TIMES MALANG, MALANG – Ekosistem hutan di kawasan pesisir Kondang Merak Kabupaten Malang masih menjadi magnet bagi kegiatan riset lapangan laboratorium alam. Sebanyak 120 mahasiswa dan dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung melaksanakan kuliah kerja lapang di Kawasan Hutan Lindung Kondang Merak sejak kemarin.
Kegiatan lapangan di wilayah pesisir Bantur Kabupaten Malang ini difokuskan untuk mempelajari langsung kondisi ekosistem hutan pantai tersebut.
Desi Kartikasari, dosen ekologi UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung menyampaikan, kegiatan lapangan ini dipilih untuk mengenali lebih dekat hutan pesisir yang masih tersisa di Malang Selatan.
Sementara itu, Imti Yazil Wafa, Relawan Pendamping Sahabat Alam Indonesia (SALAM), mengungkapkan pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan di bangku perkuliahan. Menurutnya, hubungan teori di kampus dengan pendidikan lapangan akan membuat mahasiswa lebih memahami urgensi konservasi alam.
“Kami berharap mahasiswa memiliki empati dan kepedulian yang nyata terhadap upaya konservasi hutan,” ujar Imti Yazil, Rabu (19/11/2025).
Kegiatan bersama ini kolaborasi kedua antara UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dan Sahabat Alam Indonesia sejak 2024. Pengalaman dari kegiatan ini, lanjutnya, diharapkan dapat memantik semangat mahasiswa untuk berkontribusi dalam upaya pelestarian hutan.
“Mereka adalah calon ilmuwan, tenaga pendidik dan pemimpin yang akan menentukan bagaimana perlindungan alam dan pelestarian lingkungan di masa depan,” tandas Yazil.
Terlebih, di tengah tekanan gencar percepatan pariwisata dan proyek Jalur Lintas Selatan, konservasi hutan Kondang Merak kian membutuhkan dukungan seluruh pihak.
Semua pihak juga berharap, keberadaan hutan lindung ini tetap terjaga agar dapat terus menjadi tempat belajar generasi berikutnya.
Keanekaragaman Hayati di Kondang Merak
Pesisir Kondang Merak menarik karena merupakan salah satu kawasan hutan pesisir yang masih terjaga dan punya keanekaragaman hayati yang kaya. Di area ini, tercatat hidup 13 jenis elang, 150 jenis kupu-kupu, 130 jenis burung, 89 jenis pohon, 77 tanaman hutan, 54 jenis herpetofauna, dan lain-lain.
“Keanekaragaman hayati di wilayah ini masih sangat luar biasa, dan penting untuk dipelajari khususnya mahasiswa biologi,” tambah Desi Kartikasari
Selama kegiatan berlangsung, mahasiswa diajak menyusuri jalur hutan untuk mengamati struktur vegetasi dan kondisi hutan pesisir. Praktik lapang secara langsung ini menjadi bagian penting dari kurikulum untuk memahami karakteristik ekosistem alami.
“Mahasiswa harus melihat langsung bagaimana hutan bekerja sebagai sistem yang saling terhubung,” ujar dosen ekologi itu.
Dosen botani yang juga turut mendampingi mahasiswa pengamatan hutan Kondang Merak, Dr. Ainun Nikmati Laily mengungkapkan, selain kegiatan susur hutan, peserta juga belajar melakukan analisis vegetasi.
Peserta mengenali jenis-jenis tumbuhan lokal, serta mengamati satwa liar yang berada di sekitar kawasan lindung. Pada beberapa titik, mereka memasang pitfall trap sebagai metode untuk menangkap dan mempelajari serangga.
“Metode-metode dasar ekologi dan botani lewat pengamatan hutan seperti ini penting untuk dikuasai mahasiswa,” ujarnya. (*)
| Pewarta | : Khoirul Amin |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |