TIMES MALANG, JAKARTA – Labbaik Allahumma Labbaik. Labaika Laa Syarika Laka Labbaik. Innal Hamda Wan Ni'mata Laka Wal Mulk. Laa Syarika Lak.
Musim haji sudah di depan mata, rombongan kloter pertama telah berangkat ke Tanah Suci. Pun di tanah air, geliat aktivitas masyarakat menyambut musim haji tahun 2025 juga semakin terlihat.
Dilansir dari menpan.go.id, kuota Jemaah haji Indonesia tahun ini sejumlah 221 ribu orang, yang terdiri dari haji reguler sebanyak 203.320 orang dan jemaah haji khusus sejumlah 17.680 orang. Walaupun jumlah ini menurun dari tahun 2024, yang berjumlah 241 ribu orang.
Namun tetap saja musim haji selalu menyajikan berkah tersendiri baik bagi para jemaah yang berangkat maupun bagi masyarakat lain yang memeroleh momentum untuk meraih rejeki dari berbagai sektor ekonomi penunjang aktivitas di musim-musim haji.
Kita ketahui bahwa musim haji biasanya terjadi kira-kira sejak bulan Mei hingga Juli. Data menunjukkan bahwa pada periode Triwulan II dan/atau Triwulan III (kita abaikan untuk tahun 2020) pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dikatakan berada pada jalur positif di atas 5% setiap tahunnya.
Bisa jadi, ini adalah merupakan sedikit dari dampak atau berkah berlangsungnya musim haji karena banyak sektor ekonomi yang turut meraih berkah dari musim haji ini.
Sebut saja, gerai oleh-oleh haji, travel haji dan umrah, perusahaan penerbangan, usaha katering, serta UMKM penyedia perlengkapan haji seperti baju batik, kain ihram, koper, percetakan buku panduan haji dan nametag, dan masih banyak usaha lain yang turut kecipratan berkah dari para jema’ah haji. Hal ini tentu akan berdampak positif pada bertumbuhnya usaha-usaha masyarakat yang terkait dengan momentum musim haji.
Gerai Oleh-oleh Haji di Tanah Air
Pertama, gerai-gerai oleh-oleh haji tentu kembali kebanjiran pesanan dari para jema’ah. Kita jamak mengetahui bahwa oleh-oleh haji umumnya memang tidak dibeli langsung oleh jemaah di Arab Saudi, tapi seringkali bahkan sebelum berangkat pun oleh-oleh sudah siap.
Makanan ringan, air zamzam, sajadah, sarung, peci, mukena, jilbab, dan segala macam pernak-pernik oleh-oleh dari jema’ah haji bisa dengan mudah dibeli di gerai-gerai lokal saja. Hampir di setiap daerah memiliki toko dan gerai semacam ini. Hal ini tentu saja turut menyumbang geliat aktivitas ekonomi masyarakat.
Tiga Maskapai Penerbangan
Sektor usaha yang juga tentu paling besar memeroleh keuntungan pada musim haji adalah penerbangan. Frekuensi penerbangan tentu meningkat ketika para jemaah berangkat dan pulang dari Haram’ain. Apalagi tahun ini terdapat tiga maskapai yang melayani para jemaah haji, yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, dan Saudia Airlines (haji.kemenag.go.id).
Lebih lanjut, Garuda Indonesia akan mengangkut 104.172 jemaah dan petugas dari 287 kloter di 9 embarkasi, yaitu Aceh Medan, Padang, Jakarta Pondok Gede, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, dan Lombok.
Lalu Saudia Airlines akan mengangkut 102.182 jemaah dan petugas dari 6 embarkasi yaitu Batam, Palembang, Kertajati, Surabaya, sebagian dari Jakarta Pondok Gede, dan Jawa Barat. Sedangkan Lion Air kebagian 11.762 jemaah dari embarkasi Padang dan Banjarmasin.
Tentu saja, aktivitas penerbangan yang meningkat dapat berdampak pada segenap awak, pilot, dan perusahaan penerbangan itu sendiri, termasuk kepada jasa-jasa penyediaan makanan-minuman yang disediakan kepada jemaah selama di dalam pesawat.
Biro Perjalanan Haji dan Umroh serta Sektor Transportasi
Selanjutnya, jasa travel haji dan umrah tentu saja menjadi salah satu aktor utama dalam kisah musim haji. Contoh untuk kegiatan manasik, pengurusan visa, perlengkapan jemaah, dan sebagainya. Setiap penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan haji, tentu berdampak pula pada aktivitas-aktivitas ekonomi mikro di sekitaran kegiatan itu.
Dalam pelaksanaan manasik haji misalnya, para pedagang kecil biasanya juga ikut berkerumun di sekitaran lokasi manasik menjajakan dagangannya. Ini adalah bukti kecil lain bahwa haji selalu membawa berkah pada ekonomi masyarakat kecil.
Pun demikian bagi perusahaan transportasi. Bus-bus pariwisata kembali mendapatkan tambahan aktivitas dan peningkatan penumpang. Mereka tentu akan ada tambahan operasional untuk mengantar dan menjemput jema’ah ke bandara.
UMKM Turut Mengalap Berkah
Dampak lain musim haji ini adalah pada UMKM penyedia perlengkapan haji. Sebut saja kain batik–termasuk para penjahitnya, kain ihram, koper jema’ah, dan juga buku panduan serta nametag bagi para jema’ah haji. Secara sekilas mungkin kita akan menilai bahwa kenaikan omset hanya terjadi pada pemilik usaha-usaha tersebut saja.
Akan tetapi pada perspektif yang lebih luas, multiplier effect ekonomi akan sampai pula kepada usaha-usaha penyedia bahan bakunya, seperti benang dan kain, kertas dan tinta, percetakan, pengemasan, jasa ekspedisi, dan banyak lain usaha lain dalam rantai ekonomi yang turut mendapatkan tambahan pesanan.
Berikutnya jangan dilupakan mengenai kebiasaan masyarakat Indonesia ketika jema’ah akan berangkat ke Tanah Suci dan/atau ketika sampai kembali ke tanah air. Penyelenggaraan acara do’a bersama/tasyakuran dengan mengundang kerabat dan tetangga tentu akan berdampak pada kenaikan omset para pengusaha katering dan juga para pedagang bahan makanan di pasar modern maupun tradisional, bahkan bisa juga hingga ke para petaninya.
Musim haji adalah salah satu momen berputarnya roda ekonomi masyarakat, apalagi musim haji juga hanya berselang sekira 2 bulan saja dari momen Ramadhan dan Idul Fitri. Maka, tidak berlebihan jika kita katakana bahwa musim haji adalah berkah untuk semua sektor ekonomi.
***
*) Oleh : Muhammad Nur, Pegiat Literasi dan Penulis Buku Menggunting Opini.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |