https://malang.times.co.id/
Opini

FOMO Melawan Wellbeing

Selasa, 22 April 2025 - 23:03
FOMO Melawan Wellbeing Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru SMP N 1 Banjar Seririt Bali.

TIMES MALANG, JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk notifikasi yang tak pernah berhenti dan linimasa media sosial yang menampilkan serangkaian pencapaian dan kesenangan orang lain, sebuah fenomena psikologis modern bernama Fear of Missing Out (FOMO) diam-diam menggerogoti kesejahteraan mental generasi kini. 

Lebih dari sekadar rasa iri sesaat, FOMO adalah kecemasan kronis yang timbul akibat ketakutan ketinggalan pengalaman, tren, atau informasi yang dibagikan oleh orang lain di dunia maya. Pertanyaannya, bagaimana mungkin kita meraih wellbeing atau kesejahteraan holistik ketika terus-menerus dihantui oleh bayang-bayang "kehidupan yang lebih baik" di luar sana?

Generasi yang tumbuh besar dengan internet dan media sosial, terutama generasi Z dan milenial, adalah kelompok yang paling rentan terhadap cengkeraman FOMO. Kemudahan mengakses informasi dan visualisasi kehidupan orang lain melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan X (dulu Twitter) menciptakan ilusi bahwa semua orang sedang bersenang-senang, meraih kesuksesan, dan memiliki pengalaman yang lebih menarik daripada diri kita sendiri. Setiap unggahan liburan eksotis, promosi jabatan, atau pesta meriah menjadi amunisi bagi FOMO, memicu perasaan tidak adil, tertinggal, bahkan inferior.

Dampak FOMO terhadap wellbeing sangatlah signifikan dan beragam. Secara emosional, FOMO dapat memicu kecemasan, stres, rasa tidak puas, dan bahkan depresi. Individu yang terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain cenderung merasa kurang bersyukur dengan apa yang mereka miliki dan fokus pada apa yang mereka lewatkan. Siklus ini menciptakan lingkaran setan negatif yang merusak harga diri dan kebahagiaan.

Lebih jauh lagi, FOMO dapat mengganggu pola tidur. Dorongan untuk terus memeriksa media sosial, takut melewatkan sesuatu yang penting, seringkali mengorbankan waktu istirahat yang berharga. Kurang tidur tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, seperti penurunan sistem kekebalan tubuh dan peningkatan risiko penyakit kronis, tetapi juga memperburuk kondisi mental, meningkatkan iritabilitas dan kesulitan berkonsentrasi.

Dalam ranah sosial, FOMO paradoksnya dapat menjauhkan kita dari interaksi sosial yang otentik. Alih-alih menikmati momen saat ini bersama orang-orang di sekitar, pikiran kita justru tertuju pada bagaimana membagikan pengalaman ini di media sosial agar tidak terlihat "ketinggalan". Keinginan untuk terus terhubung secara virtual seringkali mengorbankan kualitas hubungan nyata.

Selain itu, FOMO juga dapat mendorong perilaku impulsif dan konsumtif. Ketakutan untuk melewatkan tren terbaru atau penawaran eksklusif dapat membuat seseorang membeli barang atau mengikuti kegiatan yang sebenarnya tidak mereka butuhkan atau inginkan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan finansial tetapi juga menambah beban pikiran dan stres.

Lantas, bagaimana kita dapat melepaskan diri dari cengkeraman FOMO dan memprioritaskan wellbeing di era digital ini? Langkah pertama adalah menyadari dan mengakui bahwa kita sedang mengalami FOMO. Mengenali pemicunya platform media sosial tertentu, interaksi dengan orang tertentu adalah kunci untuk mulai mengendalikan dampaknya.

Membatasi waktu penggunaan media sosial secara sadar adalah langkah krusial berikutnya. Menetapkan batasan harian atau menggunakan aplikasi yang membantu memantau dan membatasi waktu layar dapat memberikan ruang bagi aktivitas lain yang lebih bermanfaat bagi wellbeing, seperti berolahraga, membaca, atau menghabiskan waktu berkualitas dengan orang terdekat.

Fokus pada Joy of Missing Out (JOMO) dapat menjadi penawar yang efektif untuk FOMO. Alih-alih merasa cemas karena tidak mengikuti semua hal, cobalah untuk menghargai waktu dan ruang untuk diri sendiri, menikmati ketenangan, dan fokus pada apa yang benar-benar penting bagi Anda. Mematikan notifikasi dan sesekali melakukan digital detox dapat membantu menciptakan ketenangan batin.

Membangun rasa syukur atas apa yang kita miliki juga merupakan langkah penting. Alih-alih terus-menerus melihat ke atas atau ke samping, cobalah untuk menghargai pencapaian dan kebahagiaan yang sudah ada dalam hidup kita. Jurnal rasa syukur atau sekadar meluangkan waktu setiap hari untuk merenungkan hal-hal positif dapat membantu mengubah perspektif.

Mengembangkan identitas diri yang kuat dan tidak bergantung pada validasi eksternal juga dapat mengurangi kerentanan terhadap FOMO. Ketika kita memiliki pemahaman yang jelas tentang nilai-nilai dan tujuan hidup kita, kita menjadi lebih resisten terhadap tekanan sosial dan perbandingan yang tidak sehat.

Terakhir, penting untuk diingat bahwa apa yang kita lihat di media sosial seringkali adalah representasi yang terkurasi dan tidak selalu mencerminkan realitas sepenuhnya. Setiap orang memiliki perjuangan dan tantangannya masing-masing. Memahami hal ini dapat membantu mengurangi perasaan tertinggal dan mendorong kita untuk fokus pada perjalanan hidup kita sendiri.

Pertarungan antara FOMO dan wellbeing adalah tantangan nyata di era digital ini. Namun, dengan kesadaran, strategi yang tepat, dan komitmen untuk memprioritaskan kesehatan mental, kita dapat memenangkan pertempuran ini dan meraih kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna. Wellbeing sejati tidak ditemukan dalam mengikuti setiap tren atau menghadiri setiap acara, tetapi dalam kedamaian pikiran, koneksi yang autentik, dan penerimaan diri.

***

*) Oleh : Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru SMP N 1 Banjar Seririt Bali.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.