https://malang.times.co.id/
Opini

Guru sebagai Sumber Inspirasi

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 13:33
Guru sebagai Sumber Inspirasi Hilmia Wardani, M.Pd Chief of TEXIN Thursina IIBS.

TIMES MALANG, MALANG – Kemajuan kecerdasan buatan atau AI melaju begitu cepat, melampaui yang semula kita bayangkan hanya sebagai teknologi pembantu tugas-tugas sederhana. 

Data dari Future of Jobs Report 2025 milik World Economic Forum menunjukkan bahwa sejumlah pekerjaan administratif mulai dari kasir, petugas tiket, asisten administrasi, hingga sekretaris eksekutif akan mengalami penyusutan drastis. 

Bahkan peran profesional seperti akuntan dan auditor turut masuk daftar pekerjaan yang tergeser oleh otomatisasi dan teknologi pemrosesan data cerdas. Dunia bergerak cepat menuju era baru, di mana akses digital tanpa batas menjadi kebutuhan pokok.

Dampaknya terasa kuat dalam dunia pendidikan. AI bukan lagi sebatas alat bantu mengoreksi tugas atau menyusun administrasi pembelajaran. Ia kini hadir di tengah interaksi belajar-mengajar: menjadi tutor virtual, menjadi mesin pencari jawaban instan, menjadi teman diskusi bagi para siswa yang membutuhkan penjelasan cepat dan tepat. Pengetahuan dunia seperti tersaji hanya sejauh ketikan jari. Maka tidak heran, muncul kesan seolah AI “lebih pintar” daripada guru yang berada di depan kelas.

Dari sinilah banyak orang mulai bertanya dengan cemas: Apakah profesi guru sedang menuju masa senja? Apakah AI akan mengambil alih seluruh proses belajar? Ataukah justru kita melihat lahirnya era kolaborasi baru?

Faktanya, kecemasan itu tidak sepenuhnya beralasan. Laporan Artificial Intelligence Index Report 2025 dari Stanford HAI Institute menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, bersama China dan Thailand, termasuk yang paling optimis terhadap pemanfaatan AI. 

Di Indonesia, 80% masyarakat menilai AI lebih banyak membawa manfaat daripada bahaya. Ini adalah pertanda baik: masyarakat siap belajar dan berkembang bersama teknologi.

AI memang punya kemampuan yang luar biasa. Ia merespons kebutuhan informasi dengan cepat, mempersonalisasi materi sesuai gaya belajar, serta menyajikan data dalam format yang mudah dipahami. 

Bagi siswa, AI adalah pintu masuk tercepat untuk memperluas wawasan dan mempercepat pencapaian target belajar. Bagi guru, AI adalah asisten yang mampu membantu menghemat energi untuk urusan administratif sehingga lebih fokus pada esensi pendidikan.

Namun di titik inilah kita harus jernih memandang perbedaan paling mendasar: AI adalah sumber informasi, tetapi guru adalah sumber inspirasi. AI mampu menjawab pertanyaan, tetapi guru mampu menghidupkan pertanyaan baru dalam diri siswa. AI bisa melatih algoritma berpikir, tapi guru menanamkan nilai dan akhlak yang tak tercatat dalam sistem digital mana pun.

Dalam ruang kelas yang nyata, pembentukan moral dan adab tidak bisa diprogram dalam kode. Ia lahir melalui interaksi manusia: ketika guru menyimak keresahan siswanya, ketika ia memberikan apresiasi yang tulus, ketika ia menegakkan aturan dengan kasih sayang, atau ketika ia mampu mencairkan suasana kelas dengan humor yang manusiawi. Tidak ada chatbot yang bisa menggantikan kehangatan tatap mata dan makna sentuhan empati itu.

Guru yang hebat bukan hanya menguasai materi, tetapi menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan menantang pikiran. Guru mendorong siswa berpikir kritis, berani berbeda pendapat, serta belajar untuk bertanggung jawab atas pilihannya. Guru menuntun, bukan hanya mengarahkan. Guru mengajak siswa menjadi manusia yang selalu penasaran dan berani melompat keluar dari zona nyaman.

Lebih penting lagi, guru adalah teladan hidup. Ucapan, kebiasaan, cara menghadapi masalah semuanya adalah kurikulum tak tertulis yang diamati siswa setiap hari. 

Dari sosok guru, mereka belajar bagaimana cara bersikap terhadap perubahan, bagaimana bangkit ketika gagal, dan bagaimana menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter.

Ketika siswa menghadapi kejadian yang tidak mereka temukan jawabannya di internet perselisihan dengan teman, tekanan dari keluarga, kehilangan motivasi guru hadir sebagai tempat pulang yang memberikan dukungan emosional. 

Empati itu adalah bentuk kecerdasan yang tidak akan pernah bisa ditiru oleh mesin. Lalu apa yang harus dilakukan agar guru tetap relevan dan menjadi pilar utama dalam perubahan ini?

Pertama, guru harus siap membuka diri terhadap teknologi. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu hadir lebih aktif dengan memberikan pelatihan, pendampingan, dan ekosistem literasi digital yang memadai. 

Guru tidak boleh merasa cukup dengan pengalaman lama. Mereka harus naik kelas: dari pengguna pasif menjadi pengembang strategi pembelajaran berbasis AI.

Kedua, guru harus semakin memperkuat keunggulan manusiawinya: kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan bercerita yang memikat, dan empati. Teknologi bisa membuat pembelajaran lebih cepat, tetapi hanya hati yang bisa membuat pembelajaran lebih bermakna.

Pendidikan sejatinya bukan sekadar transfer pengetahuan dari yang tahu kepada yang belum tahu. Pendidikan adalah perjalanan panjang untuk membentuk karakter dan kepribadian dengan nilai-nilai yang menuntun manusia menghadapi zaman. 

Dalam perjalanan itu, AI adalah kendaraan canggih yang bisa mempercepat langkah. Namun, guru tetap menjadi pengemudi yang menentukan arah, memastikan agar para penumpangnya sampai pada tujuan yang benar: menjadi manusia yang utuh.

AI mungkin membantu siswa menjawab soal-soal ujian dengan cepat. Tapi guru dengan segala kekuatan hatinya mengajarkan mereka menjawab soal kehidupan. Dan untuk itu, keberadaan guru tidak akan pernah tergantikan.

***

*) Oleh : Hilmia Wardani, M.Pd Chief of TEXIN Thursina IIBS.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia  untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.