TIMES MALANG, YOGYAKARTA – Semenjak diberlakukanya tarif impor oleh Trump, keputusan ini kemudian mengundang banyak Negara dan para tokoh turut berkomentar karena dinilai dapat mempengaruh kondisi politik ekonomi global. Menelusruri kepentingan Trump menaikan tarif impor bukan lain ialah dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan Negara dan menyerap lapangan kerjaan secara luas.
Ia menilai bahwa dengan menaikan tarif impor dapat menurunkan pajak Nasional dan mendorong pertumbuhan produk domestik. Tercatat Trump pertama kali mengenakan tarif untuk barang impor pada awal tahun 2018 lalu, dengan mengenakan tarif pada produk panel surya dan mesin cuci sebesar 30 % hingga 50 %.
Selanjutnya ia mengenakan tarif pada baja sebesar 25 % dan aluminium 10% pada beberapa Negara, dan tarif ini terus diperluas kebeberapa Negara, mulai dari Kanada, Meksiko hingga Uni Eropa pada tanggal 23 Maret 2018 lalu.
Kemudian pada saat Trump terpilih kembali menjadi presiden Amerika kedua kalinya, tak butuh waktu lama ia langsung melanjutkan misinya dengan mengenakan tarif 10% produk dari China, serta 25% seluruh produk yang berasal dari Kanada dan Meksiko.
Kebijakan ini terus berlanjut hingga hari ini, yang mana Trump terus melakukan penambahan tarif kebeberapa Negara tertentu contohnya, India sebesar 26%, Indonesia 32%,Vietnam 46% Uni eropa 20%, dan China hingga 145% Sedangkan sisanya lebih dari 60 negara yang juga dikenakan tarif.
Kebijakan tarif yang diambil trump tentu menggoncang politik ekonomi Dunia sehingga World Trade Organizaton (WTO) sempat mengomentari kebijakan Trump mengatakan bahwa keputusan yang diambail Trump mengenai penetapan tarif impor akan menciptakan ketidak stabilan ekonomi Dunia.
Pernyataan WTO kemudian terbukti, tidak membutuhkan waktu lama China kemudian membalas dengan mengenakan tarif sebesar 84% pada produk Amerika yang masuk ke China pada 10 April 2025, tak berselang lama China kemudian kembali meningkatkan tarifnya kepada Amerika sebesar 125%.
Selanjutnya pada tanggal 4 April 2025 pemerintah China mulai menghentikan ekspornya pada Amerika, yang mana penghentian ekspor ini merupakan bahan baku yang sangat penting bagi industri teknologi Amerika, yakni ekspor mineral tanah jarang yang menjadi bahan utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik serta chip komputer.
Pemerintah China juga tak segan-segan menghentikan Impor pesawat Boeing yang diproduksi dari Amerika, tak hanya itu China juga memasukan perusahaan perusahan Amerika yang berada di China sebagai perusahaan yang tidak dapat dipercaya contohnya seperti Google, dan juga menahan tiktok agar tidak dijual kepada Amerika.
Tak ingin dipandang kecil oleh Trump, Xi Jinping juga menolak untuk bernegosiasi lebih lanjut terhadap Trump terkecuali negosiasi yang dilakukan mengedapankan asas kesetaraan, Pemerintah China juga melaporkan pada WTO bahwa apa yang telah dilakukan oleh Amerika merusak prinsip perdagangan Global.
Selain membalas tarif yang dikenakan Trump terhadap China, Xi Jinping pun tak kehabisan akal ia terus membuat bermacam strategi guna melawan tarif Trump dengan memperkuat kerja sama dengan Asia Tenggara guna melindungan kepentingan Negaranya, dan terus berupaya mengurangi ketegantunganya terhadap Amerika dengan cara melakukan investasi besar-besaran diwilayah Asia dengan cara mengeluarkan obligasi dalam mata uang Yuan guna membiayai Impor yang dilakukan Negara-Negara Asia, sehingga dapat menggantikan pengaruh Dolar agar terlindungi dari Proteksi Amerika.
Tak hanya China beberapa Negara juga melakukan perlawanan terhadap tarif impor yang dikenakan Trump salah satunya Uni Eropa yang juga melakukan balasan dengan mengenakan tarif terhadap Produk otomotif Amerika seperti sepeda motor, unggas dan juga buah-buahan, selain Uni Eropa, Italia, Jepang, Kanada dan Inggris juga merespon tarif yang dikenakan trump, namun dengan menekankan proses negosiasi dan perdagangan yang adil.
Selain mempengaruhi ketidakstabilan ekonomi global, tarif yang kenakan Trump ternyata menjadi polemik di Negaranya sendiri, pelaku bisnis dan para tokoh ekonomi mengomentari kebijkan Trump, mulai dari CEO JPMorgan, dan Jamie Dimon, mengatakan bahwa kebijakan tarif yang tidak konsisten akan dapat mempengaruhi hubungan antar Negara dan memperkeruh kondisi pasar.
Tak hanya itu kamar dagang Amerika Serikat juga turut memberikan komentarnya, mengatakan bahwa tarif yang dikenakan Trump akan dapat merugikan banyak pihak dan salah satu pihak yang paling besar terkena dampaknya adalah pekerja, dan konsumen Amerika sendiri.
Negara bagian seperti California yang dipimpin oleh Gavin Newson menyatakan bahwa Trump telah menyalah gunakan UU Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA) tanpa persetujuan kongres sehingga menghasilkan kerugian pada Negara bagian, selain itu besarnya tarif yang dikenakan pada China telah menggangu pasokan bahan baku dan beban terhadap Konsumen.
Kenaikan tarif ini pun kemudian dibuktikan dengan kesulitan dibeberapa sektor mulai dari restoran yang kesulitan membeli bahan baku hingga pertanian yang mengalami penurunan ekspor. Selanjutnya komentar pun terus berdatangan dari tokoh publik salah satu nya adalah Elon Musk yang mengkritik dengan nada yang tinggi dan merendahkan kebijak tarif yang diterapkan oleh Trump.
Kebijakan tarif yang dilakukan Trump telah membuat beberapa sektor perekonomian Amerika serikat ikut terdampak, dampak yang pertama sudah barang tentu dirasakan oleh Konsumen yang berpendapatan rendah. Penetapatan tarif impor sudah barang tentu membuat barang-barang konsumsi menjadi mahal, dan tentu ini akan membebani konsumen berpendapatan rendah dengan peningkatan biaya hidup.
Dampak kedua terjadi pada sektor manufaktur, penetapan tarif pada bahan baku baja dan alumunium mengakibatkan produsen dalam Negeri menurunkan pekerjaanya pada sektor manufactur, penurunan ini kemudian berdampak terhadap nasib para pekerja yang harus angkat kaki sehingga menyebabkan pengangguran, terbukti pada tahun 2019 kehilangan lebih dari 75.000 pekerjaan.
Ketiga sektor pertanian, salah satunya adalah kedelai yang mana mengalami kerugian sebesar $24 Miliar yang terjadi akibat menurunya permintaan China, penurunan ini terjadi karena pemberlakuan tarif yang dibebankan pada pemerintah China, sehingga merugikan petani kecil Amerika sendiri.
Selain kedelai, sorgum, produk susu, produk daging, buah dan kacang-kacangan, Etanol dan Jagung, serta gandum dan kapas, juga ikut mengalami kerugian yang signifikan.
Keempat sektor otomotif, sektor otomotif juga mengalami kenaikan biaya produksi, salah satunya Forld Motor menyampaikan bahwa harga kendaraan mereka akan naik apabila tarif tidak segera diturunkan, dan kenaikan ini tentu akan memberatkan konsumen.
Kemudian General mobil juga menyatakan bahwa apabila tarif tetap dinaikan maka produsen mobil akan mengalami kerugian dan gagal melakukan investasi lebih lanjut. Hal ini disebakan karena General mobil sangat ketergantungan dengan perakitan dari luar negeri, salah satunya perakitan kendaraan listrik.
Kelima sektor kesehatan, berdampak terhadap berkurangnya peralalatan medis serta pasokan obat-obatan yang terjadi akibat kenaikan harga, dampak ini kemudian akan dibebankan pada pasien dan pihak asuransi.
Tak hanya itu perusahaan farmasi dan alat kesehatan juga akan mengalami kerugian akibat dari penetapan tarif impor, besarnya tarif yang dibebankan berdampak terhadap pengembangan, penelitian dan inovasi dibidang kesehatan, sehingga akan menghambat kemajuan inovasi dibidang kesehatan.
Keenam pada sektor pendidikan, yang mana fasilitas pendidikan seperti laptop, tablet, serta proyektor turut mengalami kenaikan, kenaikan ini kemudian akan berdampak terhadap anggaran sekolah, kekurangan anggaran sekolah selanjutnya akan dilimpahkan kepada murid untuk memenuhi fasilitas pendidikan,dan tentu hal ini akan memberatkat orang tua murid yang berpendapatan rendah.
Selain itu, kenaikan tarif juga akan berdampak terhadap penggunaan teknologi bagi siswa yang berada di wilayah terpencil karena harus menggunakan chromebook dan Ipad. Selanjutnya, dampak sektor kebudayaan terhadap Amerika akibat dari kebijakan tarif impor adalah terjadinya kenaikan produk kesenian, contohnya seperti bahan baku PVC, Alumunium, dan kertas.
Kenaikan bahan baku ini pun kemudian berdampak terhadap kenaikan harga alat musik seperti Vinly, selain itu kenaikan juga terjadi pada barang antik, galeri, kolektor, dan institusi budaya di Amerika Serikat, kebijakan tarif juga berdampak terhadap pandangan negatif dari komunitas international, sehingga berdampak terhadap kolaborasi di bidang kebudayaan dan pendidikan.
Dalam sudut pandang yang berbeda jika ditelusuri lebih jauh kepentingan Trump memutuskan tarif impor yang pertama adalah untuk melihat seberapa kuat Negara-Negara didunia dalam kemandirian ekonomi, serta melihat Negara manakah yang mampu bertahan tanpa pengaruh ekonomi Amerika.
Yang kedua, akibat sering terjadi perang dagang terhadap China yang dinilai oleh beberapa tokoh, China akan memenangkanya. Dua faktor inilah yang kemudian mendorong Trump ingin membuktikanya dengan penetapan tarif impor yang diberlakukan hampir keseluruh Negara tak terkecuali China.
Terbukti diantara semua Negara hanya China yang mampu bertahan serta berani membalas tarif yang dilakukan Amerika. Hal ini membuktikan bahwa memang benar bahwa China lah yang mampu menandingi pengaruh Amerika dalam konteks Global.
Memoment ini juga menjadi pertarungan kekuatan pengaruh antar dua Negara, China yang dinilai akan mampu melampui Amerika juga tak segan segan menunjukan pengaruhnya ke mata dunia bahwa ia mampu bertumbuh tanpa ketergantungan dengan kekuatan Amerika, dan momentum ini juga menjadi promosi China sebagai Negara adidaya baru di Dunia terkhusus Asia.
Peristiwa kebijakan tarif impor yang dilakukan oleh Amerika sebenanya menjadi keuntungan bagi China, karena China tak perlu bersusah payah mempromosikan dirinya sebagai pemimpin baru Dunia.
Tarif Impor yang diberlakukan Trump terhadap dunia secara sederhana memang ditujukan untuk memproteksi kepentingan Negaranya. Namun pada saat yang sama kebijakan yang diberlakukan menciptakan ketidakstabilan ekonomi dunia, sehingga beberapa negara didunia berupaya menegosiasikan tarif yang dikenakan trump.
Sedangkan yang lainya membalas dengan juga memberikan tarif impor terhadap Amerika, selain dampak negatif yang dirasakan akibat dari keputusan Trump, momentum ini sebenarnya menjadi wadah evaluasi bagi Negara-Negara berkembang terkhusus Indonesia, untuk memperkuat kemandiran ekonominya.
Peristiwa perang tarif China dan Amerika menjadi gambaran nyata, bahwa tak ada satupun kebaikan yang datang dari sebuah negara, dan tak ada malaikat penolong yang datang dari sebuah negara, semuanya, menginginkan "Aku Dapat Apa".
Mengutip perkataan adam smith bahwa tak ada makan siang yang gratis. Siapun pemenangnya akan melakukan pekerjaan yang sama niat yang sama, yakni ingin berkuasa dan menguasai.
***
*) Oleh : Hairiza Satia, Alumni Magister Ekonomi Syariah Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |