https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

Teknologi Pascapanen dan Fluktuasi Harga Cabai

Selasa, 18 Juli 2023 - 16:00
Teknologi Pascapanen dan Fluktuasi Harga Cabai Fadli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas dan Ketua FLP Sumbar.

TIMES MALANG, SUMATERA – Sebagai orang Minang, saya sangat gemar dengan yang namanya cabai—khususnya cabai merah. Cabai merah keriting biasa kami olah menjadi samba lado. Meskipun samba lado dikategorikan sebagai makanan pelengkap, akan tetapi makan nasi tanpa samba lado sama halnya dengan sayur tanpa garam. Bahkan saya tidak mengapa jika makan nasi tanpa lauk asalkan ada samba lado-nya.

Gemarnya masyarakat Minang mengonsumsi lado atau cabai membuat komoditas pertanian ini tidak boleh absen di pasar-pasar hingga toko sayur kecil. Pun ketika harga cabai sedang tinggi-tingginya, kami tetap akan berusaha membeli cabai meskipun 1 ons saja. Ah, saya jadi teringat bahwa dulu cabai merah sempat melewati harga 100 ribu rupiah per kilogram, namun sayang di beberapa daerah tertentu harganya saat ini hanya sekitar 20 ribuan saja.

Jika kita cari betul akar masalahnya, fluktuatifnya harga cabai dapat disebabkan oleh banyak hal. Penyebab utama tentu soal tingkat permintaan oleh konsumen. Rendahnya harga cabai merah saat ini boleh jadi karena permintaan memang rendah, akan tetapi setelah beberapa waktu harganya dapat naik kembali. Namun sayangnya, cabai bukan komoditas yang dapat disimpan dalam waktu lama.

Umur simpan cabai cukup singkat, apalagi jika penanganannya kurang tepat. Cabai yang tidak diberikan penanganan pascapanen yang baik dapat membusuk dan mengering dalam waktu kurang dari 7 hari. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas hortikultura yang memiliki kadar air tinggi, yaitu lebih dari 70% bobotnya. Bobot ini dapat berkurang secara berkala dikarenakan kehilangan kadar air hingga pembusukan karena akibat tingginya aktivitas respirasi dan transpirasi cabai pascapanen.

Salah satu teknologi pascapanen sederhana yang bisa memperpanjang umur simpan cabai merah keriting adalah pengemasan dengan kemasan yang tepat. Lamona, dkk., (2015), dalam artikel ilmiah yang bertajuk "Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu Rendah Terhadap Kualitas Cabai Merah Keriting Segar", mengungkapkan bahwa plastik berbahan polipropilen (PP) mampu menahan susut bobot dari cabai merah segar dengan lebih baik. Kemasan tersebut juga mampu menjaga tingkat kekerasan dari cabai.

Lebih lanjut, jika cabai yang dikemas dalam plastik PP disimpan pada suhu 10 derajat Celcius, umur simpannya bisa mencapai 29 hari. Teknologi ini akan sangat membantu petani dalam mengurangi potensi kerugian penjualan cabai karena dapat menyimpan hasil produksi hingga harga pasar cukup baik. Hanya saja, tingginya harga cold storage menjadikan ruang penyimpanan dingin tersebut masih menjadi barang langka di kalangan petani cabai.

Teknologi pascapanen lain yang dapat digunakan dalam rangka antisipasi harga cabai yang fluktuatif adalah pelapisan. Tujuan pelapisan cabai adalah untuk menurunkan tingkat respirasinya sehingga laju pembusukan dan susut bobot dapat lebih tertahan. Bahan yang umumnya digunakan untuk pelapisan adalah gel, petani dapat menggunakan gel alami seperti gel lidah buaya hingga gel yang dibuat dari pati yang telah tergelatinisasi. Cara ini hanya dapat meningkatkan sedikit umur simpan namun berpotensi menaikkan biaya penanganan cabai pascapanen.

Terakhir, untuk menekan kerugian akibat fluktuatifnya harga, petani dapat memproses cabai segar menjadi cabai kering. Cabai kering sendiri merupakan cabai yang sudah diturunkan kadar airnya secara drastis. Kadar air yang rendah membantu cabai terhindar dari pembusukan sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Meskipun harga cabai kering lebih murah dari cabai segar, namun umur simpannya dapat mencapai 2 bulan.

Metode paling umum dalam pengeringan cabai adalah menggunakan bantuan panas dari cahaya matahari. Cara tersebut memang murah namun sangat tergantung pada kondisi cuaca. Produksi cabai kering dapat menjadi lebih cepat jika menggunakan oven. Setelah tingkat kekeringan yang diinginkan tercapai, petani perlu menyimpan cabai kering di kemasan kedap udara atau ruang yang kering agar tidak terjadi peningkatan kadar air.
Penerapan berbagai teknologi pascapanen dalam uraian di atas akan jadi lebih mudah jika petani berhimpun dalam kelompok atau koperasi.

Peralatan seperti oven atau bahkan cold storage bisa diupayakan jika kelompok menggelar urunan. Selain itu, pendanaan dari pihak pemerintah dan swasta juga cenderung lebih mudah jika diajukan melalui kelompok. Semoga dengan demikian, petani cabai bisa lebih siap menghadapi fluktuasi harga produk hasil pertanian mereka.

***

*) Oleh: Fadli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas dan Ketua FLP Sumbar. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.