TIMES MALANG, MALANG – Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) menggelar The 1st International Horticulture Symposium (IHS) 2025, Selasa hingga Jumat (14–16/10/2025) di Hotel Senyum Jatim Park 3, Kota Batu.
Acara berskala internasional ini menjadi forum akademik pertama yang diselenggarakan FP UB bersama Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti), dengan fokus membahas ketahanan hortikultura menghadapi tantangan perubahan iklim global.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh ratusan akademisi, peneliti, praktisi, dan mahasiswa dari berbagai negara. Ketua Pelaksana IHS 2025, Andi Kurniawan, S.P., M.Sc., Ph.D, menjelaskan bahwa simposium perdana ini mendapat respons luar biasa dari peserta dalam dan luar negeri.
“Ada beberapa negara yang hadir. Peserta dari Indonesia memang mendominasi, namun kami juga menerima partisipan dari Taiwan, Jepang, Thailand, Malaysia, Azerbaijan, Nigeria, India, dan masih banyak lagi,” ujar Andi Kurniawan di sela acara pembukaan, Selasa (14/10/2025).
Menurutnya, tema ketahanan hortikultura di tengah perubahan iklim diangkat karena menjadi persoalan utama yang kini dihadapi sektor pertanian dunia. Simposium ini diharapkan mampu menjadi ajang berbagi pengetahuan dan kolaborasi antarpeneliti untuk menemukan solusi konkret menjaga keberlanjutan produksi hortikultura.
“Produksi hortikultura karena adanya perubahan iklim di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Melalui simposium ini, kami ingin menemukan strategi bersama untuk menghadapi tantangan global tersebut,” ungkapnya.
IHS 2025 menghadirkan lebih dari 100 peserta yang mengirimkan paper ilmiah, dengan sekitar 20 di antaranya mempresentasikan hasil riset terkini tentang hortikultura. Topik yang dibahas mencakup inovasi teknologi, ketahanan pangan, hingga strategi budidaya berkelanjutan di tengah kondisi cuaca ekstrem.
Salah satu yang menarik dalam simposium ini adalah kehadiran pakar dari Priva, perusahaan teknologi pintar asal Belanda yang bergerak di bidang smart agriculture. Melalui sesi khusus, para ahli dari Priva memaparkan teknologi manipulasi lingkungan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi budidaya hortikultura di berbagai kondisi iklim.
“Teknologi seperti milik Priva diharapkan bisa memberikan solusi cerdas untuk ketahanan hortikultura Indonesia,” tambah Andi.
Simposium ini juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI, Dr. Ir. Muhammad Taufiq Ratule, M.Si, yang menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi, pemerintah, dan pelaku usaha dalam memperkuat sektor hortikultura nasional.
Dia mengapresiasi langkah Fakultas Pertanian UB yang terus mendorong inovasi berbasis riset untuk menjawab tantangan ketahanan pangan nasional.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Prof. Mangku Purnomo, S.P., M.Si., Ph.D, menyampaikan bahwa hortikultura memiliki peran strategis dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional meskipun kontribusinya kerap dianggap kecil.
“Jika melihat datanya, hampir semua kebutuhan pangan dari sektor pertanian berasal dari hortikultura. Karena itu, kita perlu membahasnya tidak hanya dari sisi teknis pertanian, tetapi juga dari perspektif ekonomi, sosial, dan lingkungan,” jelasnya.
Prof. Mangku berharap IHS 2025 menjadi momentum penting bagi UB dalam memperluas jejaring riset internasional, sekaligus berkontribusi pada solusi konkret menghadapi perubahan iklim global.
"Forum ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan dan teknologi adaptif untuk menjaga ketahanan hortikultura di Indonesia dan dunia," ucapnya. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |