https://malang.times.co.id/
Pendidikan

Astrid Ika Paramitha, Penemu si Melon Hitam Pertama di Indonesia

Senin, 09 Desember 2024 - 13:06
Astrid Ika Paramitha, Penemu si Melon Hitam Pertama di Indonesia Dosen Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi Unira Malang, Astrid Ika Paramitha, saat beraktivitas di kebun melon hasil eksperimen genetika, yang menghasilkan melon hitam pertama di Indonesia. (Foto Amin/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Jenis buah melon baru, dengan warna kulit hitam, berhasil ditemukan dari hasil riset eksperimen seorang dosen Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang, Astrid Ika Paramitha. 

Jenis melon langka ini didapatkan Astrid setelah melakukan riset eksperimen selama hampir dua tahun. Dengan hasil ini, dosen yang juga calon Doktor Pertanian ini menjadi penemu pertama di Indonesia atas jenis 'melon hitam'. 

Astrid menyatakan, bebedapa bulan telah melakukan penelitian disertasinya, hingga mendapat hasil memuaskan yaitu menghasilkan riset “melon hitam”. Melon berwarna hitam itu dihasilkan dari eksperimennya di laboratorium.“

Dari beberapa tanaman melon yang sudah dimutasi dengan metode iradiasi sinar gamma, didapatkan sangat banyak keragaman variasi melon. Hasil dari penelitian tahap akhir disertasi, berhasil ditemukan beberapa calon genetik baru. Diantaranya, ada calon genetik langka, ya melon hitam itu," terang Astrid, kepada TIMES Indonesia, Senin (9/12/2024). 

Melon serupa sebenarnya sudah ada di Perancis (Noir Des Carmes). Namun, berbeda halnya dengan ‘melon cantaloupe’ Perancis, di Indonesia oleh Astrid, pertama kali ditemukan melon berwarna hitam mengkilap, dengan hitam bintik-bintik putih hingga hijau gelap.

Durasi penelitian yang dilakukan Astrid, berbanding lurus dengan hasil dari keuletan dan ketulusannya. Menghasilkan temuan baru yang memuaskan tersebut menjadi bukti jika hasil penelitiannya berhasil. 

Dosen-Agroteknologi-Fakultas-Sains-dan-Teknologi-Unira.jpg

Ia menjelaskan, selama proses penelitian terdapat beberapa tahapan yang dilakukan selama 2 tahun.

"Proses penelitian disertasinya ini dilakukan diantaranya dengan membuat populasi keragaman, seleksi tanaman, pengujian hingga tahapan evaluasi akhir, dan akhirnya didapatkan beberapa genetik buah melon unggulan dan langka,” jelas Astrid. 

Proses tidak mengkhianati hasil. Peneliti mengaku telah melakukan proses panjang untuk menghasilkan penelitian yang bagus, bahkan hasilnya berdampak manfaat ke depan. 

Hasil eksperimen berupa melon warna hitam dari proses selama 2 tahun ini, peneliti berharap akan memberi manfaat kepada masyarakat, khususnya para petani melon di Indonesia. Karena itu, dalam pengembangannya perlu proses berkelanjutan yang lebih serius.

“Semoga adanya temuan baru dan unik ini, bisa memberikan kontribusi kepada para petani untuk mengembangkan varietas yg dihasilkan anak bangsa Indonesia sendiri, karena kebanyakan benih melon didatangkan dari luar negeri dan harganya relatif mahal,” harap Astrid. 

Selain itu satu-satunya “melon hitam” yang ada di Indonesia, hasil usaha penemuan prestisius ini, maka peneliti berusaha untuk mengembangkan genetik unggulan tersebut hingga berhasil untuk di daftarkan ke PVT.

Dikatakan, proses tersebut membutuhkan waktu, sehingga Astrid memutuskan akan mengurus Hak tas Kekayaan Intelektiual (HaKI) atas hasil riset disertasinya tersebut. Hal ini dilakukan menurutnya agar tidak mudah diakuisisi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 

Astrid, Sosok Penyuka Tanaman yang Multitalenta

Astrid Ika Paramitha, selama ini dikenal sosok perempuan multitalenta. Di balik kesibukanya mengajar sekaligus perlkuliahan program doktor yang ditempuhnya, dia bisa membagi waktunya secara seimbang antara keluarga dan tugas pekerjaannya. 

Kegiatan sehari-harinya seperti umumnya perempuan di rumah, memasakan masakan kesukaan keluarga, mengantar anak, mendampingi suami, dan aktivitas rumah pada umumnya. 

Selain itu, Astrid menang aktif melakukan penelitian dan menjadi dosen Ilmu tanaman minat pemuliaan tanaman dan bioteknologi. Tidak berhenti di kegiatan wajib, ia sekarang sedang menyelesaikan studi program doktoralnya di Universitas Brawijaya Malang (UB).

Bunda Cantek adalah sebutannya. Ia selalu punya inovasi dalam mencapai keinginannya. Semangat untuk terus belajar dan selalu ada rasa penasaran tinggi, yang tertanam dalam dirinya, bisa memberikan inspirasi ke khalayak luas. 

Salah satu yang dicetuskan Astrid, adalah penghijauan di kampus Unira Malang Kepanjen, yang bisa dibilang sukses dan hingga kini terasa manfaatnya. Hal itu semua, sebagian bentuk kecintaan kepada pada disiplin ilmunya, sekaligus menunjukkan bahwa ia pecinta tanaman.

Di kampus Unira Malang, Astrid bergabung di jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi sebagai pengajar (dosen). 

Saking sibuknya berkegiatan, ia mengaku jabatan fungsional belum sempat diurus karena memang sedang fokus dengan perkuliahan S3. 

Astrid juga meyakini,  sebagai akademisi sudah semestinya mengajar sesuai hasil riset yang sudah dilakukannya. Sebab, menururnya ini akan berbanding lurus dengan pekerjaan serta perjalanan karir akademisnya. 

"Bukannya sudah semestinya akademisi itu melakukan penelitia, lalu mengajarkan kepada mahasiswa agar belajar dari seorang ahli," demikian Bunda Astrid. (*) 

Pewarta : Khoirul Amin
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.