https://malang.times.co.id/
Pendidikan

Mendikdasmen Kembali Terapkan Penjurusan di SMA, Pengamat: Butuh Perbaikan Sistem

Kamis, 17 April 2025 - 15:11
Mendikdasmen Kembali Terapkan Penjurusan di SMA, Pengamat: Butuh Perbaikan Sistem Pengamat Pendidikan dari Universitas Brawijaya, Aulia Luqman Aziz SS., S.Pd., M.Pd. (FOTO: Istimewa)

TIMES MALANG, MALANG – Rencana Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menerapkan kembali sistem penjurusan di tingkat SMA menuai pro kontra. Ada pihak yang mendukung ada yang kurang setuju. Beberapa yang kurang setuju, menilai bahwa berubah-ubahnya kebijakan seperti ini membuat murid dan orang tua bingung.

Menanggapi ini, pengamat Pendidikan dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (UB), Aulia Luqman Aziz melihat kebijakan diterapkannya kembali penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA merupakan langkah yang tepat.

Menurut Luqman, dalam proses pendidikan, semakin lama, bidang keilmuan yang akan ditekuni memang akan semakin mengerucut.  “Misalnya guru besar atau profesor, ilmunya sangat sempit tapi mendalam pada cabang ranting ilmu yang ditekuninya,” katanya.

Sehingga, Luqman menilai bahwa diterapkanya kembali sistem penjurusan ini adalah titik awal dalam pengelompokan peminatan keilmuan siswa terjadi saat SMA. Meski pengelompokan bidang keilmuan hanya terbatas pada IPA, IPS, dan Bahasa, tapi langkah ini sudah tepat untuk membentuk mindset pengelompokan pada siswa.

“Di negara maju seperti Jerman juga dilakukan pengelompokan di tingkat SMA menjadi scientist atau vokasional. Dipilahnya sudah dari SMA. Kita di negara berkembang, mungkin, bisa melakukan hal yang sama,” jelasnya.

Menurut Luqman, diterapkannya kurikulum merdeka di tingkat SMA justru menimbulkan kebingungan bahkan kehilangan arah bagi siswa yang akan mendalami keilmuan di tingkat perguruan tinggi karena ada generalisasi. Meskipun tujuan kurikulum tersebut untuk membuat siswa berpikir interdisipliner. Hal ini kurang tepat karena akan membuat fokus siswa menghilang.

“Yang dimaksud interdisipliner sebenarnya adalah kita berkoalisi dengan orang ahli lainnya dalam menyelesaikan suatu masalah,” tambahnya.

Penjurusan di SMA ini bukan berarti sebagai pengkotakan keilmuan siswa, melainkan langkah untuk spesifikasi minat dan bakat siswa terhadap bidang keilmuan.

“Misalnya, siswa IPA ingin belajar IPS, boleh. Namun hanya dasaran saja dan tetap ada fokusnya. Bisa dilakukan lewat mata pelajaran peminatan, misalnya,” kata Luqman.

Syarat keberhasilan program ini yakni mempererat bimbingan konseling siswa, karena usia anak-anak SMA masih bingung dalam menentukan pilihan mereka dan untuk menentukan minat bakat siswa. Luqman juga menyoroti kesejahteraan guru menjadi faktor pendorong utama. Apapun kebijakan pendidikan indonesia yang sering bergonta-ganti.

“Saat guru merasa cukup dengan profesinya sebagai guru, mau bagaimanapun kebijakannya, mentalnya akan kuat dan profesional karena tidak memikirkan soal dapur,” jelas Luqman.

Selain itu, Luqman berharap bahwa test kompetensi akademik (TKA) yang dilakukan, nantinya tidak hanya berbasis sample seperti Asesmen Nasional tahun kemarin namun diikuti oleh seluruh siswa. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.