnya dengan Sagrada Familia bagi umat Katolik. Kompleks istana dan benteng ini awalnya dibangun pada tahun 889 sebagai benteng pertahanan, namun pembangunannya terhenti dan dibiarkan terbengkalai selama beberapa tahun.
Pembangunan Alhambra dilanjutkan pada Abad 11, setelah Daerah Granada dikuasai Raja Muhammad bin Al-Ahmar. Dalam kompleks benteng Alhambra yang dibangun pada abad pertengahan, Raja Muhammad bin Al-Ahmar mendirikan kediamannya. Penampilan bangunan Alhambra dihiasi dengan keramik yang menampilkan pola geometri yang rumit dan membutuhkan perhitungan matematis yang teliti. Panel-panel keramik di sini mengandung pola simetri crystallographic yang dianggap sebagai klasifikasi matematika dari pola dua dimensi yang diulang secara simetris. Pola ini sering digunakan dalam seni dekoratif dan arsitektur bangunan peninggalan kebudayaan Islam.
Bangunan Alhambra terkenal dengan keunikan yang dimilikinya dalam dunia matematika. Terdapat sebanyak 17 jenis pola crystallographic yang dikenal dalam bidang matematika, dan Alhambra menawarkan banyak pola crystallographic yang berbeda dari bangunan dengan gaya arsitektur Islam lainnya. Pada tahun 1944, Edith Mller melakukan observasi dan menemukan 11 pola simetri crystallographic di Alhambra. Tahun 1986, Branko Grunbaum menemukan 13 pola simetri crystallographic, dimana 4 di antaranya tidak ditemukan di bangunan-bangunan peninggalan kebudayaan Islam lainnya.
2. Chichen Itza, Meksiko
Chichen Itza merupakan situs sejarah yang dulunya merupakan pusat peradaban bangsa Maya. Salah satu bukti penggunaan angka 0 dalam sistem perhitungan telah menjadi saksi bahwa bangsa ini telah mengenal ilmu astronomi dan matematika. Selain itu, apabila ditelisik lebih dalam lagi bangunan-bangunan kuno yang ditinggalkan oleh peradaban Maya menampilkan konsep matematika dan astronomi yang sangat terintegrasi dengan sempurna.
El Castillo, situs pemujaan untuk dewa ular Kukulkan yang terletak di dalam kawasan Chichen Itza, ditempatkan sedemikian rupa hingga sejajar dengan sistem astrologi Maya. Piramida berundak Chichen Itza memiliki 52 panel di setiap sisinya, yang melambangkan jumlah tahun dalam siklus Maya, yang terdiri dari 18 bulan dalam setiap tahunnya. El Castillo memiliki 365 anak tangga yang melambangkan jumlah hari dalam Kalender Matahari suku Maya. Temuan ini menunjukkan betapa majunya astronomi dan matematika Maya, serta kecanggihan bangunan piramida mereka.
3. Piramida Agung Giza, Mesir
Piramida Agung Giza merupakan piramida tertua dan terbesar dari tiga piramida di Nekropolis Giza. Piramida ini tercatat menjadi satu-satunya bangunan yang masih tersisa dari Tujuh Keajaiban Dunia. Sebagai situs peninggalan zaman Mesir kuno, piramida ini mengandung fakta menarik yang mengejutkan para ahli. Selain termasuk piramida tertua di dunia, faktanya piramida ini juga struktur tertinggi yang pernah dibuat manusia selama 3800 tahun.
Jika diukur dalam satuan panjang cubit yakni ukuran panjang pertama yang digunakan manusia, garis keliling Piramida Agung Giza ialah 365,24 yang mana sama dengan jumlah hari dalam setahun. Selain itu, jika garis keliling piramida dibagi dua maka akan diperoleh angka 3,14 sama dengan nilai pi (π). Tidak hanya itu, penggunaan Dalil Pythagoras pun berlaku untuk ruangan Firaun yang berada di dalam piramida tersebut. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tiga Bangunan Bersejarah yang Dibangun dengan Rumus Matematika Rumit
Pewarta | : Hanum Dinda Ayu Fardila (MBKM) |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |